Lukman Mantan Sopir Ayahku
Lukman Mantan Sopir Ayahku
Benar juga sih, dari pada aku bosan dan hanya bengong sendiri di rumah akan lebih baik jika aku cari kegiatan. Akhirnya aku membuka butik kecil, sekedar untuk mengisi waktu dan menyalurkan hobiku. Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melepas pakaianku hingga tinggal bra dan CD saja yg masih melekat pada tubuhku.
Ketika aku melangkah menuju kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. Untuk beberapa saat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yg masih kencang, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yg berukuran sedang dgn pinggang yg kecil.
Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yg masih ditutupi bra terlihat bertambah montok setelah melahirkan.
“Eeeh… Ngapain Lukman di sana!?” aku membentak akibat terkejut dgn sosok Lukman yg sedang berdiri di bibir pintu kamar.
“Jangan ngeliatin…! Teteh lagi ganti baju nih…!”-cerita hot- kataku dgn marah sambil menutupi bagian tubuhku yg terbuka.
Cerita dewasa terbaru, Tetapi bukannya mematuhi perintahku dia malah melangkahkan kakinya hingga masuk ke dalam kamar ini.
“Lukman…! Teteh udah bilang cepatan keluar…! Kalo nggak Teteh teriak nih…!” bentakku lagi dgn mata melotot.
“Silahkan aja Teteh teriak sekeras-kerasnya… Di rumah ini kan cuma ada kita berdua… Terus hujan di luar juga bakal bikin suara Teteh nggak bakal kedengeran sama tetangga…” ucapnya dgn tatapan tajam.
Sepintas kulihat celah jendela yg berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dgn lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin.
Detik demi detik tubuh mantan sopir ayahku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tdk tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.
“Mang… Ja-jangaaaan…!” kataku dgn suara gemetar.
“Hahahahahaha…! Percuma Teh… Lukman udah napsu banget liat tubuh mulus Teteh…” dia hanya tertawa saat melihatku ketakutan.
“Ja aja jangan dong…!” jeritku begitu dia sekarang cuma berjarak beberapa langkah dariku.
Lukman mulai menerjangku hingga terpental jatuh di atas ranjang dan dalam hitungan detik tubuhnya langsung menyusul dan menindih tubuhku yg dalam keadaan pasrah. Aku terus berusaha meronta saat Lukman mulai menggeraygi tubuhku dalam himpitannya. www.filmbokepjepang.net Perlawananku yg terus-menerus dgn menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuatnya sedikit kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumku hingga akhirnya aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yg kekar itu.
Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dgn membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat denganya, mantan sopir ayahku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali hingga bongkahan pantatku kini terbuka.
Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi aku kalah cepat denganya. Dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tdk dapat bergerak lagi.
“Maaaan… Ennggh… Ja-jangan… Jangaaaan…” aku memohon berulang-ulang.
Rupanya dia sudah kesurupan dan lupa siapa yg sedang ditindihnya. Setelah melihat diriku mulai kehabisan tenaga, dia dgn sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya ke belakang tubuhku, begitu pula lengan kiriku hingga keduanya kini tertahan oleh badanku sendiri.
“Lukman udah lama pengen nyicipin tubuh Teteh…” bisiknya di dekat telingaku.
“Dari pertama kali Lukman jadi sopir bapak kamu, Lukman emang udah nungguin kesempetan kayak gini…” katanya lagi dgn suara nafas yg memburu.
“Ta-tp Teteh kan… Anak majikan Lukman…” kataku mencoba mengingatkan.
“Tp kan itu dulu… Sekarang mah udah nggak lagi atuh… Hehehe…” balasnya sambil melepas ikatan tali bra yg kukenakan.
“Heeehh… mmmpphh… Heeehh…” desah nafasnya memenuhi telingaku.
“Wuuiiih…! Jadi montok nih badan Teteh…” ujarnya memandangi tubuhku dgn tatapan nanar.
Tangannya bergetar meraih dan meremas-remas payudaraku yg menyebabkan aku mendesah-desah. Suaranya desahanku terdengar sangat sensual. Wajahnya mendekati kedua bukit kembarku lalu kurasakan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingku, menghisap dan meremas-remas payudaraku.
Setelah itu tangannya mulai merayap ke bawah, mengelus-elus bagian kewanitaanku yg tdk dihiasi bulu-bulu sama sekali. Jari Lukman mulai mengelus-elus bibir meqiku lalu menyusup ke dalam.
“Aaaahh… Maaaaannnn…!” erangku menahan rasa nikmat yg mulai mendera.
Lukman tdk membuang-buang waktu, dia segera membuka kaos lusuh dan celana panjangnya kemudian kembali melumat payudaraku yg sudah menegang. Perlahan mulutnya merayap makin ke bawah. Dia mengecup-ngecup gundukan di antara pahaku sekaligus mengelusi paha dan pantatku.
Dgn hati-hati ia membuka kedua pahaku dan mulai mengecup meqiku disertai jilatan-jilatan. Tubuhku pun bergetar merasakan serangan lidah Lukman.
“Agghh… Ooohh… nikmaaattt… Maaann…! Te-terus jilatnyaaaa… I-iyaah… Di situuu… Aaahhh…!” desahku tdk karuan.
Mendengar aku yg sudah menikmati, dia membiarkan tanganku terbebas. Namun perlakuan Lukman semakin menjadi-jadi. Dia bahkan menghisap-hisap kewanitaanku dan meremas-remas payudaraku dgn liar secara bersamaan. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai diriku, tubuhku menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yg tdk berkesudahan. Kini aku membuka lebih lebar kedua kakiku agar memudahkan mulut Lukman melahap meqiku.
Sensasi geli bercampur nikmat membuatku menggeleng-gelengkan kepala dan menggeliat-geliat. Aku semakin tenggelam menuju ke dasar lautan birahi. Si Lukman terlihat tahu persis apa yg harus dilakukan selanjutnya, dia membuka celana dalamnya dan merangkak naik ke atas tubuhku.
Kami pun bergumul dalam ketelanjangan yg berbalut birahi. Sesekali Lukman berada di atas dan sesekali di bawah. Pinggulnya terus bergerak liar, demikian pula aku yg tdk tinggal diam dan melakukan hal yg sama. Kemaluan kami saling beradu, menggesek dan menekan-nekan. Detak jantungku semakin kencang dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.
Rasa malu dan berdosa telah tergerus oleh birahi yg meledak-ledak bercampur sebagai pelampiasan dari rasa marah, sedih dan kecewa yg kurasakan.
Di tengah kegalauan ini, aku teringat sebuah film yg yg berkisah tentang seorang wanita yg berselingkuh dgn pria lain yg berperawakan kasar. Kenyataan bahwa Lukman, pria dewasa berusia sekitar 40 tahun yg sedang menggumuliku ini adalah mantan sopir Ayah, membuat birahiku semakin memuncak.
Aku tahu bagi sebagian orang ini menjijikkan, tp aku tdk peduli karena aku mulai menikmatinya. Menikmati bagaimana tubuhku dijarah pria lain. Lukman kini memposisikan diri di antara kedua belah pahaku sambil tangan kanannya memegang kejantanannya yg telah menegang.
Lalu dia mengarahkan kejantanannya ke lubang meqiku.
“Lukman coblos sekarang yah Teh…” katanya meminta persetujuanku.
“I-iya boleh… Tp jangan kasar-kasar ya Mang…” pintaku.
“Tenang Teh… Sama Lukman pasti ketagihan deh…” dia lalu mulai menekan kepala k0ntolnya yg mirip jamur itu ke bibir meqiku.
“Enghhhh… Aaaahh… Mmpphh…” aku pun merintih-rintih.
“Santai aja Teh… Nanti pasti lebih enak lagi…” perintahnya.
“He-eh Mang… Eeesshh…” k0ntol itu panjang juga, lebih panjang dari milik suami ataupun adik laki-lakiku.
“Haah… Haaahh… Enak ya Teh? Lukman juga enak banget nih… Haaahh…” tanyanya.
“Ehh… Iyaaah… Eenaakk banget Mang…!” jawabku sambil menggeliat.
Lukman menekan pinggulnya lagi sehingga k0ntolnya semakin masuk ke dalam meqiku yg mungil.
“Aakhh…! Eeengghh…!” erangku cukup keras sambil mencengkram erat lengan Lukman.
Dia mendiamkan k0ntolnya yg telah menancap dalam meqiku agar aku bisa membiasakan diri dulu, pengertian juga dia terlepas dari perlakuan kasarnya tadi. Aku dapat merasakan batang itu berdenyut-denyut di antara jepitan dinding meqiku.
“Lukman suka banget heunceut Teteh… Sempit bener…” puji Lukman sembari matanya merem-melek.
Tanpa berlama-lama lagi, dia kembali menggenjot meqiku. K0ntol yg panjang itu seakan mengaduk-aduk isi meqiku, aku mendesah tak tertahan merasakan kenikmatan yg kudapat.
“Eehehh… Entot Teteh Mang… Iyaaaa… Teruuuuus…” racauku sambil menerima gerakan Lukman yg semakin cepat itu.
Nampaknya Lukman mengerti bahwa aku sudah pada situasi terangsang berat, karena tdk pernah sekalipun dia mendengar aku berkata kasar seperti tadi. Dia kemudian merebahkan badannya yg agak kurus hingga menindih tubuhku dan memeluknya seraya melumat mulut, leher hingga telingaku. Lukman mengecup-ngecup leher, bahu dan akhirnya payudaraku kembali jadi bulan-bulanan lidahnya.
Perlakuan Lukman membuat birahiku semakin menggila, aku pun semakin melenguh dan mendesah tdk karuan. Bagian belakang tubuhnya yg mulai dari punggung hingga pinggangnya tak luput dari remasan-remasan tanganku. Aku membiarkan diriku dikuasai mantan sopir ayahku itu.
Pinggulnya mulai bergerak memutar mengaduk meqiku sekaligus mulutnya bertambah ganas melahap gundukan payudaraku beserta putingnya.
“Unghh… Ooohh… Enaaakkhh Mang…” desahku sambil membuka kakiku lebih lebar lagi.
Tentu saja Lukman tdk menyia-nyiakan kesempatan ini, dia bahkan mempercepat gerakan pinggulnya.
“Arrgghh…. teruuuus Maannn…!” aku meracau merasakan kejantanan Lukman yg berputar-putar di dalam kewanitaanku.
Kepalanya tengadah dgn mata terpejam, pinggulnya terus bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat reaksi yg baik dariku, Lukman tdk ragu lagi untuk menghujam-hujamkan batang kemaluannya.
“Aaauugghh… mmmpphhhh…. Maaaannn…! Iyaaa Mang…!” aku tdk kuasa lagi menahan luapan kenikmatan sampai eranganku semakin tdk terkendali.
Aku masih mencoba menggigit bibir agar suaraku tdk terlalu keras namun tetap saja tdk bisa, apalagi bila Lukman memberikan menusuk dgn kencang.
“Wuuhh… Eeenaakk deh memek Teteh…!” ceracaunya sambil terus menggenjotku.
“Aahh… Oohh…” kenikmatan terlarang itu semakin menderaku.
Gerakan pinggulku kubuat seirama dgn kocokan k0ntol Lukman.
“Teh… Ganti gaya nungging dong…” pintanya setelah kurang lebih setengah jam lamanya dia menyetubuhiku.
Tanpa perlu diminta lagi, aku pun membalik tubuhku dan mengambil posisi menungging dgn berpijak pada dua sikutku yg menekan ranjang.
Lukman kemudian mengambil posisi tepat di belakangku.
“Asyiik…sekarang ganti gaya nih… Wuiiih bokongnya Teteh juga mantep euy…” ujar Lukman sambil membelai-belai pantatku.
Tangannya menyibak bongkahan pantatku sehingga meqiku jelas terlihat olehnya, setelah itu, Dia mulai menjilati meqiku.
“Ngghh… Ssshh Maaannn… Aauuuhh…!” aku mendesah nikmat karena jilatan si Lukman dalam posisiku yg sedang menungging terasa nikmat sekali.
Mendengar desahanku tadi, dia semakin semangat. Jarinya ikut bermain di meqiku. Cukup lama juga dia mencium dan menjilati meqiku, sampai kurasakan sesuatu mulai mengumpul di paha, pantat dan bibir meqiku. Aku hampir orgasme ketika Lukman menghentikan jilatannya. Tadinya aku mau protes karena orgasmeku batal, tp tentu saja aku gengsi memohon untuk melanjutkan.
Setelah jilatan itu lepas, k0ntol Lukman yg masih tegang langsung melesak masuk lagi ke liang senggamaku.
“Aaaahh… Enaak bangeeet Teh…!” katanya ketika sudah menggenjot tubuhku dari belakang.
Aku terbuai menikmati setiap tusukannya, apalagi ketika kedua tangannya tdk diam saja dan terus menggeraygi tubuhku. Payudaraku juga tdk lepas dari remasan-remasannya. Tdk lama kemudian, kedutan kecil mulai terasa di dinding meqiku. Lukman mempercepat goyangnya, hingga tdk lama kemudian aku merasakan sudah di ambang orgasme.
Sesekali kubenamkan wajahku ke bantal bila aku tdk tahan mendesah keras agar suaraku teredam. Genjotannya kurasakan semakin bertenaga hingga ranjang ini bergoyang-goyang.
“Ouughh… Maaaaann… Teteeeeh udaaah… Aaaahhh… Aaaaaahhh…!” pertahananku akhirnya tembus.
Meqiku mengucurkan banyak sekali cairan orgasme, kurasakan semua sendiku serasa mau lepas dan kedutan di dinding rahimku menjepit erat k0ntol Lukman.
Tentu saja kini k0ntol Lukman semakin cepat keluar masuk dikarenakan meqiku telah licin oleh cairan kenikmatan.
“Duuhh… Mang… Teteh udah keluar nih… Aaaahhh… Enaaaak…!” aku begitu hanyut dalam birahi yg menggebu-gebu.
“Memeknya Teteh sempiiit Teh… Berasaaa bangeeeet… Uuuhhh…!” ujarnya ketika masih sibuk menggenjotku.
“Sodokan Lukman juga kuaaaat… Uugghh…” pujiku.
“Ooooh… Mamaaaann juga mau keluar Teeeh…” desah Lukman yg ternyata sudah tdk tahan lagi.
Dgn sisa tenagaku aku mencoba membantunya keluar lebih cepat. Pantatku bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan Lukman. Merasakan goyanganku, tentu saja dia semakin bernafsu dan mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
Semakin liar pergumulan ini, keringat terus membanjiri tubuh kami berdua.
“Uuuhh… Teeeh… Lukman keluaaaaaarr…!” dia mengerang dgn keras hingga remasan pada payudaraku juga semakin kencang dan membuat aku meringis.
Dgn kurang ajarnya karena tdk berniat untuk ejakulasi di luar rahimku, si Lukman malah menekan k0ntolnya dalam-dalam hingga tubuhnya pun mengejang. Semprotan sperma hangat terasa sekali di meqiku, jumlahnya banyak sekali hingga sebagian meleleh keluar membasahi selangkanganku.
“Aaaahh Teteeeh… Oohh… Enaaaknya…! Seumur-umur belom pernah Lukman ngerasain enak kayak begini…” katanya lalu menindihku tubuh mungilku.
Masih dapat Kurasakan kedutan kelamin kami berpadu sampai akhirnya hilang perlahan, aku terbaring dgn nafas tdk karuan.
“Mang…” aku memanggil perlahan karena suaraku serak akibat eranganku.
“Iya Teh? Mau lanjut lagi? Lukman masih kuat loh…! Hehehe…” katanya cengengesan.
“Enak aja…! Sana cepetan pake baju… Udah mau pulang nih… Teteh nggak mau ada masalah Mang…” ujarku beralasan.
“Loh? Masa baru segitu…” protesnya saat kulempar kaos lusuhnya hingga mengenai wajahnya yg mesum.
“Buruan Mang… Teteh mau beres-beres kamar terus mandi…” kataku tdk sabaran.
“Eeehh… Iya deh… Tpnya lain kali masih mau kan Teh? Hehehe…” tanyanya sambil memakai kembali pakaiannya buru-buru.
“Gimana nanti aja Mang… Teteh nggak mau janji…” aku juga ikut memakai baju dan celanaku lalu beranjak keluar kamar.
“Cepatan dong Mang… Mumpung belum ada siapa-siapa nih…” aku berteriak saat yakin keadaan di luar rumah masih aman.
“Sampe ketemu lagi ya Teh… Hehehe…” sahutnya sambil memeluk tubuhku.
“Iiiihh… Lepasin Mang…! Gih sana pulang…” kudorong dadanya hingga pelukannya terlepas dan menyuruhnya keluar rumah tanpa menghiraukan celotehnya di luar sana.
Sungguh persetubuhan tadi membuat tenagaku terkuras sampai aku merasa ngantuk. Aku pun langsung merebahkan diri di ranjangku yg masih dalam keadaan berantakan. Mataku terpejam dan sebentar saja aku sudah terlelap ketiduran. Aku terbangun ketika jam dinding menunjukkan pukul empat sore.
Percintaan liar tadi masih saja membayangi pikiranku, bagaimana mantan sopir ayahku melumat tubuh ini masih jelas terngiang. Rasa panas serta sedikit nyeri pada meqiku pun masih sangat terasa. Aku masih belum bergerak dari ranjang karena masih lelah. www.filmbokepjepang.net