Cerita Dewasa Tamu Rindu Pijantanku

Suatu hari saat santai saya mendapatkan kabar kalau suamiku mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat, hatiku serasa bergetar tak percaya mendapatkan kabar seperti itu, padahal baru 1 tahunan kami menjalin rumah tangga, sekarang saya sudah mengandung anak dari suamiku, sungguh hitam saat itu, dua hal besar yang membuatku berpikir ketika itu bahwa saya kehilangan seorang yang kucintai dan kehamilanku. Apakah saya harus menanggung semua perbuatan tersebut seorang diri? Ketika menghadiri pemakamannya ingin rasanya saya terjun di dalam lubang kubur, ingin menyusulnya.

Setelah itu saya mengalami kesedihan yang berlarut-larut, sakit rasanya ditinggal pergi seorang yang kita cintai terlebih ditinggal mati dan secara tiba-tiba. Jika kita diputus pacar mungkin bisa terobati dengan masih bisa kita melihatnya walaupun sudah dimiliki oleh orang lain, tetapi jika telah beda alam, bagaimana mau melihatnya? Kadang ingin rasanya bertemu dalam mimpi untuk mengobati rindu, sekali saja, tetapi semakin saya inginkan malah semakin sulit untuk tidur.

Lama saya mengalami kesedihan, hingga akhirnya saya ditegur oleh orangtuaku. Untuk menutupi rasa kesedihanku saya dinikahkan oleh orangtuaku. Ketika saya menemui calon suamiku, saya tidak ada rasa apapun terhadapnya. saya menyadari kalau ini bukan kemauannya juga, ia hanya sekedar membantuku agar melupakan kesedihanku.

Akhirnya saya melakukan perjanjian dengannya sebelum ke jenjang pernikahan, yang berisi bahwa kamu bisa menikmati seluruh tubuhku tapi jangan harap kamu mendapatkan cintaku dan saya ingin pernikahan ini tidak berlangsung lama, seandainya saya hamil, saya ingin ia segera menceraikanku begitu anakku lahir, dan jangan mencariku, jika anakku menanyakan bapaknya akan saya jawab bahwa ia telah meninggal. Jadi jangan cari saya dan jangan cari anaknya, ia tidak mengetahui bahwa saya sedang hamil benih cinta dari pacar pertamaku.

Perjanjian ia terima, maklum ketika itu saya lagi mekar-mekarnya, banyak juga yang menginginkanku. Sementara ia tanpa bersaing hanya dengan penunjukkan langsung, mendapatkan diriku, oleh sebab itu ia segera mendapatkan perjanjian tersebut. Mungkin dalam benaknya buat apa cinta yang penting ia mendapatkan tubuhku serta memenangkan perebutan diriku.

Dengan upacara pernikahan yang sangat sederhana sekali jadilah kami sepasang suami istri. Seperti layaknya sepasang pengantin kami pun mengalami yang namanya malam pertama tetapi tidak seindah yang kubayangkan, hanya semu karena memang tanpa didasari rasa cinta yang menyatu.

Selanjutnya kehidupan kami pun tidak jauh beda dengan rumah tangga yang lainnya. Hingga saya beritahukan kepada suamiku bahwa saya hamil. ia menanggapi dengan dingin, mungkin ia tahu bahwa benih di perutku bukan dari dia.

Setelah kandunganku sudah mencapai harinya, persalinan telah selesai. saya mendapatkan seorang bayi laki-laki, di usiaku yang ke 16. Setelah masa nifasku selesai, saya menagih janji pada suamiku. ia tanpa rasa sedih sedikitpun segera memproses perceraianku.

Orangtuaku menanyakan sebabnya, karena kami sudah ada kesepakatan dari awal sebelum pernikahan maka kami melakukan sandiwara agar tujuan perceraian tercapai, akhirnya mereka menerima. Jadilah saya seorang janda dengan seorang bayi laki-laki di usia yang masih muda, hampir 17 tahun.

Mengapa saya memilih seperti ini? Karena buat apa kita hidup bersama dengan orang yang tidak kita cintai. Sementara bayiku merupakan bagian dari hidupku, karena dari benih orang yang sangat kucintai. saya tetap masih mengenang pacarku yang telah mendahuluiku, darinya lah saya mengenal cinta, yah cinta pertamaku, cinta sejatiku, dan saya masih merasa tetap sebagai kekasihnya walaupun telah berbeda alam.

Setelah saya merasa sudah agak pulih, saya mulai mencoba kerja di pabrik di daerahku, ketika itu usiaku menginjak usia 17 tahun lebih. Selama menjadi janda dan pengangguran, untuk sementara saya dibantu oleh kakakku. Kerja di pabrik ternyata lumayan juga, capeknya. www.filmbokepjepang.net   Belum ada setahun kerja di pabrik, saya ditawari temanku untuk kerja di Jakarta, tanpa pikir panjang segera saya terima, bayiku saya titipkan pada kakakku.

Pekerjaan di Jakarta yang saya terima sebagai pramuniaga, cukup lama saya bekerja di sini hingga usiaku hampir 19 tahun. Gaji yang kuterima lebih besar dari kerja di pabrik di desaku, tetapi pengeluaranku juga lumayan besar di Jakarta, hingga uang yang saya kirimkan ke desa untuk anakku tidak begitu beda hanya lebih beberapa puluh ribu rupiah saja.

Beberapa bulan kemudian temanku yang mengajakku ke Jakarta pindah kerja, tinggallah saya di Jakarta seorang diri, tanpa teman dan saudara.

Suatu hari saya mendapatkan berita bahwa anakku sakit hingga saya harus pulang ke desa. Setelah anakku sembuh saya kembali ke kota, ternyata posisi pekerjaanku telah diisi orang lain dan saya sudah tidak dibutuhkan lagi, sedih sekali rasanya.

Saya mencari teman sedesaku yang dahulu mengajak ke Jakarta untuk menanyakan apakah ada pekerjaan untukku. Setelah bertemu dia. ia mengajak bekerja di tempatnya yaitu sebuah tempat pijat. ia menerangkan pekerjaan yang ia lakukan, juga mempraktekkan langsung ke diriku di tempat kost-annya.

Setelah saya pertimbangkan, hanya seperti itu, yah saya terima. Tanpa menggunakan surat dan Ijazah, saya diterima dan langsung kerja.

Hari pertama, saya kerja, kikuk juga, tadi sih praktek di kamar belakang bisa, kini sudah masuk kamar, bingung juga, beruntung saya mendapatkan tamu pertama yang pengertian. ia memang bertujuan hanya pijat, nggak tahu apakah ia menyenangkan diriku, ia bilang pijatanku enak dan setelah selesai saya mendapatkan uang tips.

Enak juga kerja tidak begitu capek tetapi bisa uangnya lumayan, tidak seperti jadi pramuniaga, berdiri terus menerus selama delapan jam yang hanya diberi waktu istirahat satu jam.

Tamu ke dua, mulai meraba-raba, saya tidak sanggup menerimanya hingga kuberikan ke temanku yang lain, senang sekali temanku menerimanya. saya hanya mau tamu yang hanya membutuhkan pijat saja. Hari berganti hari, akhirnya saya tahu seperti apa tempat kerjaku. Kalau mau bisa uang banyak yah harus berani.

Kata temanku di sini tidak ada cinta, yang ada hanya uang. Jangan jatuh cinta dengan tamu. Tetapi puaskanlah tamu, buat agar segera selesai, bayar dan selesai. Merinding saya mendengarkannya. Memang sih tamunya ia banyak sekali. Jangan lihat wajahnya, mau cakep mau jelek yang penting bayar, katanya lagi.

Di sini orang cakep tidak laku katanya, yang punya uang yang laku. ia menunjukkan uang tips yang ia bisa hari ini, ia telah mendapatkan tamu sebanyak lima orang, dua ratus ribu rupiah satu orang, dipotong biaya harian (jajan + main kartu/iseng nunggu tamu + rokok + ngasih roomboy) paling tidak sembilan ratus ribu bersih dibawa pulang dalam sehari sehingga dalam sebulan pendapatan bersihnya rata-rata mencapai dua belas juta rupiah bersih tanpa dipotong pajak penghasilan 21, itu telah dikurangi beberapa hari tidak kerja karena datang bulan.

Kalau saya perhatikan memang sih di sini tidak ada cinta, tetapi tetap aja ada rasa cemburu jika tamunya beralih ke orang lain, bukan cemburu karena cinta tetapi karena pendapatannya beralih ke orang lain. Banyak juga yang menjatuhkan orang lain, baik yang secara terang-terangan maupun yang terselubung.

Ada yang bilang ke tamu kalau si ini, si itu, habis sakit phs lah. Ada yang melakukan operasi plastik untuk menutupi kekurangannya, ada yang memasang susuk di tubuhnya, bahkan ke klitnya. Biar laris katanya.

Suatu ketika tamu pertamaku dahulu ingin bersamaku lagi, karena rindu dengan pijatanku. Oleh karena pernah bertemu dengannya saya sudah tidak kagok lagi, selain itu saya suka dengannya karena sopan, tidak meraba-raba diriku.

Saya sih niatnya memang bekerja yakni memijat, karena seragamku memang menggunakan rok mini hingga pahaku bersinggungan dengan pantatnya; posisi ia telungkup dan saya memijat dengan menduduki pantatnya.

Nah ketika ia telentang nampak kontolnya yang sudah membesar, saya tidak perduli, kututupi dengan handuk kecil yang tersedia, saya tetap melakukan pijatan di kaki dan tangannya serta sedikit di bagian perut.

Hingga akhirnya ia memohon dengan sangat, untuk menolongnya mengeluarkan desakan nafsu yang sudah memuncak dengan cara memasturbasi kemaluannya. Pertama saya jawab bahwa saya tidak bisa melakukan hal itu, kemudian saya diajari olehnya hingga ia ejakulasi dan saya mendapatkan uang tips yang lumayan besar.

Akhirnya saya sudah mendapatkan pola kerja, jika tamu ingin main maka saya berikan kepada temanku, jika hanya sekedar pijat saya kerjakan, yah maksimal saya pijat kemaluannya hingga ejakulasi. Lumayan tips yang kubisa dalam satu minggu sama dengan satu bulan kerja sebagai pramuniaga.

Nampaknya bapak yang pertama kupijat itu sudah menjadi langganan tetapku. Pernah ia meminta ijinku, jika saya tidak keberatan, ingin rasanya ia memegang tubuhku, pertama sih kutolak, tetapi melihat tingkah lakunya yang sopan dan selalu memberikan uang tips yang lumayan, maka kuijinkan ia meraba tubuhku, dengan syarat saya masih berpakain lengkap; ada juga sih rasa takut kehilangan pelanggan sebaik dia, mengingat persaingan yang sangat besar, anehnya ia tidak mau dengan pemijat lain kecuali dengan diriku.

Pada pertemuan yang kesekian kalinya, ia sudah bisa meraba toketku juga kemaluanku, terus terang saya tidak bisa menolak permohonannya yang selalu dikatakan di ketika kami bertemu, rayuannya yang membuatku terkadang lupa diri, selain itu uang tips yang kudapatkan juga semakin besar, dan yang tidak bisa kuhindari adalah bahwa saya juga memiliki kebutuhan itu, saya tidak munafik, karena saya telah menjanda selama hampir tiga tahun. Asli, itulah pertama kalinya saya merasakan basahnya kemaluanku setelah sekian lama tidak merasakannya, belum lagi resiko pekerjaan yang sehari-hari kuhadapi adalah melihat bahkan memegang kemaluan yang membesar yang menuntut untuk dikeluarkan “isinya”.

Hingga si bapak mengetahui kisahku, karena setiap selesai pijat, ia selalu memuaskan diriku dengan jemarinya yang lincah hingga ia sendiri ejakulasi juga, dan dilanjutkan dengan membicarakan masalahku terkadang juga masalah si bapak.

Si bapak terkejut melihat perjalanan hidupku seperti itu, yang akhirnya ia memelukku. Ohh rasanya, sudah lama saya tidak dipeluk kaum pria, sepertinya ada perasaan yang pernah hilang, yaitu perasaan dilindungi, rasa aman.

Tidak berapa lama bibir kami telah saling bertaut, saya suka cara ia menciumku. ia bisa membangkitkan gejolak birahiku yang lama padam. Mungkin saya sudah terbawa derasnya arus nafsuku tanpa terasa tidak tahu bagaimana caranya si bapak hingga saya menjadi telanjang bulat.

Dengan kesabarannya ia mencium bibirku hingga saya hampir tidak bisa bernafas, dan mulai turun ke arah leherku, rasa geli campur nikmat berbaur menjadi satu, saya mencari-cari sekiranya ada pegangan yang bisa kuraih untuk menjadi pegangan karena rasa takut jatuh yang amat sangat, iya jatuh ke dalam jurang kenikmatan, paling tidak untuk membuktikan pada diriku bahwa saya tidak sedang bermimpi, ini adalah kenikmatan nyata, bukan virtual.

Sprei tempat tidur sudah jatuh ke lantai akibat rontaan kakiku dan kakinya yang bergerak, seperti sedang mendaki bukit, bukit kenikmatan, akibatnya hanya tinggal kasur pegas yang dibungkus bahan seperti kulit yang menjadi licin oleh keringat kami berdua.

Saya tetap berusaha mencari pegangan itu, dan kudapatkan kepala si bapak, kuusap rambutnya yang terkadang kujambak karena saking nikmatnya hisapan mulutnya yang melumat kedua toketku.

Ciuman bapak semakin turun dan mencapai daerah kemaluanku, saya malu jika kemaluanku dilihat secara dekat, bukan dikarenakan bentuknya yang jelek atau adanya beberapa bekas luka yang hampir hilang di pangkal paha dekat lubang anusku, tetapi saya mengalami basah yang lumayan banyak semenjak kami berciuman, ketika itu saya memang lagi nafsu-nafsunya, jadi saya malu jika ia mengetahui bahwa saya benar-benar terangsang. Kututup kemaluanku dengan kedua belah telapak tanganku.

Dia tidak berusaha membuka tanganku, tetapi tetap menjilati di daerah selangkanganku, oups rasanya, belum pernah saya merasakannya dengan mantan suamiku yang selalu tanpa pemanasan, terlebih lagi dengan pacar pertamaku, semua yang dilakukan si bapak tidak pernah memaksa, bertahap perlahan membiarkanku mabuk dalam kenikmatan.

Dia menjilat turun ke arah kakiku, daging di balik lututku tidak lepas dari jilatannya, kemudian berbalik ke atas kembali, ouhss, rasanya seperti jatuh, jatuh, dan jatuh. Tidak kuat saya akhirnya, kulepaskan kedua tanganku yang berada di kemaluanku untuk mencari pegangan, dan yang kudapatkan kepala si bapak lagi, terbukalah kemaluanku di hadapannya.

Nampaknya tanpa menyia-nyiakan kesempatan, si bapak segera mencium vaginaku, kaget rasanya waktu itu, jangankan kemaluan, pahaku saja belum pernah dicium lelaki. Oooh, benar-benar luar biasa, tidak lama si bapak menghisap klitorisku.

Oups, semakin cepatlah arus jatuhnya tubuhku ke dalam jurang kenikmatan yang sangat dalam, tanpa terasa kepalaku terdongak ke atas, sebagian punggungku terangkat ke atas sembari siku tanganku menahan di atas kasur pegas serta melepaskan jambakan rambutnya.

Sudah tidak ada rasa malu lagi ketika itu, kutekuk kedua kakiku dan kubuka lebar, kubiarkan ia menjelajahi kemaluanku dengan ujung lidahnya, sudah tidak terhitung berapa kali saya menjepit dan melepas kepala si bapak dengan kedua pahaku demi menahan gelombang kenikmatan yang datang silih berganti. Desahan yang dari tadi kutahan dengan mengatupkan kedua rahangku pun jebol, dan tanpa sengaja menjadi lenguhan yang tidak terkontrol.

Hingga bergetar seluruh tubuhku, kutekan wajah si bapak ke kemaluanku, hisapan mulut si bapak semakin kuat. Akhirnya saya pun mencapai orgasmeku yang pertama dalam hidupku, lemas dan lunglai, capeknya minta ampun.

Si bapak menghentikan aktifitasnya guna memberikan kesempatan padaku untuk bernafas yang dari tadi nafasku tidak teratur. Kupegang kemaluanku basah sekali, campuran antara ludah si bapak dengan lendir kenikmatan, malu benar rasanya waktu itu. Si bapak melihat kedua bukitku yang mengembang-kempis akibat nafasku yang belum teratur dan tidak lama ia telentang di sisiku.

“Puas..” katanya.

Tidak kujawab pertanyaannya, saya hanya senyum, kurasa itu pertanyaan yang tidak perlu dijawab, ia pasti sudah mengetahuinya dari jarak dekat ketika melahap kemaluanku tadi.

Dia bilang, “Kalau kamu puas saya senang koq. Adalah merupakan kebahagian tersendiri apajika seorang lelaki bisa memuaskan wanita,” sambil menyisir rambutku yang menutupi sebagian wajahku ke samping dengan tangannya.

Saya senang sekali dengan caranya ia melakukan, tidak merasa seperti seorang pemenang yang mencemoohkan lawannya yang kalah, tidak membuatku malu walaupun sebenarnya saya sudah sangat malu karena aktivitas tidak terkontrol yang kulakukan tadi hingga basahnya kemaluanku.

Tanpa rasa malu lagi, sudah terlanjur basah, ibarat nasi sudah menjadi bubur, maka akan kubuat menjadi bubur yang nikmat, kataku dalam hati. Langsung kunaiki tubuhnya dan memasukkan kemaluannya yang masih keras dari tadi ke dalam kemaluanku yang sangat basah, dan saya melakukan gerakan bak seorang joki. Kadang di sela-sela genjotanku, kami saling beradu ciuman, semakin meningkatkan birahiku, libidoku cepat naik jika berciuman.

Beberapa ketika kemudian kurasakan kemaluannya semakin besar, besar, dan besar, hingga ia terbangun dari tidurnya dan memelukku dengan sangat kuat sambil menciumku dengan hisapan yang sangat kuat dan tetap melakukan goyangan seperti kapal di tengah laut. Genjotannya membuat klitorisku tergesek oleh bulu kemluannya.

Ooouh, dan saya merasakan denyutan-denyutan halus yang teratur dari kemaluannya yang semakin membesar yang tidak lama menyemburan cairan panas yang memancar di dalam kemaluanku. Walaupun telah memancar, ia tetap menggoyang dan anehnya kemaluannya tidak segera mengecil seperti milik mantan suamiku. Ooohss, akhirnya saya mendapatkan orgasmeku yang kedua dalam hidupku.

Itulah pengalaman pertama bersetubuh dengan tamu. Kami lakukan setiap bertemu, kalau ia tidak datang saya yang mengundangnya agar datang ke tempat kerjaku guna memuaskan kebutuhanku. Hingga akhirnya ia menghilang tanpa bekas.

Karena kebiasaan menbisa uang tips dari bapak tadi, nah begitu ia menghilang, berkuranglah pendapatanku. Akhirnya saya memilih-milih tamu yang manakah yang layak kujadikan sebagai pengganti si bapak.

Saya mendapatkan penggantinya. Seperti halnya si bapak yang dulu, ia pun hilang juga tidak berapa lama. Lama kelamaan saya mulai tahu apa sih yang dibutuhkan lelaki hingga akhirnya saya tidak lagi memilih-milih tamu karena kebutuhan ekonomiku semakin meningkat apalagi anakku sudah semakin besar.

Berdasarkan pengalaman dengan kedua tamuku yang pertama tadi, saya mulai menerapkan bahwa saya harus melayani mereka dengan seutuhnya, inilah resepku hingga kini. Walau saya sudah setengah tua, tetapi tamuku tidak kalah banyak dengan pendatang baru yang muda-muda dan cantik.

Yang dibutuhkan oleh lelaki yang ke sini adalah perhatian, kemanjaan, dan tentunya seks. Tidak semua tamu kuberikan pelayanan seutuhnya, ada yang hanya seks saja, tetapi ada juga yang tanpa seks, hanya kemanjaan, minta dielus-elus kepalanya, didengarkan keluhannya, bahkan ada yang minta pendapat, tidak ubahnya seperti pacar, istri atau teman.

Satu hal yang kuhindari adalah meminta lebih, saya hanya meminta sesuai harga yang ada di tempatku, jika mereka memberi lebih saya terima, kalau kurang yah saya panggil satpam. Ada juga yang merasa puas kudiberi hadiah mulai celana dalam atau bra; hingga di rumah kini terbisa bermacam CD dan bra aneka bentuk dan warna; cincin, gelang, bahkan handphone.

Banyak teman kerjaku yang sering merengek-rengek kepada tamunya, minta lebih untuk bayar kost-kost-an atau untuk beli pulsa telepon, bahkan minta untuk beli susu buat bayinya. www.filmbokepjepang.net  Temanku yang minta susu ini aneh, ia hamil oleh tamunya sendiri, dan itu ia sengaja, dengan alasan karena tamunya cakep, ia ingin anaknya cakep seperti tamunya, akhirnya hamil juga sih, dan ia tetap bekerja walaupun hamil, banyak teman yang meledeknya, kalau anaknya nanti lahir perempuan disuruh beri nama “Mira” karena “milik rame-rame”, kalau laki-laki disuruh beri nama “Bram” karena “bramai-ramai”.

Pernah suatu hari, ada seorang yang sudah berumur datang ke tempat kerjaku membawa seorang notaris, kaget juga saya waktu itu, kami sekamar bertiga. Tidak tahunya, si bapak ingin melamarku dan memberikan sebuah rumah, untuk itu ia masuk bersama notaris.

Saya menolak pemberiannya, karena ia mempunyai istri dan anak, saya tidak mau merampas milik orang lain. saya memang kotor, tetapi saya tidak merampas suami orang, kalaupun mereka datang ke sini juga bukan kemauanku tetapi mereka datang atas kemauan sendiri.

Ketika yang sulit adalah datangnya bulan puasa. Hari pertama saya di rumah kakakku, oh iya kakakku pindah ke Jakarta, saya beri modal untuk usaha juga kutitipkan anakku. Hari pertama hingga ke tiga masih bisa bertahan, berikutnya saya sudah tidak megang uang.

Lain dengan teman-temanku, sebelum puasa, mereka mengejar setoran, istilahnya membuat lumbung, hingga bisa bertahan 45 hari sampai tempat kerja buka seperti biasa, karena di bulan puasa, jam operasi sangat pendek, jumlah tamu sedikit, sementara pekerjanya lumayan banyak.

Ya sudah, saya keluar rumah, dan mencoba memilih short message system yang ada di handphoneku. Kuhubungi mereka jika tertarik, selanjutnya kami melakukan di hotel. Nah setiap hari saya lakukan seperti itu, pagi hingga sore di hotel, menjelang malam ke tempat kerja, terkadang kalau sudah bisa uang banyak, akhirnya bolos tidak masuk kerja.

Terus terang tidak semua penghasilanku habis, tetapi kusisihkan. saya sudah membeli sawah di kampung, juga beberapa hewan ternak, membuat rumah untuk masa tuaku nanti, tabungan buat sekolah anakku kelak. Beberapa teman ada juga yang melakukan hal yang sama, tetapi ada juga yang habis di meja judi atau habis untuk mengkonsumsi narkoba.

“Begitu lah, Mas, perjalanan hidupku dalam sepuluh tahun terakhirku, tidak ada yang bagus khan?” kata si mbak.

Tidak terasa sudah dua jam saya berada di dalam kamar. saya tidak begitu nyaman jika berlama-lama mengingat banyaknya tamu yang mengantri menunggu gilirannya, makanya saya masuk ke kamar lebih dahulu tadi sambil menunggu giliran. Masih banyak sih yang ingin kutanyakan, tapi melihat yang antri saya jadi jengah juga, nampaknya ia pun tahu keadaanku.

Kubayar tips buat dia, walau saya tidak menyentuhnya.

“Buat apa Mas?” katanya sambil mengembalikan uangku.

“Khan saya sudah menggunakan waktumu,” jawabku.

“Iya tapi Mas kan belum ngapa-ngapain!” katanya.

“Atau mau kini saya layani,” jawabnya sambil menurunkan roknya.”Nggak-nggak usah..” kataku sambil menaikkan lagi roknya.

“Kenapa?” katanya.

“Ngg, saya sedikit cemburu tadi,” kataku sambil mengambil sepatuku di dekat tirai, dan memakainya. Diciumnya pipiku.

Sebelum saya bersamanya, ia sedang tugas. Karena capek saya ijin sama Mbak resepsionis untuk masuk duluan, saya pesan nanti kalau mbaknya sudah selesai tugas mohon langsung ke kamarku. saya mulai menidurkan tubuhku, eh di kamar sebelah suaranya seru banget, mphs, sshuah, plak, plak, plak, cup, cup, eh, eh.

Gimana mau tidur jika ada suara seperti itu. Lama kelamaan kok saya sepertinya kenal dengan desahan dan suara kecupan seperti itu, kalau plak-plaknya sih pasti suara paha yang diadu. Tidak lama selesai pertempuan mereka, segera saya keluar mau kencing.

Tampak seorang lelaki dengan hanya menggunakan sepotong handuk kecil keluar dari kamar, kuikuti dari belakang karena kami ke tempat yang sama. Begitu melewati kamar tadi, nampak tirainya tidak ditutup, seorang wanita tanpa malu sedang berusaha menutup kimononya, tampak toket dan kemaluannya yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat ada sebagian bulu kemaluannya yang basah, juga ada lelehan pejuh yang jatuh ke pangkal pahanya.

“Eh Mas, sama siapa Mas?” tanyanya.

“Nggak tahu tuh, udah pesen sama Mbak depan kok belum dianterin,” kataku berlalu masuk kembali ke kamarku.

Tidak berapa lama, ia masuk ke kamarku dan,

“Ih, jelek deh luh, bilang dong kalau lagi nunggu saya,” katanya.

“Emang kenapa kalau bilang?” tanyaku.

“Khan bisa kupercepat,” jawabnya.

Selanjutnya kami melakukan pembicaraan ringan dan dilanjutkan dengan kisahnya seperti yang kutulis di atas.

“Ya sudah, kalau gitu, nggak usah cemburu, saya khan suaminya banyak,” katanya.

Saya pun pamit dengan mencium pipinya juga. Ketika di ruang resepsionis, banyak sekali yang antri, masih ada tiga orang yang menunggu dia, paling tidak yang terakhir akan bisa giliran empat jam tiga puluh menit kemudian, dan tidak akan meninggalkan antrian kecuali kalau gilirannya akan dipakai orang.

Begitulah cinta, cinta anak sepanjang galah, cinta ibu sepanjang jaman, sehina apapun seorang ibu tidak akan menelantarkan anaknya, ia tetap berusaha dengan cara apapun agar anaknya tidak “seburuk” ibunya.

Tidak ada dalam kamus “bekas anak”, yang ada bekas suami, bekas istri, bekas mertua, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu ia akan berusaha semaksimal mungkin membahagiakan anaknya.

Saya cemburu, sedemikian kuatkah “power of love” jangan ah, jangan sampai deh cemburu sama wp, bisa runyam, habis suaminya banyak sih. Segera kujalankan kendaraanku dan tidak lama terdengar Power of Love-nya Celine Dion.

Akhirnya, hati-hati jangan bermain api, sakit kalau terbakar nanti.

Hati-hati dalam bercinta, akan sakit sekali jika patah hati.

Itu salah satu dampak dari “Power of Love”. www.filmbokepjepang.net

Related posts