Tuhan Pandanglah Hambamu
Kucoba berfikir jernih atas semua ini, siapa yang salah atas semua ini ataukah ini peringatan dan teguran dari Tuhan atas dosa-dosa masa lalu, ingatan ku melayang 15 tahun yang lalu, masa dimana dunia kelam tentang diriku dimulai. Perselingkuhan istriku mungkin cambuk Tuhan untuk mengingatkanku.
“ RAGIIIL “ suara dengan oktaf tinggi memenuhi bilik kamarku, menurutku Georgia Brown yang mempunyai range vocal 8 oktaf masih kalah jauh dengan teriakan mbok ku ini. Dalam hatiku bila ada pihak Guinness Word yang nyasar ke desaku, pasti langsung ku daftarkan si mbok. Ya si mbok yang sudah merawat ku sejak 17 tahun yang lalu, setelah ibuku meninggal karena wabah DBD yang menyerang kampung kami saat usiaku masih 2 bulan, kalau ayahku sudah meninggal sejak aku masih dikandungan ibu, karena menjadi korban Petrus. Si mbok ini adalah kakak kandung ibuku.
“ Ragil bangun toh le, dah jam berapa ini, sudah tidak sholat shubuh terus sekarang sampe jam 6.20 wib koe belum bangun juga”
kudengar suara si mbok sambil narik kakiku sehingga tubuhku terjun bebas ke lantai tanah kamarku. “ BRUUUK “ suara tubuhku sukses menghantam bumi,
“ Aduh mbok pelan-pelan apa sudah tahu anakmu ini hanya berisikan sedikit daging dan tulang yang dibungkus kulit karena dari jabang bayi kekurangan asupan gizi” ocehku pelan kepada si mbok, kulirik pelan kearah jam dinding hadiah THR beli gula pasir diwarung pak Naslim.
“ Masya Alloh, Jam setengah tujuh” aku kaget setengah mati, lalu ku ambil handuk dan seragam sekolah kemudian berlari ke arah kamar mandi, si mbok hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkahku.
Setelah semua siap kuambil si bendot, sepeda kesayanganku hadiah dari mas Bendhil anak dari si mbok yang sudah kuanggap kakak kandungku. Sekolahku berjarak 3 Kilo dari rumah, ku kayuh pedal sepeda sekuat tenaga, tak peduli peluh dan jalan aspal yang sudah banyak berlubang, dalam pikiran ku hanya satu yaitu cepat sampai disekolah. Bukan karena hukuman atau pengurangan nilai karena terlambat masuk yang aku khawatirkan, tapi satu hal yang membuat aku khawatir, hal membuat aku jadi terlambat bangun pagi tadi karena tidur terlalu malam.
Atap sekolahku mulai terlihat, semakin cepat ku genjot pedal si bendot, akhirnya kuliat tulisan itu “ SMU N 1 PATIKRAJA “, sebuah sekolah kecil dikaki Gunung Slamet
“ Hosh..hosh..hosh” nafasku senin kemis.
“ Pak Narto tunggu, jangan pergi dulu tolong bukain gerbangnya “ panggilku.
“ Oalah koe Gil, kok bisa terlambat piye toch, cepat-cepat masuk nanti ketahuan guru BP habis kamu” Pak Narto memang baik kepadaku, mungkin karena beliau dulu teman sepermainan almarhum ayahku.
Jam 7.15 wib, ku lirik di jarum jam yang tertempel didinding dekat ruang guru, si bendot ku parkirkan sembarangan saja di parkiran sepeda kemudian ku berlari ke kelas, sesampainya dikelas masih terdengar suara riuh anak-anak, ku buka pintu kelas, dan seketika itu juga suasana hening tercipta, saat ku langkahkan kaki ku kedalam kelas IIA keributan tercipta kembali.
“Adeeh bikin kaget aja kamu Gil, yo wis sini cepat duduk, tak kira Bu Ina tadi “ suara cempreng itu keluar dari mulut blewuk temen baik dan satu bangku dengan ku, sebenarnya namanya Dwi Erlangga tapi aku panggilnya blewuk.
Ku dudukan bokongku yang panas karena sedari tadi bergesekan dengan sadel si bendot.
“ Emmmm bau banget keringet mu Gil “ gerutu si Tantri sambal menutup hidungnya,
“ Ya iyalah kalau wangi sudah ku masukin botol lalu kujual, kamu mau ? “ jawabku simple
“ Ogah “ oceh si Tantri ketus
Cewe satu ini memang punya tabiat yang menyebalkan, tapi dibalik segaramnya tersimpan sepasang buah dada yang menyenangkan, ukuran nya sekitar 36 B karena sama dengan punya si mbok, di BH si mbok tertulis 36 B. Tiba-tiba pintu kelas terbuka dan masuk lah sesuatu yang membuatkan begitu bersemangat untuk masuk ke sekolah tadi dan khawatir sampai terlambat
“ Selamat pagi anak-anak, mohon maaf ibu terlambat karena sepeda motor ibu mogok tadi, mari kita mulai pelajaran hari ini dengan senyum dan semangat” sapa Ibu Ina, Guru Fisika ku
“ Selamat pagi Bu Guru “ suara anak-anak kompak menjawab suara lembut Ibu Ina.
Ina Dini Maysayu itulah namanya berusia 28 tahun, guru Fisika yang menjadi idolaku, seseorang yang menjadi teman dalam mimpi basah ku satu tahun yang lalu saat aku memasuki masa Aqil Baligh, jilbab dan seragam tidak bisa menutupi ke indahan tubuhnya walaupun sudah mempunyai suami dan ber anak satu berusia tiga tahun. Sepasang buah dada dan bokong indah itu tercipta begitu sempurna dan seragam guru warna hijau muda semakin membentuk keindahan makhluk ciptaan tuhan tersebut. Karena dia lah aku tidur sampai larut malam karena bermasturbasi ria menghayalkan berhubungan badan dengan nya.
Dua Jam telah berlalu banyak teori yang sudah Ibu Ina jelaskan, anak-anak yang lain dengan antusias mendengarkan penjelasan-penjelasan dari teori dan rumus Fisika yang beliau ajarkan, sementara aku seperti biasa hanya ter focus pada gerakan bokong dan payudara Bu Ina, meresapi bau harum parfum yang sangat menggoda, sehingga si Ragil junior terus sikap sempurna di bawah sana.
“ Kriiing “ jam tanda ganti pelajaran pun berbunyi.
“ Oke tak terasa dua jam sudah berlalu, saatnya berganti dengan pelajaran Bahasa Indonesia” ucap Ibu Ina sambil merapikan buku pelajaran nya”
“ Baik Bu ” jawab anak-anak serentak
“ Nah Itu Pak Ardi sudah datang, tetap semangat dan jangan lupa senyum “ Ibu Ina lalu berjalan meninggalkan ruangan kelas.
Aku hanya bisa melepas kepergian bu Ina dengan tatapan sedih dan mesum karena melihat bongkahan bokong bu Ina yang bergoyang tiap melangkah.
“ Hallo siswa, gimana masih semangat “ Pak Ardi mulai membuka pelajaran siang ini.
Selama mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia aku tidak semangat, bukan karena aku benci Pak Ardi, tapi karena memang aku tidak suka dengan pelajaran bahasa Indonesia sejak SD. Tak terasa sudah 40 menit sejak Pak Ardi memulai pelajaran, aku yang suntuk lalu minta ijin ke kamar kecil, untuk sekedar ambil udara segar dan memang aku kebelet pipis. Aku berjalan cepat kearah WC dan setelah selesai buang air kecil di WC siswa, aku berjalan menuju ke kelasku kembali, saat melintasi WC guru aku tertarik pada WC yang sedang direnovasi, aku penasaran sampai sejauh mana proses renovasinya, closed nya menggunakan closed duduk atau jongkok ?, aku belum pernah pake cloded duduk, kalau nanti pake closed duduk aku pengin coba. Saat itu suasana WC yang direnovasi sepi karena memang tukangnya sedang libur, perlahan aku masuk kuliat dindingnya dihiasi keramik yang bagus setinggi lima putuh centi meter, lalu didinding sebelah kiri ada wastafel panjang dan kaca besar diatas nya, sementara di sebelah kanan nada ruangan yang dipisahkan oleh sekat setinggi 2 meter sebanyak 3 buah, rupanya ini untuk Guru Wanita.
Tiba tiba aku mendengar desahan dari bilik ke tiga, kemudian hilang lalu terdengar dan hilang lagi, bulu kuduk ku merinding, tapi karena rasa penasaranku melebihi rasa takut ku, perlahan kutarik steger kayu ke depan bilik ketiga, kuliat pintunya tertutup. Lalu kupanjat steger itu pelan-pelan,
“Aduuh” pekik ku pelan sekali sambil ku tutup mulutku, dengkul ku lemas sekali tapi si Ragil junior langsung berdiri, setelah kuliat apa yang ada di dalam bilik ketiga. Rasanya bagaikan mimpi ternyata Bu Ina kelakuan nya bisa seperti ini, Guru Berjilbab yang sudah merenggut Aqil Baligh ku ternyata…
“Aduuh” pekik ku pelan sekali sambil ku tutup mulutku, dengkul ku lemas sekali tapi si Ragil junior langsung berdiri, setelah kuliat apa yang ada di dalam bilik ketiga. Rasanya bagaikan mimpi ternyata Bu Ina kelakuan nya bisa seperti ini, Guru Berjilbab yang sudah merenggut Aqil Baligh ku walau dalam mimpi ternyata…
Didalam ruangan yang hanya 2 x 1 m itu tersaji pemandangan yang sangat menyakitkan dan menggairahkan bagiku. Tangan kiri Pak Narto melingkar mesra dipinggang Bu Ina sementara sebagian tangan nya sudah menghilang di balik seragam guru yang sudah terbuka tiga kancingnya meremas lembut payudara sebelah kanan Bu Ina, bibir hitam Pak Narto sedang beradu mesra dengan bibir tipis Bu Ina, lida mereka saling beradu, saling isap, lidah masing masing seperti ingin menyentuh semua sisi ruang dalam mulut lawan jenisnya, di bawah sana Pak Narto mulai menggesek-gesek kan kemaluan nya dengan permukaan organ kemaluan Bu Ina walau sama sama masih terhalang rok dan celana .
Aku turun dari steger dengan perasaan campur aduk, antara marah, jijik dan nafsu, malaikat berbisik kepadaku agar meninggalkan ruangan karena perbuatan ini sungguh dosa besar dan tidak pantas disaksikan olehku. Baru 1 langkah Syaithon bin Iblis membisikan sebuah rayuan indah, sungguh sangat sayang dilewatkan pemandangan itu, bukankah aku selama ini selalu menghayalkan Bu Ina, ingin melihat keindahan tubuh Bu Ina, kapan lagi ? belum tentu ada kesempatan datang dua kali, apalagi dengan tahunya aku ada hubungan terlarang antara Bu Ina dan Pak Narto bisa menjadi senjata rahasiaku nanti bila ingin kugunakan. Berfikir sejenak akhirnya malaikat Atid menuliskan amal buruk dilembaran kehidupan ku sedangkan malaikat Rokib bersedih karena sudah lama tidak menulis amal kebaikanku. Dengan perlahan ku buka bilik disamping bilik ke tiga dengan amat perlahan karena takut ketahuan, setelah masuk ku tutup pintu pelan-pelan, lalu kuperhatikan dinding pemisaha antara bilik ini, ternyata syaithon bin iblis benar-benar memberi jalan, di dinding itu ada lubang yang ku tebak nantinya lubang itu akan di gunakan untuk kran air.
Ku intip suasana dalam ruangan itu, saat ini posisi Ibu Ina sedang berjongkok di depan Pak Narto, posisi nya persis di depan kemaluan Pak Narto, baju seragamnya sudah terbuka semua kancingnya, BH nya terangkat ke atas, dan terekposlah sepasang payudara indah Bu Ina, aku tidak tahu itu ukuran berapa, yang kuliat payudara itu begitu indah dan menggoda, bulat, kencang tidak kendur seperti punya si mbok dan putimgnya masih merah muda dan tidak begitu besar.
Bu Ina mendongakan kepalanya menatap sayu ke arah Pak Narto, kemudian Pak Narto tersenyum mesum dan menganggukan kepalanya, Ibu Ina yang mengerti arti senyuman dan anggukan itu mulai membuka kancing dan resleting celana Pak Narto dan diturunkan celana itu sampai kelantai, kini dihadapan Bu Ina terlihat jelas kemaluan Pak Narto yang menggelembung dibalik celana dalamnya. Pak Narto mengelus jilbab Bu Ina dengan pelan, Bu Ina lalu menurunkan celana dalam Pak Narto sampai kelantai, kini kemaluan Pak Narto berdiri tegak didepan wajahnya. Tak kusangka, dibalik tubuh kecil Pak Narto tersimpan kemaluan yang besar, ukurannya sama seperti pisang ambon yang sering dibawakan si mbok dari pasar.
“ Ayo bu mulai di isap “ ucap Pak Narto pelan
Bu Ina mulai memasukan kepala kemaluan kemulutnya, lalu didiamkan kepala kemaluan itu di bibirnya dikulum lembut, dimainkan lidahnya dilubang kencing kemaluan tersebut. Ku Lihat Pak Narto berdesis keenakan atas perlakuan Bu Ina. Bu Ina memejamkan matanya mulai memasukan seluruh batang kemaluan Pak Narto kedalam mulutnya, perlahan dimaju mundurkan kepalanya serta bibirnya mengisap-isap batang kemaluan yang kini sudah terbenam seluruhnya di mulut Bu Ina, sementara itu Pak Narto tidak mau kalah kedua tangan nya memegang kepala Bu Ina yang masih berbalut jilbab serta membantu memaju mundurkan nya.
Puas menghisap kemaluan Pak Narto, Bibir Bu Ina nakal melahap habis kedua testis sambil tidak lupa lidahnya menjilati hampir kebawah lubang anus Pak Narto.
“ Cukup..cukup bu, nanti aku ngecroot duluan, aku pengin ngerasani memekmu lagi” ujar Pak Narto, sambil menahan kepala Bu Ina agar tidak bergerak lagi.
“ Tapi pak, saya takut kelamaan, saya masih ada jam pelajaran “
“ Udah toh bu, makan nya cepat, buka bajunya ya “
“ Jangan ribet nanti pak kalau di buka semua “ jawab Bu Ina sambal berdiri di depan Pak Narto
“ Yo wis, cepat balik badan, pegangan ketembok badanmu agak di tunggingin ”
Bu Ina mengikuti kemauan Pak Narto, dia berbalik badan kemudian nungging sambil pegangan ketembok, Pak Narto yang nafsunya sudah sampe ujung kemaluan, segera mengangkat rok panjang Bu Ina sebatas perut, kini terlihatlah pantan montok Bu Ina, yang hanya pernah kuliat dalam mimpi.
Perlahan Pak Narto menurunkan celana dalam berenda warna pink itu sampai ke kaki Bu ina, lalu diangkatnya kaki Bu Ina untuk melepaskan celana dalam itu, kemudian Pak Narti memasukannya ke dalam kantung celana.
“ Sudah siap ya bu ? “ Pak Narto mulai mengesek-gesekan kemaluannya pantat semok Bu Ina lalu mulai di arahkan ke vagina nya
“ Auukh, cepat pak masukin, tuntas kan kemauan mu, kita sudah kelamaan di sini “ Bu Ina menggit bibirnya menahan desahan suaranya, tapi lagi-lagi matanya terpejam.
“ Masukin apa Bu ? “
“ Masukin kemaluan bapak “
“ Bilangnya jangan kemaluan dong bu, formal banget kedengaran nya, bilangnya kontol dong bu. Ayo bilang kontol “ ujar Pak Narto sambal mengesek – gesekan kemaluan nya di bibir vagina Bu Ina serta tangan nya meremas kedua payudara Bu Ina.
“ Iya, masukin kontol bapak ke vagina saya “
“ Yach kontol udah bener, jangan vagina juga, tapi memek “ ucap Pak Narto santai.
“ Iya memeeek..auuukkk..akhh pelan Pak”
Bersamaan dengan Bu Ina mengucapkan kata memek, Pak Narto memasukan kemaluan nya dengan kasar ke vagina Bu Ina.
“ Och..memek mu enak bu, masih peret aja, padahal sudah beberapa kali aku ngentot dengan mu “ Pak Narto mulai memaju bundur kan pantatnya.
Keliatan nya Bu Ina juga sudah mulai terbawa nafsu, walau matanya terpejam tapi pantat nya terus bergoyang menyambut sodokan-sodokan kemaluan Pak Narto di vagina nya.
“ Och enak buu.. “ Pak Narto terus bergoyang
“ Kita lagi apa Bu Ina “
“ Lagi bercinta Pak “
“ Bukan, kita lagi ngentot bu, aku lagi ngentoti memekmu bu “
“ Akh iyaaa..iyaaa kita lagi ngennntooood ” tiba tiba tubuh Bu Ina bergetar, dan pantatnya berkedut-kedut, Bu Ina semakin kencang menggigit bibirnya.
Aku yang yang panas dingin mengintip pebuatan mereka mulai mengeluarkan kemaluan dari celanaku dengan tidak sabar mengocok dengan cepat, sambil melihat adegan panas yang pertama kali baru ku saksikan.
“ Plak..plak..plak.” suara pertemuan kemaluan antara pantat bulat Bu Ina dan pangkal kemaluan Pak Narto terdengar jelas di telingaku.
“ Akhh..akhh ibuuu, udah dapet ya bu, akhh saya juga mau dape bu, saya crooting di dalem ya bu “
“ Jangan Pak, jangan di dalem kasihani saya Pak, kalau hamil gimana ? “ ucap Bu Ina memelas
“ Kan Ibu ada suamiii…orang ga akan curiga kalau ibu hamil, lagi pula memek Bu Ina terlalu sayang kalau saya crotin di luar “ Pak Narto semakin cepat mengoyangkan pantatnya, Bu Ina pun sepertinya tidak mau kalah sepertinya dia ingin mengejar orgasme nya ke dua.
“ Akhhh..buuu..saya crrrotin di memek nich akhhh enak bu “ ceracau Pak Narto
“ Jangan Pak..Jangan “
Bu Ina menyadari Pak Narto akan segera orgasme, di coba melepas kan vaginanya dari kontol Pak Narto, tapi Pak Narti mencegkram erat pinggang Bu Ina dan menariknya ke belakang serta pantatnya di dorong kuat-kuat sehingga pangkal kemaluan Pak Narto menempel erat di pantat Bu Ina.
“Akh..croot enak bu, och pejuh ku muncraat di dalem ”
Pantat Pak Narto dan Bu Ina berkedut kedut bersamaan, rupanya selain Pak Narto yang orgasme Bu Ina pun mendapatkan orgasmenya yang ke dua. Aku semakin cepat mengocok kemaluanku dan akhirnya air mani ku pun muncrat dengan sukses membasahi dinding.
“ Aukh..pelan pelan nyabutnya pak, masih linu “ pekik Bu Ina
Pak Narto mencabut kemaluannya, kuliat kemaluan Pak Narto mengkilap basah, mungkin itu cairan dari vagina Bu Ina. Pak Narto bersandar lemas di dinding bilik nafas tuanya ngos ngosan dan keringat didahinya banyak menetes, dan Bu Ina terduduk lemas di lantai, lutuk dan tangan nya sudah sudah tidak bisa lagi menopang berat badan nya.
“ Tolong bersihin kontol saya bu “ Pak Narto menyodorkan kemaluan nya ke wajah Bu Ina.
“ Muach..sruput..muaach..nyeep..nyep “ Bu Ina mulai menjilati kemaluan Pak Narto.
Sungguh di luar akal pikiran ku, Bu Ina yang cantik, terdidik apa lagi profesinya yang mulia sebagai seorang guru, bisa menurut apa pun keinginan pria tua seperti Pak Narto yang hanya penjaga sekola dan latar belakang yang tidak jelas. Baju Bu Ina terbuka semua kancingnya, payudara nya tergantung indah, dan kini dia sedang membersihkan kemaluan lelaki yang penuh lender kelami, dan lelaki itu bukan lah suaminya. Kuliat wajahnya tersirat kepuasan tapi kenapa ?…kenapa di ujung kelopak matanya ada AIR MATA.
Aku segera keluar perlahan dari ruangan itu, tak tahu lagi apakah mereka akan melanjutkan perbuatan terlarang itu lagi atau segera kembali ke pekerjaan masing-masing.
Aku berjalan lemas, lemas sudah kepala atas dan kepala bawah, aku sudah tidak berhasrat lagi untuk mengikuti mata pelajaran, maka kulangkahkan kakiku menuju warung Pak Wastam, biarlah Pak Ardi marah mencariku, toh sudah biasa aku di marahi beliau.
Sesampainya di warung yang juga sekaligus menjadi kantin sekolah ku pesan jus kesukaan ku
“ Jus air putih pak “
“ Wedus, gayamu le, arep jaluk banyu bae kaya belaga pesen jus, emang sangu mu piro ? ” jawab Pak Wastam sambil melempar kain cucian piring
“Hee..heee “ aku hanya bisa cenge-ngesan sambil garuk-garuk selangkangan karena masih agak ngilu
“ Loh kok kowe sudah ke sini, ga belajar le ? “
“ Ora Pak Wastam, lagi M “
“ Yo wis, kiye jus air putih, di ambil langsung dari mata air kobokan bekas cucian piring “ Pak Watam menyodor air putih kepadaku.
“ Matur Suwun, och ya pak ana gorengan mendoan kemarin sore ga, lumayan ne kana buat ganjel perut, belum sarapan soalnya si mbok ga sempet buatkan aku sandwich tadi “
“ Senwic apaan toch le ? “
“ Oalah deso jenengan pak, sandwich not senwic you now ? kae loch roti sing di tumpuk-tumpuk terus dikasih daging ama sayuran “ jawab ku seadanya, karena akupun sejatinya kurang paham juga apa itu sandwich
“ I no..no..no.. dasar wedus, wong tua kok buat ledekan, nich mendoan kemarin tapi udah di angetin ama bojoku mau esuk “
“ mantap, cocok iki pak “ jawabmu senang karena dapat mendoan gratis, walau judulnya mendoan kemarin sore
Ku melamun sambil menatap sawah yang menghijau, karena sekolah ku terkenal dengan sekolahan TESA ( Tengah Sawah ) di temani Jus AP dan mendoan wingi
“ Kriiiiing “ Bel tanda instirahat pun berbunyi, anak-anak berhamburan keluar dari kelas, aku yang sedari tadi memang sudah di warung tetap meneruskan melamun memikirkan kejadian tadi di bilik WC, tiba-tiba
“Pletak” sebuah bilah bambu mendarat dengan sukses di kepalaku. Tidak sakit sich, tapi cukup membuatku kaget dan hampir membuatku terjatuh ke sawah.
Di belakang warung Pak Wastam aku dan teman-teman genk ku memang sengaja bikin bangku pangjang untuk kumpul-kumpul dengan genk kami, karena suasana dalam warung yang tidak menyenangkan sebab terlalu rame.
“ Gemblung, kabur di sini koe Gil ? di cari Pak Ardi tadi, ijin ke toilet kok lama banget, ampe pelajaran habis ga balik juga “ ucap temanku si Blewuk.
“ Ais, palingan juga ga tahan di belakang si Tantri liat bokong ama susu nya yang gueedhe sek gunung Slamet, jadinya langsung ke WC coli.akkhhh..kahhhh “ si Eri temanku menimpali perkataan Blewuk
“ Haa..haaa “ Wanto dan Aji tertawa bersamaan mendengar celotehan Eri
Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengar perkataan mereka. Dalam pikiran hanya ada perasaan yang YANG EMBULAH ORA NGERTI untuk dijelaskan…..
To Be Continued