Dukun Cabul Yang Menikmati Memek Calon Anggota Dewan

 Cerita panas dukun cabul ini merupakan sebuah kisah mengenai seorang wanita yang berniat untuk melancarkan niatnya agar terpilih dalam pemilu calon anggota dewan legislatif di daerahnya. Karena merasa tidak begitu percaya diri, maka dirinya pergi ke mbah dukun yang terkenal untuk mendapatkan ‘pegangan’ agar dirinya bisa lolos pada pemilu tersebut.

“Din, setelah 2 orang ibu-anak itu, aku mau istirahat.” ujar Mbah Marjono dari dalam kamar prakteknya setelah memberikan susuk pada seorang pasien.

Amirudin bergegas keluar menghampiri dua pasien berikutnya dan mempersilahkan masuk ke ruang praktek Mbah Marjono. Mbah Marjono adalah seorang dukun kondang di daerah Jatim.

Keahliannya sangat tersohor, dari pelet sampai santet. Dari penglaris sampai jabatan, dia tiada bandingannya. Ruang prakteknya yang dipenuhi oleh benda-benda pusaka, dan segenap wewangian kemenyan serta sesaji bagi iblis sesembahannya menambah keangkeran dukun berusia 60 tahun dengan jambang lebat memenuhi wajahnya.

Pasien berikutnya adalah Nyonya Cindy dan diantar oleh puterinya Tina.

Nyonya Cindy adalah wanita berusia 45 tahun yang sangat anggun. Dia sengaja datang ke Jawa Timur selain untuk menghadiri resepsi karibnya kemarin, juga mengunjungi Sang Dukun yang sakti mandraguna ini. Sengaja dia minta antar puterinya, karena kesibukan suaminya sebagai pengusaha yang mengharuskan melakukan perjalanan bisnis ke Eropa.

Jilbab kuning yang membungkus kepalanya menambah kanggunan wanita berparas cantik ini. Di sampingnya adalah puteri sulungnya Tina yang tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Menurun dari ibunya, Tina yang masih 18 tahun ini juga memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan Sang Ibu. Gadis ini tampil santai dengan kaos merek Zara yang ketat lengkap dengan jeans hitam yang lekat dengan pahanya yang ramping.

“Silahkan duduk Nyonya Cindy dan Dik Tina….” ujar Mbah Marjono mempersilahkan kedua pasien terakhirnya ini untuk duduk di karpet tepat di depan meja praktiknya.

Mata sang dukun yang tadinya lelah sontak kembali berbinar. Amboi, cantik benar 2 makhluk ini. Mulus, berdada montok, dan ah….ternyata tidak cuma mata sang dukun yang berbinar, penis Mbah Marjono pun ikut memberikan sinyal soal santapan malam yang indah dari dua wanita cantik ini. Belum sempat dua pasiennya menyembunyikan kekagetan dengan kemampuan Sang Dukun menebak nama-nama mereka.

Mbah Marjono kembali berujar,

“Nyonya Cindy tidak usah kuatir. Nyonya pasti bisa jadi anggota dewan tahun ini….Bukankah begitu yang nyonya inginkan?”

“Be..benar…Mbah Dukun. Gimana Mbah bisa tahu maksud saya?” tanya Nyonya Cindy makin kaget sekaligus makin percaya pada kesaktian sang dukun.

Nyonya Cindy memang salah satu caleg dari parpol pada pemilu tahun ini. Dan di saat peraturan bukan lagi pada nomor urut, melainkan suara terbanyak, membuat sang nyonya menjadi ketar-ketir.

“Hahahaha…iblis, setan dan jin mengetahui semua maksud di hati.” ujar Mbah Marjono bangga.

“Tapi, ini tidak gampang, Nyonya….” ujarnya lagi.

“Maksud Mbah Dukun? Bagaimana caranya? Apa saja akan saya lakukan untuk itu Mbah.” ujar Nyonya Cindy tidak sabar.

“Aura kharisma Nyonya tertutupi oleh tabir gelap sehingga tidak keluar. Harus ada banyak pengorbanan, dan sesembahan agar itu semua keluar. Tapi itu ada ritualnya, bisa diakali, Nyonya tidak perlu kuatir.” Kali ini Mbah Marjono mulai ngawur.

Semua kalimatnya sengaja dirancang untuk mendapatkan keuntungan dari dua wanita cantik ini.

“Kamu dan puterimu harus total mengikuti ritual yang akan saya siapkan. Sanggup?”

“Sanggup,Mbah”

“Dik Tina sanggup membantu Mama?” tanya dukun yang sedang horny ini pada puterinya.

“Sanggup,Mbah.” Sahut Tina demi sang mama tercintanya.

Mulailah Mbah Marjono komat-kamit sambil melempar kemenyan pada pembakarannya. Matanya tiba-tiba melotot. Dan suaranya menjadi parau.

“Kalian berdua ikut aku ke ruang sebelah….Sebelumnya Nyonya minum air dalam kendi ini. Air suci dari negeri jin Timur Tengah.” Mbah Marjono menyodorkan kendi yang memang disiapkan khusus, dengan rerempahan yang mengandung unsur perangsang yang sangat kuat.

Niat kotornya sudah mulai dijalankan. Di sebelah ruang praktik utama terdapat gentong besar berisi bunga-bunga aneka macam. Dan sebuah dipan kayu, serta meja kecil di dekatnya. Lebih mirip kamar mandi. Mbah Marjono menyuruh Nyonya Cindy masuk mendekati gentong. Dan memberi perintah agar Tina melihat dari depan pintu ruangan.

“Kita mulai dengan pembersihan seluruh tabir itu, Nyonya. Rapal terus mantra ini dalam hati sambil aku mengguyur badan Nyonya….Mojopahit agung, Ratu sesembahan jagad. Hong Silawe,Hong Silawe.” lanjut Marjono.

Tangannya mengambil gayung di gentong dan mengguyur pada tubuh Nyonya Cindy. Air kembang pun dalam sekejap membasahi jilbab dan gamis hitam Nyonya Cindy. Semakin memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh Nyonya ini yang masih ramping dan terjaga.

“Edan..ngaceng penisku rek.” batin Mbah Marjono.

Tangannya yang satu bergerak menggosok tubuh yang sudah basah itu. Dari ujung kepalan Nyonya Cindy yang masih terbalut jilbab kuning, dahi, hidung, bibir, leher, dan merambat ke dua gundukan di dada Nyonya Cindy. Sempat Nyonya Cindy terkaget dengan sentuhan tangan kasar sang dukun, tapi buru-buru dia konsentrasi lagi dengan rapalannya.

“Bagus terus konsentrasi Nyonya. Jangan sampai gagal, karena akan percuma ritual kita…Sekarang lepas baju Nyonya biar reramuan kembang ini meresap dalam kulit Nyonya.” Perintah Mbah Marjono yang langsung dituruti oleh Nyonya yang sudah ngebet jadi anggota dewan ini.

Nyonya Cindy benar-benar telanjang bulat sekarang. Tubuh putih mulus dengan kulit yang masih kencang. Melihat mangsanya dalam kendali, Mbah Marjono semakin berani. Badannya dirapatkan, agar penisnya menempel di belahan pantat Sang Nyonya yang montok. Jemarinya semakin nakal memainkan puting Nyonya Cindy.

Terus turun ke sela-sela paha Nyonya Cindy, memainkan vagina Sang Nyonya. Setelah 5 menit, tampak tubuh Nyonya Cindy bergetar, tanda-tanda bahwa ramuan perangsang sudah mulai bekerja.

Mbah Marjono menuntun Nyonya Cindy ke dipan kayu yang ada di ruangan itu dengan semua letupan birahi yang semakin tidak tertahankan. Perhitungannya, tak lama lagi, Sang Nyonya akan tidak mampu berdiri karena melayang di antara alam sadar dan bawah sadarnya. Setelah membaringkan mangsanya, Mbah Marjono meneruskan rangsangannya.

Bibir tebalnya terus mencium seluruh tubuh Sang Nyonya. Wewangian kembang membuat nafsunya semakin tidak tertahankan lagi. Bibir dan lidahnya menyerbu bibir vagina Sang Nyonya.

Edan, orang kaya emang beda. Jembutnya aja ditata. Wanginya juga beda, batin Mbah Marjono sesaat setelah melihat vagina Nyonya Cindy. Nyonya anggun ini mulai terangsang hebat.

Tubuhnya menggeliat-geliat setiap sapuan lidah Marjono memutar-mutar klitorisnya. Pantatnya naik turun seakan ingin lidah Mbah Marjono tertancap lebih dalam.

“Eeeemmm….” Desah Nyonya Cindy penuh kenikmatan.

“Ini saatnya.” Pikir Mbah Marjono membuka pakaian dan celananya dengan buru-buru lalu naik ke atas dipan, mengambil posisi di sela paha Cindy.

“Apa yang Mbah lakukan pada Mama?” Tiba-tiba semua perhatian Mbah Marjono terbelah oleh pertanyaan Tina.

Iya, ada anaknya yang nonton dari tadi. Beda ama ibunya, Tina tentu saja masih sangat sadar.

“Tenang cah ayu. Mamamu harus melakukan ritual tertinggi kharisma asmaradana. Aku harus menyatu lewat persenggamaan untuk membongkar tabir jahat pada Mamamu. Mamamu harus ditolong. Kamu mau pengorbanan Mamamu tidak sia-sia bukan,Nduk?”

“Iya,Mbah.”

“Sekarang diam di situ. Dan bantu perjuangan Mbah dan Mama dengan rapalan tadi….” perintah Mbah Marjono sambil mengembalikan konsentrasinya pada penisnya yang sudah berdiri tegak.

Urat-urat penisnya semakin membesar, pertanda sudah sangat siap untuk melakukan penetrasi. Kepala penis Mbah Marjono yang mirip jamur raksasa berwarna hitam itu kini sudah berada di bibir vagina Nyonya Cindy.

Bibir vagina yang sudah basah karena cairan itu merekah saat kepala penis Sang Dukun mulai membelah masuk. Mbah Marjono mengatur napasnya. www.filmbokepjepang.net  Perjuangannya untuk menembus vagina Nyonya satu ini ternyata cukup sulit. Diameter penisnya terlalu besar untuk vagina Nyonya Cindy. Baru kepala penisnya yang mampu masuk.

“Aaaaah…seret juga milikmu,Cindy sayang. penis suamimu payah rupanya. Tahan sedikit ya. Mbah akan beri kenikmatan hebat…” bisik Marjono pada telinga Cindy.

Dilingkarkannya tangan gempal Sang Dukun pada pantat montok Nyonya Cindy. Dadanya bersandar pada dua payudara Cindy. Dan dengan hentakan keras, dibantu tekanan tangannya, penis Marjono melesak masuk.

“Eeeemmmphmm,…mm..mm.” Desah Cindy sambil merem melek. Pengaruh ramuan perangsang plus hentakan tadi rupanya membuat sensasi luar biasa bagi Cindy.

Marjono pun merasa nikmat luar biasa. Dibanding milik istri mudanya pun, milik Cindy masih lebih legit. Mungkin karena orang kota pandai merawat diri, pikir Marjono sambil menikmati pijatan vagina Cindy.

“Plok…plok…plok…plak…plak…plak..” suara perut Mbah Marjono bertemu kulit putih Cindy.

Sesekali Mbah Marjono menelan ludahnya sendiri melihat batang besarnya yang hitam pekat keluar masuk vagina Cindy yang putih mulus. Kontras, menimbulkan sensasi yang luar biasa.

“Ooooh…Mbah.” Cindy mengeluh panjang.

Tubuhnya mengejang hebat. Orgasme melanda wanita molek ini rupanya, batin Marjono. Terasa cairan hangat mengalir deras membasahi batang penis Marjono. Marjono mengejamkan matanya menikmati sensasi hebat ini. Ia sengaja membiarkan Cindy menggelinjang dalam orgasmenya.

“Sekarang saatnya,sayang. Jurus entotan mautku. 6 isteriku sendiri tidak ada yang bisa tahan…” Bisik Mbah Marjono sambil tersenyum setelah melihat orgasme Cindy sudah reda.

Marjono mulai mempercepat genjotannya. Naik turun tanpa lelah. Pantat Cindy pun mengikuti irama genjotan Mbah Marjono. Sesekali sengaja dia tarik penisnya hingga hanya menyisakan kepalanya.

Membuat pantat Nyonya Cindy terangkat seakan tidak rela barang besar itu keluar dari vaginanya. Mbah Marjono menarik tubuh Cindy hingga mengubah posisi menjadi duduk. Sambil memeluk pinggul Cindy, Marjono meneruskan sodokannya.

Cindy pun mengimbangi dengan meliuk-liukkan pinggulnya. Gerakan pantat Cindy membuat penis dukun tua itu seperti diremas-remas. Karena hasratnya yang sudah memuncak. Nyonya Cindy mendorong Marjono rebah. Dan kini Nyonya anggun itu mengambil kendali dengan liarnya. Rambut panjangnya terurai berkibar-kibar. Peluhnya membuat kulit putihnya seakan mengkilap.

Hong Silawe,…uuuggh…mmm..mmmph…Hong Silawe…aaaaahhh…” Dalam gerakan liarnya pun Cindy tidak lupa membaca manteranya.

Mbah Marjono tersenyum dan menikmati itu sebagai pemandangan yang begitu erotis. Dua tangannya meraih dua payudara Cindy yang terayun turun naik. Meremasnya dengan gemas.

Sesekali tubuhnya terangkat untuk memberi kesempatan bibirnya mengulum dua puting yang menggoda itu. Nyonya Cindy mengerang dengan hebatnya. Sebuah percumbuan yang hebat ini mungkin baru kali ini dia alami seumur hidupnya.

“Ooooohh….ooohh…uuuggh… Hong….aaaaah…Silawe..Ratu…j agaaaad…aaaah” Cindy semakin meracau tak karuan.

Tubuhnya mulai tak kuasa kembali menahan kenikmatan dahsyat ini. Cindy terus meliuk di atas tubuh tua Sang Dukun. Pantatnya mengayun dengan irama yang semakin kacau. Dan, kedua tangannya memegang rambut panjangnya.

“Bagus, sayang…terus rapal.rapal…aaah…rapal..kita sampai bareng, Cindyku….hhhhmmpphh..” Mbah Marjono pun merasakan penisnya mulai berkedut.

 Sambil mencengkram keras pinggul Nyonya Cindy. Mbah Marjono membantu mempercepat kocokan dari bawah. Tubuh Mbah Marjono mulai menegang. Dan sambil bangkit mendekap Nyonya Cindy, Mbah Marjono mengeluh keras,

“Aaaaaaaaagghhh…ghh…Cindy…”

“aaaaagggh….mmmmph…mmmp…aaaaah.” Nyonya Cindy pun menyambut pelukan Sang Dukun.

Tubuhnya bergetar untuk kedua kalinya. Rupanya inilah kali kedua Cindy mendapat orgasme hebat di dipan kayu ini. Badan seksi Nyonya yang anggun ini pun ambruk didekapan Marjono yang masih merem melek menikmati sisa orgasmenya dari caleg cantik ini.

Dua-tiga menit ia memeluk Cindy, membiarkan penisnya menikmati hangatnya liang peranakan Cindy. Setelah menidurkan Nyonya Cindy yang kelelahan di dipan, Sang Dukun melepaskan penisnya dari vagina Nyonya Cindy. www.filmbokepjepang.net

Related posts