Sebatas Fantasi Beronani

Cerita ini terjadi tepat setahun yang lalu waktu di kampus banyak sekali UKM dengan wadah yang asik asik ada musik, olahraga, seni rupa dll tapi saya lebih memilih pada ukm yang berbasis olahraga bukan karena aku juga hobi olahraga tapi melihat UKM olahraga yang khususnya pada bagian renang, lha karena cewek cewek yang tergabung dalam UKm tersebut banyak yang cantik serta seksi, maka dari itu saya ingin bergabung UKM renang.

Perkenalkan nama saya Feri (samaran), dan saya adalah mahasiswa semester 5 di salah satu universitas katolik swasta di bilangan Jakarta Selatan, dan apa yang akan saya ceritakan disini adalah kisah yang terjadi sekitar satu tahun lalu.


Di kampus saya, terdapat banyak sekali Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yaitu wadah untuk menyalurkan bakat dan hobi seperti UKM sepakbola, UKM Voli, musik, dll. Salah satu UKM yang menarik perhatian saya adalah UKM Renang dan Selam.

Hal ini bukanlah dikarenakan saya hobi ataupun jago dalam berenang, tetapi semata-mata karena faktor cewek-cewek yang tergabung dalam UKM ini.

Bukan merupakan rahasia di kampus bahwa salah satu UKM yang paling diminati oleh mahasiswi-mahasiswi adalah UKM renang, dan itu adalah merupakan satu-satunya alasan saya untuk bergabung dengan UKM ini.

Setelah bergabung dengan UKM ini (saat itu saya di semester 3) dan sebagai anggota baru, saya wajib mengikuti acara konsolidasi/perkenalan baik dengan senior-senior maupun dengan sesama anggota baru.

Acara ini merupakan agenda tahunan UKM ini dan untuk kali ini, acara akan dilakukan di daerah Pantai Carita. Kebetulan pula saya ditunjuk sebagai anggota panitia bersama dengan sekitar 10 anggota-anggota baru lainnya (4 cowok dan 6 cewek).

Jum’at, Jam 10.42

“Feri, Reni nih..”, bunyi suara di HP ku.

“Oh, Ren, napa nih?”, tanyaku.

“Aku mo nanya, kamu pasti nggak ikut berangkat buat acara survei lusa?”

“Hmm.. jadi sih, tapi pakai mobil siapa, soalnya mobil aku dipake bokap”

“Iya aku tau, makanya aku udah nanya si Bobo, dia bilang bisa kok pake mobilnya”

“Ya udah kalo gitu, tapi selain elo ama aku, sapa lagi yang ikutan?”

“Selain lu ama aku, yang ikut nanti Alaina dan Mira, total 5 orang” jawab Reni.

Mulutku rasanya ingin berteriak senang waktu mendengar jawaban Reni, langsung terbayang olehku Alaina dan Mira yang walaupun keduanya tidaklah begitu cantik, tapi dengan kulit putih bersih dan dada yang montok dan aduhai itu membuatku tidak sabar untuk menanti tibanya hari Minggu.

“Oke deh Reni, beres kalau begitu, See you Sunday then..”

“Pokoknya lu jangan telat yah, berangkatnya dari kampus Jam 7 pagi. Daag..”, katanya lagi menutup pembicaraan.

Minggu, Jam 7.20

“Gila lu, dasar tukang ngaret!”, cerca Reni dan Mira hampir bersamaan.

“Sorry.. sorry.. temanku yang cantik, aku nunggu bis lama banget tadi”, jawabku membela diri.

“Ya udah deh, langsung cabut yuk!”, ajak Bobo dari balik setir mobil Honda CRV hitamnya.

“Feri kamu ditengah aja yah, aku ama Alaina mau di tepi aja, mau Lihat pemandangan alam”, pinta Mira yang turun agar saya bisa masuk ke mobil.

“Siap komandan!”, jawabku sambil masuk ke dalam mobil dan langsung kuhempaskan pantatku ke jok mobil di sebelah Alaina yang duduk persis di belakang Bobo.

“Berangkat Pak!”, seru Reni dari sebelah Bobo di depan.

“Sialan kamu, emang aku supir?”

Jam 8.25
“Wah..katanya mau Lihatin pemandangan, kok malah tidur sih?”, tanysaya pada Alaina.

“Habis lama banget sih belum nyampe-nyampe juga”

“Supirnya payah nih”, Mira menimpali sambil tertawa.

Saya dan Alaina ikut tertawa mendengar canda Mira. Diam-diam kuperhatikan Alaina di sampingku. Baju ketat warna putihnya membuat dadanya yang montok tercetak dengan sangat jelas dan sepertinya hendak meronta keluar dari balik bajunya.

Celana jeans nya yang hanya sepaha juga membuat saya menelan air liurku beberapa kali dan hanya bisa membayangkan betapa nikmatnya bila tanganku dapat membelai paha mulusnya itu.

Jam 9.52

“Akhirnya tiba juga..”, teriak Bobo membangunkan seluruh penumpang mobil.

“Bangun.. bangun..!”, teriakku sambil menepuk pundak Alaina dan Mira yang dari tadi terlelap.

Jam 10.17
Setelah selesai membereskan urusan administrasi dengan pemilik villa untuk pemakaian villa selama 3 hari untuk Minggu depan, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan di sekitar villa. Tempat yang cukup indah dengan taman yang luas, kolam renang yang bersih dan area villa sendiri yang tertutup oleh pagar tinggi sehingga dapat menutupi pandangan dari luar.

“Eh, berenang yuk..!!”, tiba-tiba terdengar suara Reni.

“Alaina dan Mira udah di kolam renang tuh”, timpalnya lagi.

“Bobo mana?”, tanya saya sambil melongok ke arah dalam.

“Wah.. si gendut itu mah langsung aja molor pas ngeLihat ranjang..”, jawab Reni sambil berlari kecil ke arah kolam renang yang terletak di belakang villa.

Segera saja saya mengganti pakaianku dengan celana renangku, dan dengan melilitkan handuk kecilku di pundak, saya segera saja menyusul cewek-cewek tersebuat ke kolam renang. Sesampaiku di kolam renang, kulihat Reni dan Mira sedang berenang dengan asyiknya sementara Alaina tiduran di kursi panjang di tepi kolam.

Saya terkesiap melihat busana renang Alaina dan Mira yang lebih tepat disebut bikini karena hanya terdiri dari sepotong BH dan celana dalam yang tipis dan mungil dan menyerupai g-string saja.

Saya segera saja duduk di kursi yang terletak di sebelah Alaina, sementara Reni dan Mira masih asyik berenang, saya manfaatkan kesempatan ini untuk menikmati indahnya tubuh Alaina dari balik kacamata hitamku.

Dari lirikkan mataku, saya dapat melihat dengan jelas dada montok yang menonjol dengan indahnya. BH kecil itu seperti tidak dapat menutupi seluruh daerah toketnya sehingga dari tepi BH itu dapat kulihat dengan jelas dadanya yang putih dan membuat tititku berdiri di balik celanaku. segera saja kututupi dengan handuk kecil yang kubawa.

“Kamu berdua ikutan gabung dong..! Airnya hangat nih..!”, teriak Mira dari dalam kolam.

Tanpa kusangka Alaina segera berdiri dan langsung saja meloncat ke dalam kolam renang.
Saya tak mau ketinggalan, dan dengan tititku yang masih berdiri dengan cuek saya juga segera meloncat ke dalam kolam.

“Main polo air yuk, 2 lawan 2 kan pas nih”, seru Reni yang tak tau dari mana sudah memegang bola plastik di tangannya.

“Ayuk.. aku pasangan ama Feri deh!”, timpal Mira dengan cepat.

“Deal..!”, kata Alaina dan Reni hampir bersamaan.

Singkat kata, acara main polo air itu membuat tanganku beberapa kali entah dengan sengaja ataupun tidak menyentuh dada, badan, maupun paha cewek-cewek itu ketika berebut bola dalam air. Tititku yang tegang itu juga beberapa kali bersentuhan bahkan kadang-kadang berhimpitan dengan badan mereka sewaktu saling berebut bola maupun ketika saya ‘dikeroyok’ oleh mereka.

Kira-kira setengah jam kemudian, permainan pun berakhir karena kami semua capek, dan hanya duduk-duduk saja di pinggir kolam renang. Bikini yang basah membuat lekukan tubuh mereka terpampang dengan jelas di depan mataku.

Terutama Alaina dan Mira yang lebih ‘berani’ dalam memakai bikini yang tipis dan kecil dibanding Reni yang memakai baju renang yang standar.

Mata saya seperti tak mau lepas dari dada Alaina dan Mira yang sangat montok itu, entah sadar ataupun tidak bahwa puting susu mereka tercetak dengan jelas pula. Mata saya bergantian menyusuri dada mereka satu persatu, kemudian turun ke daerah selangkangan mereka dimana dapat pula kulihat belahan meki Alaina dari balik g-string nya yang tipis itu. Tititku seperti hendak bersorak kegirangan menyaksikan pemandangan indah itu.

Cewek-cewek ini sangat ‘berani’ mempertunjukkan tubuh mereka di depan laki-laki sepertiku, bahkan beberapa kali Mira berjalan mondar-mandir di depanku yang duduk untuk sekedar mengambil lotion ataupun handuk yang diletakkan di sampingku.

Dari posisi dudukku yang tepat di hadapan Mira yang sedang berdiri, sangat jelas pula pantatnya yang besar itu seperti menantikan tititku untuk dapat ‘masuk’ dan menari-nari di dalamnya. Benar-benar merupakan penderitaan bagiku karena tititku yang tegak berdiri terus rasanya seperti terjepit dalam celana renangku yang ketat.

Jam 11.13
“Udahan ah.. tempat bilasnya dimana sih?”, tanya Alaina sambil bangkit berdiri.

“Right behind you dear..”, jawab Reni sambil menunjuk ke arah belakangku.

“Ikutan dong..”, timpal Mira pula sambil langsung berjalan menuju ke tempat yang ditunjuk oleh Reni.

“Lu nggak mau ikutan Feri?”, tanya Reni kepadaku.

“Kamar mandinya ada dua kok.”, tambahnya.

Saya tersenyum kepadanya dan tanpa menjawabnya lagi, saya segera bangkit berdiri dan berjalan ke ruang bilas menyusul cewek-cewek tersebut.

“Wah.. tempatnya cuma ada dua Feri, ya udah deh.. aku joinan ama Mira aja deh..”, kata Alaina kepadsaya ketika melihatku masuk.

“Ya udah..”, sambil ngeloyor masuk ke ruang ganti yang terletak persis di sebelah ruang yang dipakai Mira dan Alaina.

Ruang ganti itu sendiri merupakan tempat yang dibuat ala kadarnya mengingat dinding pambatasnya yang hanya dari triplek tipis bahkan di beberapa bagiannya sudah berlobang kecil. Mungkin karena rayap yang menggerogotinya.

Instingku sebagai laki-laki segera menuntun mata saya untuk mengintip dari balik lubang kecil itu. Setelah menyesuaikan dengan arah pandangan yang terbatas, tititku kembali tegang ketika mata saya mendapatkan sesosok tubuh yang kini tanpa ditutupi oleh BH lagi. Saya tidak dapat mengenali apakah itu Alaina ataupun dada Mira karena sama-sama besar dan montok.

Apa yang saya tau adalah sepasang toket yang bergoyang dengan indahnya ke kiri dan ke kanan ketika digosok oleh tangan yang menyabuninya.

Tanganku segera saja melepaskan celana renangku dan tititku yang sedari tadi telah menegang dengan hebat segera menyembul bebas. Tanpa pikir panjang lagi saya segera menggenggam batangan itu dengan tangan kiriku dan mengocoknya dengan pelan sambil tetap mengikuti gerakan toket yang sesekali bergantung dengan indahnya ketika pemiliknya membungkuk untuk mengambil sesuatu.

Pentil susu coklat muda yang lumayan besar itupun membuat kocokanku pada titit semakin kuat.Apalagi ketika jari-jari mungil itu memilin dan menarik dengan pelan puting-puting itu, semakin membuat jantungku berdebar dengan kencang dan bergantian tangan kiri dan kananku menjalankan tugas mengocok tititku.

“Kamu ngapain sih mencet-mencet puting sendiri?”, suara Mira yang bertanya ke Alaina hampir saja membuat jantungku copot karena kaget. Sekarang saya tahu bahwa susu yang mata saya nikmati dari tadi adalah kepunyaan Alaina.

“Iseng doang..”, jawab Alaina dengan nada suara yang cuek.

“Gila lu.. ntar malah terangsang lagi..”, sahut Mira sambil tertawa.

“Kalo itu sih dari tadi juga udah. Lihat aja nih udah mengeras begini..”

Suara tawa segera pecah dalam ruang ganti itu. Sementara itu fantasiku semakin jauh mendengar kata-kata Alaina barusan. Mata saya yang masih mendapati puting-puting yang dipencet, dipilin memutar dan di tarik-tarik dengan pelan itu semakin membuat gemuruh nafasku kian memburu dan tak beraturan.

KupeJamkan mata saya sambil membayangkan rasanya kalau saja tititku menerobos ke dalam meki Alaina sambil tanganku meremas-remas susu montok itu.Kubayangkan pula lidahku yang menari-nari di puting susunya.. menjilati tubuhnya yang putih dan mulus.. memagut bibirnya sambil terus menggoyangkan tititku di selangkangannya.

Imajinasiku pun berjalan terus bahkan sepertinya dapat kudengar suara erangannya ketika dia duduk diatas perutku dalam keadaan tititku masih tertancap dalam mekinya. Kubayangkan goyangan pinggulnya yang melawan hentakan tititku yang naik turun dalam mekinya yang rapat itu.

Kocokan yang semakin hebat oleh tangan kananku membuat tititku yang telah memerah itu akhirnya tak tahan lagi dan dengan derasnya kutembakkan spermsaya ke dinding ruang bilas itu. Sekitar 5-6 tembakan lahar panas yang kumuntahkan membuatku terkulai lemas dan hanya dapat menyandarkan kepalsaya ke dinding sambil tetap mengintip lewat lubang kecil itu.

Toket mulus Alaina beserta puting susunya yang telah selesai dibilas dari sabun serta canda tawa Mira dan Alaina yang masih berlangsung membuat jantungku yang berdegub kencang apalagi setelah ejakulasi barusan.. pelan-pelan saya berdiri dan kemudian membilas tubuh serta ‘pistolku’ yang kini terkulai lemas..

Dalam hati saya tetap berharap suatu saat nanti saya semua imajinasi dan fantasiku tentang Alaina dapat terwujud.

“Yah.. kalau nggak dapet Alaina.. Mira juga nggak apa-apa..”, pikirku dalam hati.

“Feri.. lama banget sih.. gantian dong”, teriak Reni dari luar membuatku segera tersadar dari lamunanku dan cepat-cepat membilas tubuhku dan keluar dari ruang bilas itu.

Mimik heran dari Reni ketika melihatku keluar dari ruang bilas dengan muka lemas tidak saya pedulikan dan sambil berjalan menuju ke villa kembali pikiranku melayang-layang dan membayangkan susu dan puting Alaina tadi.

Saya tersenyum sendiri dan tetap akan berpegang teguh pada pandanganku bahwa selama cewek itu mempunyai dada besar dan montok, maka dapat dipastikan saya akan selalu berfantasi tentang dia sewaktu onani. Dimanapun dan kapanpun karena memang selersaya adalah wanita-wanita yang ‘tege’ (tetek gede) seperti mereka berdua..

Demikianlah sekilas tentang pengalaman saya, dan apabila ada kesempatan lain, saya akan kembali mengirimkan cerita ke situs ini.Walaupun mungkin lain kali bukan merupakan pengalaman nyata seperti kisah ini.

Related posts