Cerita Dewasa – Bonus Asuransi Dari Atasanku

Cerita Dewasa – Bonus Asuransi Dari Atasanku | Tahun 1997 ada sebuah kenangan indah di daerah wisata Kopeng masuk wilayah Kabupaten Salatiga di Jawa Tengah dan waktu itu aku masih bekerja di salah satu perusahaan jasa pelayaran di Semarang.

Cerita Dewasa – Bonus Asuransi Dari Atasanku

Cerita Dewasa – Bonus Asuransi Dari Atasanku | Pak Bram, sebut saja begitu adalah pimpinan tempatku bekerja, dan beliau saat itu berusia kurang lebih 48 tahunan namun potensi seksualnya masih hebat. Aku sendiri menempati posisi deputy dari Pak Bram dan semua sepak terjangnya sudah ada pada tanganku semua dan aku tetap menjaga kepercayaannya padaku. Itulah kenapa sekretarisnya selalu berganti-ganti dan selalu muda dan cantik-cantik padahal menurutku perusahaan yang tidak begitu besar itupun belum membutuhkan seorang sekretaris. Hanya saja saat jam istirahat dan menjelang kepulangan Pak Bram, si sekretaris tadi disibukkan dengan acara office party.

Cerita Dewasa – Bonus Asuransi Dari Atasanku | Cerita Sex – Kalau sudah jam-jam sibuknya Pak Bram itu, kami seluruh kantor tidak berani mengganggu acaranya yang membutuhkan waktu, biasanya rata rata 45 menit sampai 1 jam. filmbokepjepang.net Dan entah apa yang mereka lakukan berdua dengan sekretarisnya selama itu, namun yang jelas setiap kali office party itu berakhir, Pak Bram kelihatan lebih fresh dan sebaliknya sekretarisnya nampak sedikit kusut dan menampakkan ekspresi kurang puas. Seluruh telepon yang minta sambung ke Pak Bram pasti tidak akan disambungkan dengan alasan keluar kantor atau lunch.

Suatu hari datanglah seorang agen asuransi seorang wanita untuk menawarkan jasa ke kantor kami, dan saat itulah Pak Bram melihat wanita itu dan diminta masuk ke ruangannya.

“Saya Sofi,” wanita itu memperkenalkan dirinya.

“Bram,” seraya mengulurkan tangannnya.
“Saya Prasetyo,” sahutku memperkenalkan diriku.

Singkatnya Pak Bram nampaknya tertarik dengan jasa asuransi itu dan mengikut sertakan seluruh karyawan perusahaan tempat kami bekerja. Dan saat itu juga Pak Bram menandatangani perjanjian dengan
perusahaan asuransi dari Mbak Sofi.

“Every thing is OK, jika ada apa-apa hubungi saja Pak Pras, yach,” kata Pak Bram mengakhiri perjanjian kami.

Cerita Dewasa – Bonus Asuransi Dari Atasanku | Aku akui memang wanita itu pandai dan menarik sekali cara perkenalannya atau kami sudah terlena oleh kemolekan tubuh wanita ini. Seminggu kemudian Mbak Sofi mengantar polis-polis ke perusahaan kami dan kebetulan Pak Bram sedang dinas ke Jakarta dan kali ini aku yang harus menemui.

“Maaf Pak Bram lagi ke Jakarta, silakan duduk! mau minum apa?” kataku menyambut mereka di ruanganku.
“Apa saja dech yang segar,” sahut Sofi.
“Oh iya, Pak Pras, kenalkan ini asisten saya, namanya Yeni,” kata Sofi memperkenalkan rekan kerjanya.

Acara serah terima polis berlangsung begitu cepat dan sejenak kami hening dan terdiam tiba-tiba, suasana terlihat kaku.

“Wow, selera Mas Pras boleh juga,” kata Sofi tiba-tiba.
“Em, emangnya kenapa Mbak?” tanyaku semakin akrab saja.
“Tuh…” kata Sofi sambil menunjuk ke arah kalender meja yang bergambar cewek bule polos dengan pose mengundah nafsu yang melihatnya.
“Yach maklumlah aku khan laki-laki Mbak, nanti kalo gambarnya cowok wah.., lha bisa berabe,” sahutku sekenanya.
“Begini Pak Pras, selain menyampaikan polis kami ke sini juga ingin memberikan bonus untuk perusahaan ini karena omzetnya besar sekali,” kata Sofi di sela-sela gurauan kami.
“Baik nanti saya sampaikan ke Pak Bram, terus…” pembicaraanku di sela oleh Sofi.
“Begini Pak Pras nanti kita bicarakan di dinner party, kita akan kasih tau tempatnya,” kata Sofi sambil menatap tajam ke arahku.

Besok adalah hari Sabtu, biasanya kantor kami masuk setengah hari, dan siang nanti aku harus jemput Boss yang datang bersama sekretarisnya. Dalam perjalanan HP-ku berdering dan nampaknya dari Sofi.

“Prasetyo di sini,” jawabku.
“Mas Pras, entar malem bisa khan? tempatnya rahasia, nanti sore kita jemput di kantor,” kata Sofi.

“Apaan sich pakai rahasia segala,” tanyaku yang membuat Pak Bram penasaran.
“Sebentar Fi, aku lagi bersama Pak Bram dan Mbak Niken,” jawabku.
“Pak Bram, ini dari Sofi mengajak makan malem entar malem, dan mereka akan membicarakan soal bonus, akan tapi dia merahasiakan tempatnya,” aku menyampaikan pesan Sofi semua ke Pak Bram.
“Mas, aku ikutan yach,” rengek Niken manja.
“Hem emhh…” sahut Boss tuaku.“OK, Mbak Sofi nanti sekalian Mbak Niken juga ikutan,” aku menyambung pembicaraan ke Sofi. Sofi terdiam sejenak lalu, “Its OK, Yeni juga kau ajak kok, pokoknya siiplah, bye,” Sofi menutup pembicaraan kami.

Kami berbalik arah atas perintah Pak Bram untuk menuju kantor karena sebentar lagi sore dari pada ke rumah Pak Bram nanti urusan sama istrinya bisa berabe. Kantor sudah lengang karena sudah pada pulang sejak pukul 13.00 tadi dan tinggal kami bertiga serta satpam penjaga kantor.Begitu sampai di kantor Bram dan Niken rupanya tidak dapat menahan gejolak birahinya dan dengan terburu-buru masuk ke ruangan Bram namun pintu masih terbuka sedikit. Akhirnya aku tahu apa yang dilakukan Bram dengan sekretaris-sekretarisnya dahulu, juga dengan Niken dengan mata kepalaku sendiri.

Desahan nikmat Bram semakin keras dari ruanganku yang kebetulan bersebelahan, demikian pula desah Niken.

“Niken, aahhmmm.. mmmpphh… hisepph… aaaghhh…” desah Bram membuat birahiku perlahan bangkit dan menjalar ke selangkanganku untuk mengacungkan diri.

“Braaamm… gelliii,” desah Niken kemudian. Namun yang aku dengar hanya desah dan dengusan nafas Bram yang tenggelam dalam birahinya, dan kemana desah manja Niken? tanyaku dalam hati. Beberapa saat kemudian,

“Nikenhhh… ahhgghhh.. kku.. kell…” kata Bram terbata-bata menahan laju spermanya.
“Aaaghhh…” teriak Bram keras menyemburkan spermanya diiringi suara gaduh dari ruangannya, sepertinya benturan kursi dengan meja.
“Emmmpphhh…” Niken mendesah lirih. Sebentar kemudian terdengar orang mengguyurkan shower, pasti si Niken lagi bersih- bersih, tebakku. Lalu ruangan itu kembali hening, hanya obrolan-obrolan pelan dari ruangan itu, kadang aku dengar suara tertawa kecil dari Niken.

“Pras, sini lho jangan bengong di situ,” suara Bram keras memanggilku saat aku mulai menjelajah internet di PC-ku.
“Sebentar Boss,” sahutku dan dengan sengaja aku buat lama agar mereka sempat merapikan pakaian masing-masing.

Lebih kurang tiga menit berlalu aku baru berani mengetuk pintu Boss yang terbuka sedikit namun aku masih ragu-ragu.

“Masuk Pras, kemarilah kita berpesta,” kata Bram datar.

Alangkah terkejutnya aku ketika masuk ke ruangan itu melihat Niken tergolek bugil di meja Bram, sementara Bram masih menghisap puting Niken, dan jari tengahnya bekerja di vagina Niken yang terlihat basah oleh sperma Bram. Sperma Bram nampaknya cukup banyak sampai meleleh di meja di sela-sela bongkahan pantat Niken yang padat kenyal.

“Mmm.. maaf Pak,” kataku tergagap, namun aku melihat Niken tidak bereaksi dan masih merem melek oleh permainan jari Bram di vaginannya.
“Pras, ayo bantu aku puasin Niken, aku udah lumayan capek Pras,” kata Bram datar dan tidak aku perkirakan sebelumnya.

Melihat pemandangan sedap itu penisku tegang seketika dan berereksi maksimal dan membayangkan bagaimana kalau vagina sempit itu aku jejali dengan penisku sepanjang 16,5 cm dengan diameter 4 cm.

“Jangan bengong, tunggu apa lagi!” teriak Bram.

Aku menghampiri mereka berdua dan sedikit takut juga pada Bram meski sebelumnya aku pernah threesome waktu kuliah dulu dengan teman-temanku. Akan tetapi yang aku hadapi ini situasinya lain, karena dia adalah Boss-ku dan sekretarisnya.

Niken menatapku penuh harap dan dari mimiknya aku tahu dia sangat mengharapkan permainan seksnya, tidak ada pada satu pihak dan kesimpulanku Niken belum menggapai orgasmenya. Aku menghampiri Niken dari sisi meja lainnya kemudian aku kecup mesra sekali bibirnya sambil kubelai lembut rambutnya. Kami bercumbu lama sekali dan di sela-selanya kadang Niken mendesah oleh permainan jari Bram, rasanya tidak menarik lagi baginya.

“Emmhhh.. Prasshh…” desah Niken yang tampak semakin gelisah menggapai orgasmenya yang gagal bersama Bram.

Aku maklum, memang seusia Bram itu nafsu kuda tenaga ayam karena usia. Tangan Niken mulai menggapai zipper lantas dengan cepat Niken mengeluarkan isi celanaku yaitu batang pejal yang hangat.

“Prasshh… aaakhh…” Niken menggapai-gapai kepalaku untuk segera menghisap putingnya, sementara tangan kirinya mengocok dengan lembut penis kesayanganku.

“Pras.. ayooo!” rengek Niken, namun aku melirik ke arah Boss-ku yang tampak seperti anak kecil di tetek ibunya.

Tampak olehku penis Bram lucu bentuknya, kecil sekali, pantas saja Niken masih terangsang.
Bram memberiku isyarat agar aku segera melakukan permintaan Niken, lalu aku pelorotkan sedikit celanaku. Aku kemudian berjalan ke sisi lain meja dan mengatur posisi untuk segera melakukan penetrasi ke vagina Niken.

“Aoohh mmpphh… aaaghh…” Niken menggumam ketika setengah penisku dengan mudah membongkar rongga rahimnya yang licin oleh sisa sperma Bram.

“Ahhggh ssshhh.. aaaghkkk…” Niken tampak meringis ketika aku membenamkan seluruh batang penisku ke vaginanya dan terasa olehku ujung penisku mendesak rahim atasnya.

Aku diamkan sesaat lamanya penisku tenggelam dalam rahimnya dan menikmati kehangatan yang terpancar dari genital kami masing-masing. Kemudian aku kocok penisku perlahan dan lembut agar kehangatan dan kasarnya lebih terasa bergesek dengan bibir vaginannya. Niken tampaknya suka dengan apa yang kulakukan, terlebih saat Bram mulai memainkan bukit indah di dadanya dimana putingnya masih nature dan kenyal.

“Aaahgghh… ssshhh… sshhh… aagghhh…” Niken mulai menggelinjang lembut menyambut apa yang ia harapkan. “Prasssh… aagghh.. kuu… agghh… aaakkhh…” sampai juga Niken pada momen yang diharapkannya. Akan tetapi Niken masih menguasai orgasmenya, sehingga ia tidak larut dalam kenikmatan pertamanya.

Aku memberinya waktu untuk beristirahat, dan ketika aku hendak mengambilkan air mineral, buru-buru Bram mencegahnya dan ia memberiku isyarat agar tetap di dekat Niken, kali ini Bram yang melayani kami.

Setelah itu ia ke bathtub dan berendam air hangat di sana. Aku mengambil tissue di meja Bram dan aku sapukan lembut di bibir vagina Niken yang basah oleh cairannya sendiri dan sisa-sisa terakhir sperma Bram. filmbokepjepang.net Aku jongkok di sisi meja, lalu aku buka lebar-lebar kedua kaki Niken, nampaklah kini bongkahan daging kemerahan yang rambutnya tercukur habis lagi bersih. Kutempelkan bibirku di bibir vaginanya untuk melakukan oral seks, dan ketika aku buka bibir vaginanya dengan telunjuk dan jari tengahku terciumlah bau harum yang khas dari Niken.

Aku menjilat dari pangkal anus Niken sampai sisi vagina bagian depan begitu berulang-ulang dan aku sela dengan gelitik ujung lidahku di mulut vaginanya.

“Ooogghhk.. aaagghhmm.. punnhh.. aaahh… Prassstth… aaaghh…” Niken melonjak-lonjak, pinggulnya goyang kiri-kanan di atas meja berlapis kaca. Bokong Niken leluasa bergerak karena sperma Bram dan mani Niken sendiri bercampur meleleh di permukaan kaca meja tersebut.

Setelah agak lama oral seks terhadap Niken aku lalu berdiri dan melepas semua pakaianku yang sedari tadi belum sempat terlepas. Niken membuka lebar-lebar kedua pahanya dan memegangi kedua tungkainya, matanya terpejam menyambut sensasi yang segera ia rasakan. Kedua bibirnya yang seksi itu ia buka memancing birahiku untuk segera menyetubuhinya.

Aku remas sendiri penisku dan semakin mengeras dan panjang saja di hadapan Niken, kemudian perlahan aku tempelkan di mulut vagina Niken. Tepat saat Niken menyibakkan rambutnya aku hujamkan pelan memasuki rongga rahimnya.

“Prassshh… aaaooookkh mmmphh… mmpfff…” gumam Niken.
“Mmmpphh… puaskan aku yach sayang…” rengek Niken manja.
“Slerphh…” 16,5 cm penisku kembali menjejali rahim Niken.

Aku membiarkannya diam terbenam di rahim Niken sambil memainkan otot- otot penisku untuk memberi rasa geli pada Niken.

“Prasshhh… ooaaakhh… aakhhh… mmpphhh.. nikmat sekali, pintar kamu Pras…” puji Niken.
“Mau yang lebih nikmat say..?” tanyaku.
“Mpphhh…” Niken hanya memejamkan matanya menyambut apa yang akan aku lakukan atas vaginanya.

Pelan namun pasti aku mulai mengocok lagi lubang rahimnya yang masih perat dan sempit itu.

“Aaaghh… aaghhh… ssshhh mmfffh… terusshh… aaannggghh…” ceracau Niken.

Aku sedikit menarik dadaku agar tubuhku tegap berdiri dengan begitu kepala penisku akan dengan mudah menyentuh G-spot-nya.

“Aaakkhhh.. yacchhh.. yaahh… mmpphhh… aaanggghhh yaahhh,” Niken semakin tenggelam dalam irama birahinya. Ia meremas sendiri kedua payudaranya dan kadang putingnya ia tarik sambil dipilin-dilepas lagi dan diulangi lagi berulang sehingga ia sendiri semakin tenggelam dalam ritme yang mengasyikkan ini.

“Aaaghkku.. agh ahhk… aaahh… aahh.. aamphh…” Niken melepas kedua tangannya dari dadanya dan berpegangan erat pada kedua sisi meja.

Kepalanya oleng seperti orang kesurupan lalu dadanya ia busungkan, pinggulnya bergelinjang penuh dengan gairah birahi yang mendalam. Kami semakin jauh tenggelam dalam irama permainan ini dan tak menghiraukan lagi Bram yang dengan santainya menyaksikan permainan panas kami. Namun ketika Niken mulai tak dapat menguasai dirinya tampaknya Bram horny juga karena aku melihat tangan kanannya terlihat mengocok penisnya sendiri dan yang
kiri memegang segelas Sampanye.

“Nikeenn.. aak… aahhh…” aku tak sanggup menahan laju spermaku dan bersamaan itu pula.
“Prassshhh.. aaakh… aaaghhh…” Niken menjerit dan memegang erat kedua sisi meja, pinggulnya ia hentakkan kencang-
kencang dan dikombinasikan dengan goyangannya. Apa yang Niken lakukan membuatku semakin tak tahan, dan sedetik kemudian aku memancarkan maniku banyak sekali.

“Aaagghh…” desahku keras. Rupanya denyutan penisku saat maniku memancar menyebabkan Niken kegelian dan buru-buru ia bangun lalu mendekapku erat-erat.

Kami berdekapan mesra sampai tetes maniku terakhir aku rasakan. Sekejap aku melihat wajah Bram terlihat tegang dan kedua giginya terkatup rapat, sementara tangan kanannya terlihat semakin cepat mengocok penisnya dan tiga detik kemudian ia terlihat puas melempar senyum ke kami.

“Hem.. udah puas Nik?” suara Bram itu mengagetkan kami. Niken menoleh ke arah Bram di bathtub lalu menganggukkan kepalanya, lalu kami french kiss lama bak sepasang kekasih.
“Terima kasih Pras, entar malem pasti lebih hot,” bisik Niken.
“Ha..” aku terkejut.
“Udah ach entar tau sendiri,” bisik Niken.
“Hayoo… rencana busuk apa itu kok bisik-bisik?” tanya Bram berkelakar.

Niken tersenyum kecut lalu menyusul Bram ke bathtub. Setelah merapikan pakaianku, aku kembali ke ruanganku lalu mandi dan aku teridur di kursi kerjaku. Singkat dan tak kuduga sebelumnya percintaanku dengan Niken namun masih terasa gigitannya itulah kesimpulanku saat bercinta dengan Niken di ruang Bram.

Tak terasa sudah jam lima sore saat aku terjaga namun kulihat ruangan Bram tertutup rapat, khawatir janji dengan Sofi molor maka pintu aku ketuk pelan dan kudengar suara Niken mempersilakan aku masuk.

“Masuk Pras!” suara Niken mempersilakan aku masuk.
“Mana Pak Bram?” tanyaku saat melihat Niken.
“Sedang keluar,” kata Niken setengah mendesah.
“Kenapa..?” aku membalasnya dengan setengah berbisik di belakang telinga Niken.
“Masih terasa mengganjal di sini Mas..” Niken menunjuk ke selangkangannya yang ia buka melebar.
“Punya Mas besar dan panjang sich dan pokoknya mmmpphhh…” imbuh Niken seraya mengusap-usap vaginanya sendiri dan membuat gerakan bak disetubuhi.
“Akh udah ah, entar ketahuan Bram lho,” kataku sambil membimbing Niken berdiri.

Kemudian kami bersiap menyambut Sofi dan Bram yang akan menjemput kami petang ini. Kami duduk di lantai atas kantor kami sambil minum ginseng yang dibelikan oleh security kami. Tampak di luar masih terlihat kesibukan pelabuhan yang tak pernah akan berhenti, kami pun terlibat obrolan santai. Akhirnya aku tahu bahwa Niken menolak kalau dituduh simpanan Bram dan yang ia lakukan hanyalah demi uang dan karir. Ia mau berbuat begitu karena dikhianati oleh pacar yang amat disayanginya yang tega menghamili gadis lain. Dari Niken juga aku tahu bahwa Bram itu orangnya “Edi Tansil” alias Ejakulasi Dini Tanpa Hasil.

“Baru diisep dua kali aja sudah ngecritt.. alias maninya muncrat,” kata Niken pada suatu kesempatan. Kasihan benar kamu Niken, bisikku dalam hati. Lalu aku menarik nafas dalam-dalam.

“Oh iya Niken, apa maksud kamu tadi itu?” selidikku.
“Yang mana?” tanya Niken lupa.
“Itu lho, katanya nanti malem akan lebih hot!” sahutku. Niken termenung sesaat.
“Sebetulnya ini rahasia dari Bram, cuma karena tadi aku sangat puas dengan permainan Mas Pras akhirnya aku kelepasan ngomong,” jelas Niken.
“Begini Mas Pras, sebetulnya Bram sudah tahu kalau Sofi akan memberikan bonus dalam rangka aplikasi asuransi kemarin,” imbuh Niken.
“Terus…” tanyaku penasaran.

Niken sepertinya keberatan, lantas terdiam lalu berdiri dan meghisap dalam-dalam filter kesukaannya. Matanya menerawang jauh ke laut lepas seolah ingin menumpahkan semua beban hidupnya di sana.

“Nik..! kamu baik-baik saja kan?” aku bertanya pada Niken dan menghampirinya lalu kudekap Niken di samping kiriku.
“Nggak! nggak apa-apa kok Mas,” tukas Niken membalikkan badannya menghadapku.
“Tapi wajah kamu kok keruh begitu..?” aku mencoba agar dia mau curhat padaku.
“Mas Pras! tapi ini sangat rahasia, jadi tolong simpan untuk Mas Pras saja,” pinta Niken.

Aku tidak berkata sepatah katapun karena aku rasa Niken sudah percaya kepadaku.

“Begini Mas…!” Niken mulai curhatnya kepadaku panjang lebar yang intinya sikap Bram yang mulai terlihat mencampakkan Niken seperti baru saja terjadi antara aku, Niken dan Bram dimana Bram mengijinkan Niken aku setubuhi.
“Habis manis sepah dibuang,” kata Niken penuh kekesalan.
“Niken! dunia ini tidak hanya milik Bram atau milik kamu ataupun milik aku saja, tetapi dunia ini luas,” hiburku.

Secara jujur aku akui bahwa akhir-akhir ini aku juga merasa kesal dengan Bram yang semakin otoriter saja dan ini bertentangan dengan pribadiku.

“Sebenarnya aku sudah punya perusahaan sendiri yang aku percayakan pada salah seorang sahabatku.

Sekarang masih tahap trial running dan membutuhkan accounting officer, kebetulan Niken kan background-nya accounting punya dan kala Niken bersedia Niken boleh berkarir di sana,” kucoba memberi Niken alternatif yang baik.

“Tapi…” Niken tampaknya ragu namun segera aku yakinkan.
“Nik! apakah aku seperi Bram dan… emhh, entah apa yang terjadi tadi tiba-tiba aku tak sanggup menolaknya?” kutatap matanya dalam-dalam untuk meyakinkannya, lalu aku yakinkan lagi dengan sebuah kecupan mesra di dahinya.
“Aku tahu dan maklum kepada Mas Pras sebagai lelaki muda dan…” Niken berhenti bicara sejenak seperti berpikir sesuatu.
“Dan jantan…” tukas Niken dengan senyum manisnya yang merebak membuat wajahnya kembali bersinar.

Niken menghisap dalam-dalam kretek filternya mild-nya, lalu mencampakkan puntungnya ke vas bunga dekat jendela.
“Mas, acara nanti malam adalah rencana Bram agar dapat berkencan dengan si Sofi dan Yeni bersama kita,” jelas Niken.
“Bersama kita…” aku terheran.
“Yach fivesome lah… dan sudah jadi rahasia umun kan ada beberapa jasa semacam itu yang memberikan bonus service yang hot,” kata Niken datar.
“Tapi Mas Pras nggak usah kuwatir, aku akan melampiaskan semua kekesalanku atas Bram pada Mas Pras, so siap-siap saja yach,” ancam Niken dengan senyumnya yang seksi yang semakin membuat hatiku
berbunga.
“Dan Mas Pras akan jadi raja malam ini,” ejek Niken.
“Gila kali…” kataku pelan dan tiba-tiba saja HP-ku berdering.
“Yes Boss…” jawabku pada Bram.
“Aku sampai di Gajah Mada nich, jadi siap-siap saja, sekali celup masih bisa kok Pras,” kelakar Bram.

Aku tidak merespon kalimat terakhir Bram tadi hingga Bram menutup pembicaraan kami.
“Oh iya, kalian langsung saja ke Kopeng (Bram menyebut nama salah satu wisma), kita ketemu di sana,” ajak Bram.
“Ok, Niken ayo kita bersiap.” Aku menggandeng Niken menuruni tangga kantor kami menuju Kijang kesukaanku.

Dalam perjalanan ke Salatiga aku mempersilakan Niken untuk istirahat agar badannya kembali bugar. 1 jam perjalanan aku dan Niken tiba di wisma yang dimaksud oleh Bram, Niken masih tampak terlelap, aku mencoba membangunkannya dengan cara mengecup lembut bibirnya.

“Mpphhh.. udah nyampai yach…” Niken mulai tersadar dari tidurnya.

Wisma itu besar sekali dan terletak agak jauh dari jalan raya Salatiga-Magelang, mempunyai 4 kamar sekelas president suite. Melihat bangunannya ini termasuk bangunan baru namun ber-arsitek mirip bangunan lama. Bram sudah sampai duluan bersama Sofi dan Yeni yang nampak mesra di kiri dan kanan Bram di koridor depan. Melihat kedatangan kami Sofi lalu berdiri dan menyambut kedatangan aku dan Niken.

“Have a hot party,” katanya sambil mengerlingkan nakal matanya.
“Ayo kita santap malam!” ajak Sofi ke ruag tengah.

Ruangan tengah berhias lampu kristal mahal dan interiornya tertata rapi berhampar permadani merah menambah hangatnya suasana meski udara di sana terasa menggigit sampai ke tulang. Kami lantas makan bersama dan dilanjutkan berenang di warm water pool dan setelah itu acara jalan-jalan sekitar wisma itu menghirup udara segar pegunungan bercampur aroma sayuran khas pegunungan.

“Nich room service-nya, bila perlu apa-apa tekan saja extention 9 untuk room service atau membutuhkan sesuatu,” kata Sofi ketika kami melewati sebuah bangunan saat kembali ke wisma.

Kami duduk-duduk di ruang depan, sementara Sofi sibuk dengan mempersiapkan ruangan tengah. Niken sedari tadi bergelayut manja padaku tampak acuh dengan Bram di depan kami yang merangkul mesra Yeni. Tampak sesekali Bram
mencium bibir Yeni bahkan terang-terangan meremas selangkangan Yeni di depan Niken, Yeni sendiri rupanya juga sudah

“on” berat tak memperdulikan sekitarnya.
“Ternyata brengsek juga si Bram ini, tidak peduli perasaan Niken,” makiku dalam hati.

Semakin lama sikap Bram semakin cuek saja, akhirnya aku menarik Niken untuk ke teras samping yang menghadap ke kebun sayuran. Kami berbicang ringan di sana tentang sejuknya dan betapa indahnya alam ini kira-kira setengah jam kami habiskan waktu untuk ngobrol. Aku dan Niken lalu masuk kembali ke ruangan semula dan aku amati wajah Yeni semakin kelihatan horny sekali, demikian juga Bram, namun mereka (Bram dan Yeni) tak dapat memulai sendiri pestanya harus bersama-sama. Wajah Yeni tidak begitu cantik namun bodinya yahut banget, dadanya membusung, tubuhnya putih mulus terawat, tungkainya lancir berkombinasi dengan pantatnya yang bulat padat menandakan bahwa power sex-nya pastilah meletup-letup dan aku yakin Bram hanya sekali goyang sudah kelojotan.

Diam-diam aku lebih bergairah jika melihat Yeni dari pada Sofi, apalagi melihat dahinya yang sedikit nonong tentu bongkahan selangkangannya juga tebal dan luas. Perfectly, bathinku. Darah lelakiku semakin berdesir kencang. Sofi sendiri orangnya montok berisi tapi tidak dapat dikatakan gemuk, tepatnya adalah semok alias seksi dan montok, kulitnya kuning dan rambutnya pendek sebahu.

Pukul 19.00 Sofi mempersilakan kami untuk memasuki arena dan perlahan tirai penutup koridor sutera merah itu tertutup demikian pula untuk tirai jendela lainnya dan tiba-tiba ruangan berubah menjadi hangat. “Inilah bonus itu Mas Pras,” bisik Niken di sela-sela langkah kami ke ruang tengah. Benar-benar bonus yang hebat dan aku tidak pernah habis pikir akan hal ini, lantai ruangan tengah yang tadi beralaskan karpet merah kini berlapis kain satin lembut, entah apa maksud dari interior ini, aku masih bertanya dalam hati.

Kami sudah di balik tirai itu dan berada di ruang tengah namun Sofi menjelaskan aturan mainnya yaitu semua peserta harus melepas pakaian yang ada di tubuh kami masing-masing dan bagi yang wanita silakan dandan secantik-cantiknya di washroom yang tersedia, dan bagi laki-laki dipersilakan mengambil suplemen penyegar tubuh agar tetap fit.

Aku melihat tampak ada beberapa jenis dan aneka warna vibrator yang tersedia bagian pinggir sisi meja lain yang membuat pesta ini kelihatan lebih lengkap. Sofi bak seorang guide professional memberi petunjuk kepada yang lain dan aku akhirnya bisa menebak bahwa sebentar lagi akan ada nude party. Aku terperangah ketika melihat Niken baru saja keluar dari washroom, diikuti Yeni, kemudian Sofi, wajah ketiganya anggun berhias bibir sensual yang merah menantang dan masing-masing punya kelebihan, si cantik yaitu Niken, si hyperseks yaitu Yeni, dan si semok Sofi. Bau harum lebih menyeruak ke ruangan, dan aku melihat Bram jakunnya semakin cepat naik-turun pertanda birahinya sudah di ubun-ubun.

Sofi dan Yeni menghampiri Bram, sementara Niken mendekat ke arahku, aku melihat Bram bergelayut mesra di dada Yeni karena Bram orangnya agak pendek sedangkan Yeni memakai sepatu hak tinggi. Aku dan Niken tersenyum geli saat Bram menyusu Yeni sambil berjalan ke arah meja ke ruangan itu karena kelihatan lucu. Musik mengalun lembut menambah
hangat suasana pesta ini dan aku semakin tenggelam dalam rengkuhan bibir Niken. Di setiap sudut ruangan ada monitor 29 inchi menampilkan film seks sehingga menambah panas suasana pesta ini.

Udara pun tak lagi terasa dingin justru semakin terasa amat panas oleh cepatnya aliran darah kami masing masing. filmbokepjepang.net Aku dan Niken mengambil segelas sampanye lalu saling suap sambil berdansa mesra, saling dekap saling cumbu dan saling pagut. Tubuh kami seimbang karena Niken menggunakan sepatu berhak tinggi sehingga pinggul kami pun tepat bersentuhan. Kedua telor penisku terasa mengusap lembut bibir luar vagina Niken membuat kami kadang merinding kegelian bercampur nikmat.

Bram yang sedari tadi tampak sudah tak tahan ingin segera menyetubuhi Yeni meminta Yeni mengambilkan buah anggur hijau di tengah meja. Karena letak buah anggur itu di tengah meja maka praktis Yeni harus menungging saat mengambilnya. Namun bukanlah Bram kalau tidak berbuat begitu, karena begitu Yeni terlihat mengangkat tumitnya maka merekahlah vagina Yeni lalu buru-buru Bram jongkok dan mencumbui vagina Yeni dari arah belakang.

“Aaaghhh…” Yeni tampak kaget namun menikmatinya dan acara “mengambil anggur” itupun berubah menjadi acara “jilat kacang”.

Yeni memang pandai memasang umpan atas Bram, dia menikmati jilatan demi jilatan Bram dengan desahannya. Bram memang banyak makan garam, karena dengan permainan lidah Bram, Yeni semakin mendesah hebat dan diikuti lenguhan-lenguhan nikmat. Bram menjilat dari lubang anus yang sedikit memerah ke depan menuju bibir sampai sudut bibir vagina bagian depan kemudian berhenti memainkan ujung lidahnya di klitoris Yeni.

“Aaaoohh sshhh.. oohhss hhh.. oohh.. ssshhh.. aagg… oohhghh,” Yeni rupanya mendekati orgasmenya.

Sofi kemudian mendekati Yeni dan jongkok di antara Yeni dan meja, dan dengan sigap sudah terlihat memainkan buah dada Yeni bagian kiri dan yang kanan ia hisap dalam-dalam. Tangan Bram mulai menggapai meraba-raba punggung bagian atas kemudian ke bawah berulang-ulang. Yeni terperangah nikmat apalagi Bram kini mulai menusukkan dua jari tangannya ke vaginanya. Dengan cepat Yeni tak mampu menahan sensasi itu, lalu Yeni pun melenguh panjang, wajahnya mendongak meregang orgasmenya.

“Aaoughh mmpphhh.. aaahkk.. aahhk.. aampphh.. sshitthhogghhh.. sshhh…” ceracau Yeni, matanya mendelik kemudian terpejam, pinggulnya ia putar-putar mengikuti irama lidah Bram.

Demikian pula pantatnya dihetakkan lembut seirama tusukan jari Bram yang semakin cepat temponya dan tak teratur.

“Aaooghh.. aaashh sshhh… mmmpphh… aaahhggh,” Yeni melenguh menikmati detik-detik terakhir orgasmenya.

Yeni kemudian menyibakkan rambutnya dan membimbing Sofi untuk duduk di meja, lantas dengan sigap Sofi segera membuka lebar-lebar sudut kakinya. Yeni mulai memainkan ujung lidahnya belahan vagina Sofi.

“Oogghh.. Yenn… ssshhh… aahh mmpphh… hangat Yennhh…” gumam Sofi. Sekembali Bram dari minum ia lalu menghampiri Sofi dan terlihat mencumbui Sofi dengan lembut.
“Oogghh.. Mas… Brammh… aakhkh… mmpphff…” mulut Sofi tersumpal oleh bibir Bram.Sofi melenguh, kadang mendesah manja, membuat aku dan Niken semakin terhanyut oleh birahi.
“Nikhh.. aaku masukin yach…” bisikku di telinga Niken lantas memainkan belakang telinganya.
“Hem.. aaoghhh.. gelli.. Mass…” desah Niken. Aku sedikit membungkuk lalu tanpa diperintah Niken membantu membimbing penisku memasuki vaginanya.
“Aahhghh.. hangat.. mpphh…” hawa hangat mulai menjalar ke tubuh Niken dari selangkangannya mengalir ke seluruh bagian tubuh.

Rasa pejal dan hangat mulai merambah ke wajah Niken yang kini mulai kelihatan memerah, di lain bagian aku rasakan bukit vaginanya semakin menyembul karena tersumbal oleh penisku. Aku mulai mengocoknya perlahan seirama musik lembut, sesekali Niken menjauhkan tubuhnya dari aku untuk lebih menancapkan gigitan vaginanya yang semakin hangat kurasa.

Sofi sudah mulai mendekati detik orgasmenya dan bersamaan itu pula,

“Ngghh… aaampphh… aaakkhh.. ogghhh… Mas.. Prasshh… aakk… ooh.. aaaghhh…” Niken menggelinjang hebat dalam rengkuhanku, kedua kakinya menegang hebat menahan tubuhnya yang bergetar. Aku kemudian menarik sedikit pinggulnya ke bawah sehingga kedua pahanya kini lebih terbuka lebar dengan demikian aku punya kesempatan untuk menanamkan dalam-dalam secara keseluruhan penisku yang panjang.

“Aaghkk… ohhh mpmpp.. sshhh.. aaghhh.. aaghhh… sshhh..” Niken menggapai orgasmenya, sangat sensasional tubuhnya memeluk hangat tubuhku. Aku merasakan cairan hangat menyiram penisku yang masih tetap berdenyut, lalu kami kembali pada irama dansa, sementara penisku masih menancap di rahim Niken. Aku melihat di dekat meja telah berganti posisi, dan Sofi memegang vibrator nyala memainkannya di vagina Niken terduduk di meja dengan satu kaki ia angkat dan satu kakinya bertumpu di lantai. Dari belakang Sofi, Bram mengocokkan pensinya di vagina Sofi namun kelihatan ironis karena vagina Sofi yang gemuk dan tebal itu beradu dengan penis kecil nyaris tidak kelihatan. Aku sempat melirik Bram saat memasukkan penisnya ke vagina Sofi yang nampak tergopoh-gopoh dan begiitu masuk seluruhnya Bram mendesah.

“Oohhgghh… hangat Soff…” desah Bram.

Sofi mulai menggoyang pinggulnya dengan teratur, memutar, sesekali menghentak ke arah pangkal penis Bram. Bram kulihat kelojotan mendapat serangan Sofi, begitu pula Yeni yang mulai mendesah kepedasan oleh sensasi vibrator yang kini ia mainkan sendiri. Sofi tenggelam dalam alunan birahinya lantas menggoyang cepat dan tak teratur membuat Bram semakin bergetar dan

“Aooghhh.. mmpphh… aakk.. keell…” teriak Bram menyambut semburan spermanya.
“Ttt… tungguu… aahkkkuu.. aaaooghhh.. aaooghg.. aammpphh asshhh aahh.. shhh…” Bersamaan itu pula sofi tegang dan sedetik kemudian tubuhnya bergetar.

Bersama itu pula penisku semakin berdenyut-denyut karena gairahku dan hal ini menambah gelitik di vagina Niken, lalu Niken pun tenggelam dalam orgasme yang berikut. Bram dan Sofi kemudian berpelukan dan berpagutan mesra berjalan menuju sofa di salah satu sudut ruangan. Lain halnya dengan Yeni yang kelihatan putus sudah jenuh dengan permainan vibratornya, kemudian mendekati aku dan Niken.

Yeni mendekapku mesra dari belakang vaginanya yang memang masih menyembul karena birahinya ia gesekkan sendiri ke pantatku. Kenikmatan yang aku rasakan kali ini betul-betul nikmat, aku berdansa dengan dua bidadari dan keduanya mendekapku dengan mesra. Penisku pun kurasa semakin berdenyut tak teratur menandakan aku segera
memancarkan sperma. Namun karena Niken sedikit capai setelah dua kali orgasme ia membimbingku menuju dekat meja.

“Plopphh..” suara penisku saat lepas dari gigitan vagina Niken. Niken melenguh lalu duduk di sisi meja untuk mengambil sampanye lalu memberi isyarat agar aku meneruskan permainanku. Aku rebahkan Yeni di shatin putih, kedua pahanya aku buka lebar-lebar dan semakin merekahlah vagina Yeni. Tak aku sia-siakan kesempatan ini untuk mengecup, mencumbu dan menjilat vagina Yeni yang masih bersih (beruntung Bram menyetubuhi Sofi dulu).

“Aahghhh.. aapap mmhhh.. appmmhh… aaakkhh.. sshh,” Yeni mendesah, tangannya meremas dan memilin putingnya.

Niken tanggap akan hal ini lalu mendekati Yeni dan meletakkan kepala Yeni di pahanya, kemudian Niken memainkan puting Yeni dengan mulutnya. Rabaan dan remasan tangan Niken membuat Yeni semakin bergelinjang hebat dan mempercepat orgasme Yeni yang sedari tadi tersendat.

“Aaagghhh… oooghhh.. oopppmmhhh… sshhh… shiitt hhh… aaahhkkk…” Yeni
mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang.

Berikutnya Yeni semakin bergelinjang dalam lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuhnya hangat tersumbal oleh penisku sementara di bagian lain Niken menambah sensasi di putingnya.

“Aaaghhkk.. kkuu.. mmppphhh… maauuh… aaghhh…” Orgasme berikutnya menyusul, apalagi setelah penisku kudorong lebih dalam lagi membuat Yeni histeris.

Tubuh Yeni masih bergelinjang, pinggulnya ia putar goyang dengan irama tak teratur semakin cepat dan semakin cepat, lalu aku rasakan spermaku sudah berkumpul di ujung penis menyebabkan penisku semakin mengeras. Semakin pejal dirasakan oleh Yeni dan Yeni kembali menggapai orgasmenya yang serasa tiada akhir.

“Yennhh.. aakuu…” desahku ketika hendak menggapai ejakulasiku. Yeni bangkit dan melepas gigitan vaginanya, buru-buru ia meraih penisku dan sekejap sudah tertelan dalam mulut seksi Yeni. Kocokan tangan berkombinasi dengan sedotan kadang permainan lidah Yeni membuatku bergetar hebat dan aku kini yang berdiri pada kedua lututku terasa ingin berdiri dan melepas semua sperma yang ada di kantong spermaku.

“Uughhh.. shhh… Yennh… oookhhh… hisapphhh… ooghh…” ceracauku saat menjelang ejakulasiku.
“Sssrrr… rotth.. crothh… crothhh…” entah berapa semprotan maniku menyembur di mulut Yeni.
“Agghhh…. aampphhh.. oogghhh… hh… mmppphh…” aku masih menikmati sisa-sisa orgasme.
“Ooghhh.. udahh… aaahhh…” pintaku pada Yeni ketika menjilat habis sisa-sisa sperma yang meleleh dari lubang kencingku.

Lega rasanya semua birahiku tersalurkan setelah sekian lama menyumbat. Malam semakin larut lalu kami beristirahat setelah menghabiskan minuman yang ada. Bram lalu menuju ke kamar dan meminta Niken melayaninya di sana, lalu aku menyusulnya, sementara Sofi dan Yeni ke washroom untuk bersih-bersih. Niken menggapai orgasmenya saat aku dan Bram menyetubuhinya, karena penis Bram kecil maka aku sarankan ia melakukan lewat anus Niken sementara penisku yang panjang aku hujamkan dalam-dalam ke rahim Niken.

Niken bergelinjang hebat oleh karena permainanku dan Bram. Bram kemudian tertidur karena kecapaian ditemani oleh Sofi. Aku sendiri mengajak Yeni dan Niken ke kamar lainnya dan menghabiskan malam panjang sampai spermaku terasa betul-betul terasa kering sudah dan akhirnya aku tertidur dalam
pelukan dua bidadari.

Kami terbangun hampir bersamaan ketika matahari sudah tinggi lalu menuju kolam renang dan berendam di sana sambil sarapan pagi. Sore hari kami baru kembali ke Semarang dengan membawa bonus yang tak terlupakan.

Related posts