Cerita Lesbi Terbaik Gairah Wanita Cantik

setelah sebelumnya ada Cerita Panas Anak Ibu Kos Paling Hot, kini ada cerita seks bergambar Cerita Lesbi Terbaik Gairah Wanita Cantik. selamat membaca dan menikmati.

 Herni menghempaskan pantatnya di sofa lalu duduk bersila sambil menenggak air putih dari gelasnya. Uda selesai belum? Tanyanya pada Ema yang duduk di lantai mengerjakan soal-soal latihan matematika di meja ruang tamu rumah Herni. “Dikit lagi kok,” jawab Ema tanpa mengangkat wajah dari buku-buku di depannya.

Herni mengamati wajah Ema yang serius menyelesaikan tugasnya. Walaupun berambut pendek cepak seperti lelaki, namun Ema tetap tak bisa menyembunyikan kecantikan wajahnya, yang ditunjang oleh tubuhnya yang langsing seksi dengan buah dada yang cukup besar, berkembang lebih cepat daripada para gadis kelas 1 SMP sebayanya.

Herni memang punya alasan tersendiri bersedia mengajari Ema matematika di rumahnya menjelang ulangan umum ini. Walaupun menjadi incaran banyak cowok di sekolahnya, tak satu pun mendapat respon dari Herni. Pasalnya gadis cantik berambut panjang yang baru saja berkembang remaja dan mulai mempunyai hasrat seksual ini ternyata tak tertarik kepada lawan jenis, ia lebih menyukai berdekatan dan bersentuhan dengan sesama jenisnya.

Saat Ema, adik kelas yang memang sudah lama ia sukai ini meminta Herni yang memang terkenal paling pintar di antara murid-murid kelas 2 untuk mengajarinya matematika, Herni tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

“Udah nih!” tukas Ema mendadak, menyentakkan Herni dari lamunannya. Herni menatap Ema yang mengacungkan buku di depannya sambil tersenyum, lesung pipitnya tercetak begitu dalam di pipinya yang putih mulus itu, membuat wajahnya menjadi semakin menggemaskan. Sambil menyambar buku itu, Herni membuang jauh-jauh pikirannya yang melayang ke mana-mana, “Sini gue periksa!” tukasnya.

Cerita Dewasa Lesbi – Hampir selesai Herni memeriksa pekerjaan “muridnya” ini ketika mendadak ibunya muncul di ruang tamu menjelaskan bahwa ia akan menyusul ayah Herni ke kantor sambil membawa adik Herni yang masih kecil, lalu dari sana langsung pergi ke Sukabumi karena ada saudara mereka yang sakit keras. Herni diminta menjaga rumah baik-baik bersama Iroh, sang pembantu rumah tangga. Telah terdidik mandiri sejak kecil, Herni tak merasa berat dengan keadaan ini. Tak lama, ibu dan adiknya pergi naik taksi dan Herni pun menyelesaikan memeriksa latihan Ema.

“Lumayan, cuma satu yang salah. Lu cepet ngerti juga ya, Em?” kata Herni.
Ema tersenyum malu-malu mendengar pujian ini, lalu pamit untuk pulang karena hari sudah menjelang malam.
“Eh, jangan dulu dong! Emang yang salah ini nggak mau dikoreksi dulu? Sekalian deh gue jelasin kesalahannya, biar lu ngerti,” kata Herni.
“Tapi entar gue pulang kemaleman, Fan,” jawab Ema bingung.
“Gini aja. Lu telepon aja nyokap lu. Bilang lu nginep di sini malem ini. Sekalian nemenin gue,” balas Herni.
Walaupun nada bicaranya biasa saja, dalam hati Herni sangat berharap Ema menyambut usulnya ini.
“Kalo dikasih, ye?” jawab Ema membuat Herni girang.

Ema yang mengagumi kakak kelasnya yang cantik dan pintar ini sebenarnya memang senang diajak menginap. Maka ia pun menelepon ke rumahnya dan ternyata diizinkan untuk menginap. Dengan gembira, Herni merangkul leher Ema, dan mengajaknya ke meja makan untuk makan malam. Lengannya jatuh dengan santai di dada Ema selagi mereka berjalan.

Walau tampak santai, sebenarnya Herni sangat berdebar-debar merasakan buah dada lembut adik kelasnya ini bergesek-gesek dengan tangannya. Tapi apa lacur, jarak tak jauh membuat Herni terpaksa melepas rangkulannya. Selesai makan, mereka pun melanjutkan pelajaran dengan serius, hingga Herni pun melupakan sensasi gairah singkat yang sempat ia rasakan.

“Udeh dulu ye, Fan?” pinta Ema setelah sekitar 1,5 jam belajar, “Otak gue udeh butek nih!” lanjutnya setengah memohon. “Iya deh. Gue juga udah capek,” jawab Herni, “Yuk ah!” katanya sambil berdiri membereskan buku-buku di meja makan. Mereka beranjak ke kamar Herni dan Ema langsung menghenyakkan tubuhnya di ranjang sementara Herni sendiri duduk di kursi meja belajarnya. Mereka mengobrol tak tentu arah beberapa saat ketika akhirnya arah obrolan entah kenapa mulai menyinggung ke arah yang sensitif.

“Ooh, jadi lu udah mens?” kata Herni, lalu dilanjutkan, “Jadi udah doyan cowok dong?”
“Tapi gue masih males cari pacar. filmbokepjepang.sex Cowok-cowok pada kasar sih! Nggak demen gue!” balas Ema.
Herni yang merasa mendapat angin langsung mengarahkan pembicaraan.
“Lha, gue kirain toket lu gede karena sering dipegang-pegang ama pacar lu.”
“Enggak lagi. Ini emang dari sononya begini,” jawab Ema sambil menatap buah dadanya, “Kayaknya sih emang keturunan, keluarga gue yang cewek toketnya emang gede-gede.”

Herni yang mulai berdebar-debar dengan arah pembicaraan ini merasa mendapat jalan dan terus menekan. Ia membuka kaosnya, menampilkan mini set menutupi buah dadanya yang kecil, walaupun tampak mulai tumbuh.

“Kayaknya toket gue nggak gede-gede deh,” ujarnya sambil meloloskan mini set dari dadanya, menampilkan putingnya yang berwarna coklat muda, “Gue pengen segede punya lu, Em.” Ema terhenyak melihat kakak kelasnya dengan santai bertelanjang dada di depannya.

Seumur hidup ia belum pernah melihat wanita telanjang, bahkan ibunya sendiri.Herni melanjutkan serangannya.

“Coba deh lihat toket lu.”
Ema semakin terbelalak.
“Ah, malu ah gue!”
“Idih, ngapain malu lagi! Kan nggak ada cowok,” tukas Herni, “Ayo buka aja.”

Agak bingung namun bangga dengan perhatian sang kakak kelas, Ema pun akhirnya meloloskan kaos dari tubuhnya, menampilkan BH putih yang menyembunyikan buah dadanya. Herni beranjak ke ranjang dan duduk di belakang Ema, langsung meraih dan melepaskan kait BH Ema. Wajah Ema bersemu merah, apalagi saat Herni melepas BH-nya lalu menarik lengannya, membalikkan badannya hingga kini mereka duduk berhadapan di ranjang, sama-sama bertelanjang dada.

Cerita Lesbi wanita cantik, Ema tertunduk sementara Herni merasakan darahnya berdesir menyaksikan pemandangan indah sepasang buah dada berukuran 32 di hadapannya ini. Herni menelan ludah berusaha mengendalikan pengalaman seksual pertamanya ini. Ia melihat wajah Ema yang menghindari kontak mata dengannya.

“Em, lu kok malu sih? Toket lu bagus lagi.”
Ema melirik Herni, “Segini sih kecil, Fan. Kakak gue pake BH nomor 36B.”
“Ya dia kan udah kuliah,” tukas Herni, “Untuk usia lu, toket lu tuh udah gede.”

Wajah Ema semakin memerah dengan perasaan malu bercampur bangga akan pujian kakak kelasnya yang cantik ini. Sementara di lain pihak, Herni sendiri semakin berdebar-debar dan memberanikan diri melanjutkan eksperimen seksualnya. “Gue pegang, ya?” pinta Herni sambil menatap Ema. Gadis manis berambut cepak ini ternyata masih belum berani menatap Herni dan tak memberi jawaban apa-apa. Herni menganggap Ema tak menolak dan segera meraih dada adik kelasnya ini. Ema menggigit bibir.

“Hi hi hi hi hi..” Ema terkikik saat Herni mengelus-elus buah dadanya dengan jantung berdebar-debar, “Geli, Fan!” lanjut Ema lagi. “Gue mau ngerasain juga dong!” tukas Herni sambil meraih tangan Ema dan menuntunnya ke arah dadanya. Ema kembali menggigit bibir, namun tak memberikan perlawanan. Tangannya menyentuh puting Herni dan ia pun menggerakkan tangannya berputar-putar meraba buah dada Herni.

Ema terpesona saat ia melirik wajah kakak kelasnya ini dan tampak Herni memejamkan mata sambil menggigit bibir. Tampak sekali bahwa Herni sangat menikmati sentuhannya. “Enak ya, Fan?” tanya Ema setengah bingung, Herni hanya menganggukkan kepala tanpa membuka mata, “Coba lu raba gue lagi dong,” pinta Ema penasaran. Kedua gadis itu pun saling meraba buah dada masing-masing beberapa saat. Tampak Herni sangat menikmati sensasi seksual pertamanya ini. Kulit telanjang mereka sama-sama tampak merinding.

Herni melepaskan tangannya dari dada Ema, lalu menghela napas panjang, menikmati dengan sepenuh hati rangsangan gairah pertamanya ini, sementara Ema kembali terkikik geli. Herni bangkit dan menarik lengan Ema agar mengikutinya berdiri. “Lu mau tahu nggak rasanya kalo pacaran ama cowok?” tanya Herni yang membuat Ema bingung tak mengerti. Herni melanjutkan, “Gue juga belom pernah. Kita cobain yuk?!” Ema semakin tak paham maksud Herni, namun diam saja saat Herni membungkukkan badannya dan langsung mengulum puting Ema dengan lembut.

Ema tersentak dan sontak mundur sambil mendorong kepala Herni, “Gila lu, Fan! Geli lagi! Lihat tuh gue sampe merinding!” tukas Ema menunjukkan seluruh kulit tubuhnya yang memang berbintik-bintik merinding. Tetap dalam posisi membungkuk, Herni melirik sang adik kelas sambil berkata, “Namanya juga baru nyobain. Lu rasain aja dulu. Kata orang-orang enak.”

Herni merengkuh pinggang Ema dan menariknya mendekat, sementara Ema yang kebingungan dengan pengalaman pertama yang baginya sangat aneh ini tak kuasa melawan. Dengan jantung berdebar penuh perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, Herni kembali menempelkan bibir mungilnya yang basah itu pada puting Ema dan dengan lembut memasukkan puting berwarna gelap itu ke dalam mulutnya.

Ia mengulum puting Ema dengan lembut sementara Ema menggigit bibir menahan rasa geli hebat yang kembali membuat seluruh tubuhnya merinding. Tak lama hingga Ema merasakan rasa geli berubah menjadi perasaan berdesir yang tak ia pahami dan tak bisa ia jelaskan. Setiap hisapan Herni memberikan semacam perasaan tersetrum ringan yang nikmat dan lenguhan kecil terlepas dari bibirnya tanpa terkendali, “Uhh..”

Terkesiap mendengar ini, Herni menghentikan hisapannya dan bangkit menatap Ema, “Enak ya, Em?” tanyanya dengan polos dan tulus. Ema tak bisa menjawab, hanya menganggukkan kepalanya. “Terus terang, gue juga suka banget ngisepin pentil lu,” lanjut Herni lagi, “Gue nggak bisa jelasin perasaan gue, tapi pokoknya enak banget deh, terangsang banget.” Ema kembali hanya mengangguk tanpa bisa bicara. Kini Herni menarik lengan Ema dan mendudukkannya di pinggir ranjang, sementara ia sendiri berlutut di lantai, “Gue terusin ya?” katanya lembut.

Tanpa menunggu jawaban dari Ema, Herni langsung kembali mendaratkan bibirnya di puting adik kelasnya yang kebingungan itu dan kembali mengulumnya, kali ini dengan gairah yang semakin bergelora dalam dadanya sendiri. Dengan refleks, Herni mulai memainkan lidahnya pada puting Ema, membuat Ema terpekik tertahan sambil mendadak kedua tangannya mencengkeram kepala Herni.

Namun kali ini Ema tak mendorong Herni. Sebaliknya ia malah seperti menarik kepala Herni agar menghisap dan menjilati putingnya semakin keras. Herni sendiri sangat menikmati gairah yang semakin meledak-ledak dalam dirinya, ditambah reaksi Ema yang membuatnya semakin terangsang, hingga lidah dan bibirnya semakin liar menjilati dan menghisapi puting Ema. “Ohh..” Ema mendesah tanpa ia sadari.

Herni pun melepas mulutnya dari buah dada Ema, membuat kekecewaan dan rasa terkejut terbersit di wajah Ema. “Gantian dong, Em,” kata Herni, “Kayaknya lu nikmatin banget. filmbokepjepang.sex Gue kan juga mau ngerasain,” lanjutnya dengan perasaan penuh pengharapan dan antisipasi. Ema tentunya memahami ini walaupun merasa sangat aneh harus menghisap buah dada sesama wanita, namun setelah ia merasakan kenikmatan dan rangsangan gairah yang baru kali ini ia rasakan, ia tahu Herni pasti akan merasakan kenikmatan yang sama. Maka kini Herni duduk di pinggir ranjang dan Ema, masih tetap duduk di pinggir ranjang, membungkukkan badan dan mulai mengulum dan menghisap puting Herni.

“Ngghh..” lenguhan Herni langsung meledak begitu bibir basah Ema menghisap putingnya yang kecil dan segar itu. Mata Herni terpejam rapat sementara darahnya menggelegak oleh rangsangan dan kenikmatan hebat yang baru kali ini ia rasakan. Tahu kakak kelasnya menikmati ini, Ema semakin rileks dan melanjutkan hisapan dan jilatannya pada puting Herni, bahkan semakin lama semakin liar dan ganas, membuat Herni terpaksa mencengkeram kepala Ema dan merintih-rintih menahan gairah, “Aaahh.. ahh.. Emm.. Enak Emm..”

Ema sendiri tak menyangka akan menikmati pengalaman ini, memeluk tubuh Herni dan semakin menjadi-jadi menghisapi puting Herni. “Ohh.. ohh.. ohh.. stop.. stop.. stop dulu Em.. ohh.. Emm..” desah Herni. Bingung dan takut tindakannya salah hingga Herni tak lagi menikmati ini, Ema berhenti menjilati puting Herni dan menatap kakak kelasnya yang terengah-engah dengan wajah merah padam penuh birahi ini, “Kenapa, Fan? Nggak enak, ya?” tanya Ema bingung. “Gila lu! Nikmat banget lagi,” balas Herni, “Cuma gue berasa aneh nih, Em. Kayaknya celana dalem gue makin basah deh.” Ema terbeliak semakin bingung mendengar itu. “Mungkin saking nikmatnya gue kencing dikit di celana kali,” lanjut Herni sama-sama tak mengerti.

Herni langsung bangkit berdiri dan melepas celana pendeknya, lalu meraba celana dalamnya, “Tuh kan! Bener basah!” tukasnya lalu ia mencium tangannya yang baru ia pakai meraba selangkangannya itu, “Tapi bukan kencing nih, Em. Nggak pesing tuh!” ujar Herni yang dilanjutkannya dengan meloloskan celana dalamnya hingga kini ia benar-benar telanjang bulat berdiri di depan Ema. Herni memeriksa celana dalamnya dan mendapatkan sedikit lendir bening melekat di celana dalamnya.

“Ih, bener, bukan kencing, Em. Lendir nih!” tukas Herni sambil menengok ke arah Ema dan terkejut melihat Ema tampak duduk dengan gelisah sambil menggerak-gerakkan pahanya dengan mata tampak menerawang. “Naah, lu juga basah ya, Em?” sentak Herni mengejutkan Ema! Serta merta Herni menarik lengan Ema hingga adik kelasnya ini berdiri di depannya, lalu dengan cepat Herni melorotkan celana pendek sekaligus celana dalam Ema yang masih terlalu kebingungan hingga tak melakukan perlawanan. 12

Herni menarik celana Ema lepas dari pergelangan kakinya lalu kembali berdiri dan menunjukkan lendir bening yang juga terdapat di bagian dalam celana dalam adik kelasnya yang cantik itu. “Tuh lihat, lu juga keluar lendirnya, Em.” Ema hanya bengong sementara Herni semakin bergairah pada permainan seksual mereka yang ternyata berkembang jauh melebihi perkiraannya.

Dengan tinggi kurang lebih 160-an cm dan berat sekitar 45 kg, Herni dan Ema benar-benar tampak seperti sepasang gadis cilik, sama-sama telanjang bulat, berdiri berhadapan, menjelajahi pengalaman seksual pertama mereka yang membingungkan, namun menggairahkan sekaligus memberi kenikmatan hebat.

Herni melempar kedua celana dalam ke lantai sambil mengulurkan tangannya ke selangkangan Ema. “Ngghh..” Ema melenguh panjang selagi setruman gairah hebat meledak dalam dirinya saat jari Herni menyentuh bibir vaginanya yang basah itu. Lututnya sontak terasa lemas dan kepalanya terasa ringan melayang. Melihat temannya limbung, Herni langsung merangkulnya dan menuntunnya kembali duduk di ranjang.

Herni sendiri duduk di samping Ema, merangkul pundak Ema dengan sebelah tangan lalu tangan satunya kembali melanjutkan meraba vagina Ema. Diiringi desah gairah Ema yang begitu merangsang di telinga sang kakak kelas, Herni menggosok-gosokkan jarinya dengan lembut di sepanjang bibir vagina Ema yang semakin lama tampak semakin merekah, menampilkan daging merah muda segar dan basah sang perawan cilik. “Hhh.. Fan.. ohh.. ngghh.. mmhh..”Herni semakin terangsang dan semakin berani.

Ujung jari tengahnya ia masukkan ke dalam vagina Ema dan ia gerakkan menggesek daging segar vagina Ema yang semakin lama semakin 15 banyak mengeluarkan lendir bening itu dari bawah ke atas, hingga menyentuh klitoris Ema yang mulai mencuat. “Ngk! Ahh..” Ema terpekik menggairahkan saat jari Herni mencapai klitorisnya. Herni terkejut namun semakin terangsang melihat reaksi nikmat sang adik kelas. Wajah menggemaskan Ema tampak semakin menggairahkan dengan mata terpejam menikmati sentuhan lembut Herni.

Mempertahankan kelembutan tekanannya, jari Herni semakin cepat menggesek vagina dan klitoris Ema, membuat Ema mendesah dan merintih tak terkendali. “Hhh.. hh.. ngh.. nghh.. mm.. mm.. ohh..” Sementara vagina Herni sendiri semakin basah oleh lendir gairah, Herni semakin terangsang melihat kenikmatan yang jelas-jelas ditunjukkan Ema di wajahnya, ia pun semakin bergelora dan membungkukkan badannya dan kembali menjilati dan menghisap puting Ema dengan liar dan bernafsu.

“Ohh.. ohh.. ohh.. Fann.. gillaa.. ohh.. ennak Fan.. mmhh..”
“Sllrrp.. sllrrpp.. klcp.. klcp.. sllrrpp.. klcp.. mm.. klcp.. klcp..”
“Mmm.. mm.. mm.. nghh.. nghh.. Faann.. Faann.. Fann.. oh.. oh.. oh.. oh..”

Desahan dan rintihan Ema yang dipenuhi kenikmatan semakin terdengar liar dan tak terkendali, sementara Herni yang semakin terangsang menggesekkan jarinya semakin liar di vagina perawan Ema dan lidah dan bibirnya melahap puting Ema dengan semakin bernafsu. Ema sendiri merasa gelombang kenikmatan memuncak dalam dirinya dan suatu perasaan seperti kesemutan merebak perlahan-lahan ke seluruh tubuhnya.

Dengan nafas tersengal-sengal, Ema mencengkeram erat kepala Herni dan menekannya keras ke buah dadanya, lalu dalam suatu ledakan kenikmatan yang terasa bagaikan tak berujung, Ema memekik tertahan saat perasaan kesemutan dalam tubuhnya meledak menjadi setruman kenikmatan puncak yang membuat cairan kental tumpah deras dari dalam vaginanya, membasahi jari Herni yang masih liar menggesek-gesek vaginanya.

Aaakk! pekik Ema sambil dengan refleks menjepit tangan Herni dengan kedua pahanya, sementara tangannya mencengkeram kepala Herni semakin keras dan kepalanya terdongak ke belakang dengan bola mata terputar ke belakang penuh kenikmatan. Herni yang berusaha menarik tangannya membuat jarinya kembali menggesek vagina Ema dari bawah ke atas dengan gerakan sangat pelan, membuat Ema kembali menikmati ledakan-ledakan kenikmatan yang terasa tak kunjung habis, memaksanya menggigit bibirnya.

Akhirnya tangan Herni lepas dari jepitan paha Ema disertai lenguhan panjang Ema yang mengakhiri kenikmatan puncak orgasme pertamanya, “Ohh..” Herni menatap penuh rasa terpesona dan bergairah saat Ema ambruk terlentang di kasur dengan mata terpejam dan nafas terengah-engah. Ia menyusul berbaring di samping Ema dan memeluk tubuh sang adik kelas, langsung dibalas pelukan erat Ema yang sangat menikmati pengalaman seksual indah ini. Keduanya berpelukan erat, saling menikmati kenyamanan kehangatan tubuh yang lain.

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka saling melepas pelukan dan Ema tersenyum menatap mata Herni. Rasa cinta dan kasih sayang mendalam tersorot jelas dari mata Ema. Herni memahami perasaan ini dan mengecup bibir Ema dengan lembut. Mereka lalu terkikik geli bersama-sama, lalu kembali saling berpelukan erat dan Ema berbisik di telinga Herni, “Fan, gue nggak ngerti perasaan gue saat ini. Tapi rasanya gue nggak mau pisah dari elu. Gue rasanya sayaang banget ama elu.”

Herni tersenyum dan membalas bisikan sang adik kelas, “Gue juga sayang banget ama elu, Em. Lu jadi pacar gue aja, ya?” Walaupun tak pernah terpikir akan berpacaran dengan sesama wanita, namun Ema tak bisa memungkiri perasaannya saat ini, “Iya, Fan. Gue mau jadi pacar elu. Gue cinta ama elu.” Mereka melanjutkan berpelukan erat dan hangat selama beberapa saat, lalu Ema melepas pelukannya dan berkata pada Herni.

“Gila, Fan. Lu bikin gue nikmat banget. Sekarang gantian ya, gue yang raba elu?”03
“Iya dong, gue juga mau ngerasain kayak elu. Tapi jari lu jangan dimasukin ya? Kayak gue aja tadi, digesek-gesek aja. Gue takut keperawanan gue sobek,” balas Herni.

Ema hanya mengangguk dan tetap dalam posisi rebahan, ia membuka paha Herni hingga mengangkang lebar, membuka vagina mudanya yang segar merekah, lalu mulai meraba-rabanya dengan jari tengahnya. Tak memakan waktu lama bagi vagina Herni untuk kembali basah penuh lendir gairah, apalagi saat Ema mendaratkan bibir dan lidahnya, mempermainkan puting Herni yang mungil itu. Desahan dan rintihan Herni pun akhirnya meledak menjadi pekikan penuh kenikmatan saat orgasme yang liar dan lama, seperti yang dinikmati Ema, bergejolak dalam tubuh mungil Herni.

Dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, Herni dan Ema berpelukan mesra dan penuh kasih sayang, hingga akhirnya mereka tertidur pulas hingga pagi.. ( baca juga: Pengalaman Mesum Lesbian Dengan Temanku ).Tamat

Related posts