Hubungan Sex Beda Agama I

 Para pembaca yang budiman. Ini satu lagi cerita pengalamanku semasa kuliah di Jakata, kenalan, jatuh cinta, pacaran yang lembut dan bercinta yang amat mengesankan. Semoga anda semua dapat menikmatinya dengan senang.

Dua tahun telah saya menginjak bangku kuliah fakultas teknik Mesin di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Berkawan dengan sahabat-sahabat kuliah satu angkatan semua jurusan yang ada dengan segala kelebihan dan kekurangannya disertai pesta, camping dan diakhiri pacaran dengan cewek-ceweknya yang rata-rata cantik dan seksi merupakan bagian dari kehidupan kampus.

Saya memiliki group atau kelompok sahabat-sahabat seangkatan dari jurusan teknik, antara lain Mesin, Sipil, Arsitek dan Elektro. Diantaranya Aryono dan Tonny, kami bertiga memiliki ikatan persahabatan yang erat bagaikan saudara kandung, hingga pada kegiatan mendaki gunung Gede, Pangrango di Cimacan terus ke gunung Slamet di Cirebon.

Kami bertiga pada umumnya, akhir minggu keempat, tiap akhir bulan, naik ke gunung Gede (Pangrango). Pulangnya hampir dipastikan melewati Sukabumi dan menginap satu malam di penginapan yang murah dan biasanya mencari cewek-cewek manis di Sukabumi yang berakhir dengan pelampiasan nafsu seks kami bertiga.

Untuk menerima cewek-cewek Sukabumi, pada ketika itu sedang In atau Ngetrend khususnya kalau yang mencari cowok-cowok Jakarta, pasti dapat. Di sini yang ingin kuceritakan adalah salah satu pengalamanku yang lain yang tak akan kulupakan seumur hidup.

Berawal dengan persahabatan kami bertiga yang membuat Tonny berkenalan dengan adiknya Aryono, bernama Aryani. Akhirnya mereka pacaran dengan hebat (dari ujung rambut hingga ke ujung kaki). Aryani pada ketika itu baru naik kelas 3 SMP, jadi masih segar-segarnya suka sama cowok mahasiswa, si Tonny ini.

Saya belum punya pacar tetap dan seperti biasanya, kencan kesana kemari dengan sahabat-sahabat cewek di kampus hingga sebatas cium-ciuman dan pegang-pegang saja (petting). ML (Making Love) pun akhirnya sama cewek-cewek tertentu saja yang dari lain almamater.

Satu waktu, entah mereka bertiga Aryono, Tonny dan Aryani, mungkin telah merencanakan untuk menjodohkan saya dengan salah satu sahabat sekolah Aryani, tepat pada ketika pesta ulang tahun sahabatnya itu.

Kami berempat datang pada malam acara pesta ulang tahun tersebut ke rumah sahabat Aryani. Setiba kami di sana, saya diperkenalkan kepada yang berulang tahun.

“Mas Adit,” kata Aryani kepadaku, “Kenalin, ini sahabatku Meiske, yang berulang tahun.” sambungnya lagi.

Begitu saya melihat dengan siapa saya diperkenalkan, sambil memberi tanganku untuk bersalaman, di depanku berdiri gadis yang tingginya lebih kurang 3 cm lebih pendek dari saya (173 cm), berkulit putih, matanya coklat tua berbinar dengan bibir yang amat sensual serta rambut hitam panjang sebahu, kontras dengan lehernya yang putih dan jenjang itu. Dan terlebih-lebih, tanpa disadari, mataku turun melihat pakaiannya, rok dan blus yang formal and casual dengan kancing terbuka hingga sebatas dadanya.

“Dadanya.. oh Tuhan.. betapa cantiknya makhluk yang engkau hadapkan padaku malam ini. Ini wanita dewasa apa anak kelas 3 SMP?” dalam hatiku.

Kalau saya boleh membandingkan Meiske dengan bintang film atau sinetron zaman sekarang, Meiske mirip dengan Monica Oemardi (tak terlalu extreem kan).

Terus terang para pembaca yang budiman, saya tertegun hingga Tonny menepuk pundakku sambil berkata, “Hey.. ngomong dong.. selamat ulang tahun kek.. I Love You kek.. I want to kiss you kek…”
Aku terkejut dan sadar, mereka bertiga tertawa, Meiske tersenyum malu dan terasa ingin melepaskan genggaman tanganku, dengan cepat kusadari dan saya berkata, “Maaf.. happy birthday Meis, saya Adhitya, dan.. maaf lagi saya ngga bawa apa-apa.”

“Oh yaa.. ngga apa-apa, Mas-mas sama Yani udah pada datang aja, saya udah cukup senang, yok masuk!” katanya lagi.

Kami berlima masuk, dan seperti kebiasaanku apabila berkenalan dengan sahabat baru, saya terus mencari orang tuanya, juga berkenalan, biasa deh.. cari dukungan utama dari orang tua.

Malam pesta ulang tahun berakhir dengan gembira dan tentunya bagiku sendiri bisa berkenalan dengan gadis yang menjadi idamanku yaitu, cantik, tinggi, putih dan yang terlebih penting adalah dadanya yang besar dan montok. Kuketahui belakangan ternyata ukurannya 36C.

“Woooww! Lagi-lagi.. ini anak SMP atau wanita dewasa sih?” dalam hatiku bertanya.

Begitulah setelah perkenalanku pada malam pesta ulang tahunnya Meiske. saya jadi sering wakuncar (wajib kunjung pacar) ke rumahnya dibilangan Jakarta Pusat. Kemudian saya juga mengetahui bahwa ayahnya seorang ABRI, kawin dengan ibunya seorang wanita keturunan Portugis, jadi pantas saja, Meiske memiliki perawakan seperti di awal ceritaku.

Kami berdua sering jalan-jalan atau berempat dengan Tony dan Aryani pada ketika libur atau malam minggu. Untuk hal ini, Aryono tak ikut karena ceweknya lain aliran dengan Aryani dan Meiske ketika itu. Reaksi sahabat-sahabat kuliah pada ketika itu yang tahu saya pacaran sama anak SMP, bukan main hebohnya.

“Hey Dhit, tau diri donk.. elu kan udah tua, mahasiswa lagi.. masa elu mau pacaran dan ngebodohin anak kecil? Masih SMP lagi! Emangnya kagak ada cewek yang gedean dikit?” begitulah komentar mereka.

Aku tak memberi reaksi banyak, paling tak hanya tersenyum sambil menunjukkan kepalan tanganku dengan posisi jari telunjuk ke atas sambil berkata kepada mereka, “Fuck you, man!”

Aku memanggilnya dengan Meis dan dia memanggilku dengan Mas Adit. Awalnya, kami berdua pacaran seperti biasanya. Karena saya jauh lebih dewasa dari Meiske, jadi saya lebih banyak mengajari dan melindungi Meiske. Sampai-hingga waktu pertama kali saya cium bibirnya, dia masih lugu. Hal ini terjadi pada ketika kami pacaran di belakang rumahnya yang memiliki halaman serta kebun yang lumayan luas. Malam Minggu, kami duduk berdampingan di kursi, kulingkarkan tangan kiriku kepundaknya, dia merebahkan kepalanya ke dadaku.

Kuraba dengan lembut pipinya dan berkata, “Meis..”

“Hmmm.. apa Mas Adit?” jawabnya perlahan.

“Kamu tahu ngga bahwa saya sayang kamu..” saya berkata lagi.

Kepalanya diangkat dari pundakku sambil memandangku dengan matanya yang bulat dan berbinar-binar sayu. Tanpa kusadari, wajah kami saling mendekat dan terasa nafas kami yang agak memburu.Kusentuh pipinya dengan kedua telapak tanganku. Kukecup keningnya dan reaksinya, dia diam dan waktu kulihat matanya tertutup.

“Meis, saya sayang kamu, Non..” bisikku di depan bibirnya.

“Hmm.. apa Mas?” berbisik jawabnya lagi.

“Aku ingin mencium bibirmu.. boleh ngga?” suaraku kubuat selembut mungkin dan seyakin mungkin, karena dia tak bereaksi seperti anak gadis lainnya kalau kucium keningnya biasanya langsung menyediakan bibir mereka.

Meiske mengangguk pelan dan memejamkan matanya, menunggu dengan lembut kukecup bibirnya yang sensual itu, reaksinya seketika diam. Setelah beberapa saat, tangannya melingkar di leherku dan kedua tanganku melingkar di pinggangnya. Kemudian tanpa melepaskan bibirku di bibirnya, dengan perlahan kuangkat tubuhnya sehingga dia berada di pangkuanku. Bibirnya yang lembut kukulum dengan erat. Ketika kupermainkan, lidahku masuk ke dalam mulutnya, dia terkejut dan melepaskan bibirnya sambil berkata pelan.

“Lidahnya mau ngapain Mas..?” tanyanya.

Lugu banget kan ini cewek! Rupanya dia belum mengerti tentang permainan lidah sambil berpagut.

“Meis.. kamu belum tahu kan?” saya berkata dan dia menggeleng pelan.

“Meis, kalau kita kissing saling cinta, bukan hanya bibir ketemu bibir saja, tapi lidah juga harus main.. Coba kamu rasakan deh.. dan nikmati yaa…” kataku membujuk halus, dia mengangguk pelan.

“Sekarang, boleh saya cium kamu lagi ngga?” tanyaku dengan lembut.

Meiske hanya mengangguk dan langsung kukecup lagi bibirnya sambil mempermainkan lidahku dan ternyata reaksinya.. lidahnya ikut main dengan lidahku dan sementara tanganku mulai meraba-raba punggungnya dengan lembut, membuat nafasnya Meiske memburu ditengah-tengah kecupan dan pagutan bibir kami berdua.

Sementara itu, tanganku mulai turun ke arah dadanya. Dia tak bereaksi tehadap tanganku yang telah mengusap susunya yang ternyata, montok dan memang benar-benar besar dan kenyal. Maklum umurnya masih 15 tahun. Nafasnya makin memburu tatkala kecupanku turun ke lehernya dan kugigit-gigit kecil. Rintihan halus mulai keluar juga ketika tanganku masuk ke dalam bajunya setelah kancingnya berhasil kulepaskan satu persatu tanpa disadarinya.

Tanganku terus meraba susunya yang masih terbungkus BH. Yang kurasakan hanya setengah menutupi susunya yang besar dan montok serta lembut itu, atau memang BH-nya terlalu kecil untuk menampung bukit indahnya Meiske yang montok. Bibirku terus mengecup turun dari leher ke dadanya sementara tanganku bergerilya ke punggungnya yang akhirnya berhasil melepaskan kaitan BH-nya. Kurasakan Meiske tersentak pada ketika saya berhasil melepaskan BH-nya.

“Mas Adit.. jangaaan.. Maaass…” rintihnya terengah-engah sambil menunduk melihat ke arah mukaku yang hampir terbenam di antara kedua susunya yang besar dan montok itu.

Aku melepaskan kecupanku di pangkal dadanya sambil melihat ke arahnya dengan lembut tetapi masih penuh nafsu.

Sambil tersenyum lembut, “Kenapa sayang.. kamu takut yaa..?” tanyaku hati-hati.

“Iya mas…” jawabnya dengan suara bergetar akan tetapi kedua tangan masih tetap memeluk leherku dengan kencang.

“Jangan takut Meis, Mas tahu kamu belum pernah seperti ini, rasakan dan nikmati saja pelan-pelan.” jawabku lagi sambil tanganku tetap membelai susunya yang putih disertai puting kecilnya yang berwarna merah muda (pink).

Rupanya dengan gerakan Meiske tersentak itu, BH yang dipakainya terlepas dari susunya yang montok. Kukecup lagi bibirnya dengan lembut. Sejenak kusadari bahwa ini adalah hal yang pertama kali Meiske alami bersama lelaki dewasa seperti saya jadi saya berniat untuk petting dulu sama dia agar tak kaget dan terlalu memaksa.

Saya takut akibatnya dapat merugikanku sendiri untuk menikmati tubuh perempuan berdarah Portugis ini. Demikianlah kejadian demi kejadian yang saya dan Meiske lakukan, yaitu petting atau French kissing sejak kami pacaran yang kuajari dia, baik di rumahnya maupun di rumahku dan dengan pasti kami lakukan pada ketika rumah kami berdua dalam keadaan yang memungkinkan.

Hingga satu hari Minggu, saya bisa mengajaknya keluar dari pagi jam 08:00 hingga jam 17:00, atas izin orang tuanya. Kami berdua naik motorku, Honda CB-100 tahun 70an. Motor seperti ini dan CB-125 lagi top-topnya berputar-putar keliling Jakarta. Kami makan mie ayam Gang Kelinci dan berakhir di rumahku yang kebetulan lagi sepi.

Orang tuaku sedang mengunjungi famili di Bandung, kedua kakakku sibuk dengan urusannya masing-masing dan tinggalah pembantuku bik Inem yang lumayan telah 59 tahun umurnya di kamar belakang. Meiske langsung kuajak ke kamarku, terpisah dari ruang utama cukup jauh.

Mungkin karena rasa kangen yang meluap-luap, begitu masuk ke kamarku, Meiske memelukku dengan erat dan sepertinya kurasakan dia agak buas. Menciumiku dengan cara menarikku dengan kasar, sehingga kami terjatuh di atas tempat tidurku dengan posisi dia berada di atasku.

Padahal, biasanya kalau kami berdua ada kesempatan, ciuman sambil pegang-pegang, seingatku saya selalu ambil peranan dan dengan lembut serta very enjoyable bagiku dan Meiske sendiri yang kulihat dia sangat menikmati permainan petting dariku. Tetapi hari ini saya hampir kewalahan menghadapi ciumannya yang bertubi-tubi dan kurasakan bahwa ini bukan ciuman anak SMP lagi, tetapi ciuman wanita yang lagi berahi tinggi.

Menyadari hal tersebut, saya akhirnya mulai memberikan respon yang tinggi juga. Dengan segera saya membalikkan badanku, sehingga posisiku berada di atasnya serta kubalas kecupannya dengan gairah tetapi juga dengan lembut serta gigitan-gigitan kecil di bibirnya, serta permainan lidah pada ketika mengulum bibirnya yang sensual itu. Sementara tanganku bergerak membuka baju casualnya, seperti biasanya Meiske telah tahu kalau kami mau petting, dia selalu pakai baju casual dengan kancing di depan.

Desahan-desahan kecilnya mulai terdengar bersamaan dengan kecupan dan gigitan kecilku yang turun ke arah susunya yang besar dan montok itu hingga saya berhasil menjilati puting susunya yang berwarna merah muda (pink) bergantian, kiri dan kanan. Desahannya makin menjadi-jadi sewaktu saya menghisap putingnya yang kecil dan mulai keras disertai gigitan-gigitan kecil yang menggemaskan dan menikmatkan dia.

“Aduuuuh.. Maaass Adiit!” erangannya sambil mencengkramkan tangannya di kepalaku.

Sementara itu, penisku mulai berontak di balik jeans dan CD-ku. Cepat-cepat saya membuka zip (ruistzleting) jeansku agar Mr. Penis Adithya agak leluasa untuk diperbaiki letaknya (daripada terjepit). Kulepaskan kecupanku dari susunya Meiske yang besar dan saya memandangnya dengan penuh kasih dan lembut, kukecup bibirnya Meiske.

“Meis sayang, saya ingin membuat kamu jadi milikku seutuhnya, kamu mau kan?”

“Mas Adit, saya mau apa aja yang Mas lakukan untukku.. saya mau Mas..” jawabnya mesra dan nafasnya mulai memburu.

“Meis… saya akan membuat kamu untuk tak melupakan hubungan kita dan saya mau kamu tak seperti anak SMP lagi yaa, mau kan?” kataku lagi dengan lembut setengah bebisik, dia mengangguk manja.

Sambil berbaring side by side, kukecup bibirnya yang sensual sambil kubuka habis bajunya. Tanganku yang cukup berpengalaman melepas BH-nya yang berwarna pink, hal ini membuat penisku tegang (kira-kira 100 volt).

Akhirnya terlihat dua bukit keemasannya, susunya yang sekali lagi, “Alaamaaak.. kok anak SMP bisa punya seperti ini?” dalam hatiku, putih ,besar, montok dan kenyal dengan putingnya yang kecil berwarna merah muda (pink).

Sejenak saya memandanginya sambil perlahan-lahan tanganku menjamah, membelai serta mengusap-usap putting yang menggemaskanku. Meiske tersadar ketika saya masih memandang ke arah susunya dan tiba-tiba dia mengeluh sambil menyusupkan kepalanya di dadaku yang juga telah telanjang.

“Maasss.. jangan diliatin terus dong.. Meis kan malu!” katanya perlahan dengan nada manja.
Aku tertawa perlahan sambil memeluknya dengan mesra.

“Malu sama siapa sayang? Sama aku? Iya? Kan yang ngeliatin juga cuma satu orang kan..?” jawabku tersenyum geli melihat kelakuannya anak SMP ini.

“Tapi Meis kan tetap aja malu.. soalnya Mas Adit orang laki-laki yang pertama yang lihat Meis ngga pakai BH.” katanya lagi.

Kukecup lagi keningnya, terus turun ke matanya yang indah, hidungnya yang bangir, terus turun ke sudut bibirnya yang sensual, merah merekah disertai desahan-desahan kecilnya terdengar olehku. Di sana saya mempermainkan lidahku serta kugigit lembut.

Dia menggelinjang dan dengan tak sabar dia mengecup bibirku dengan buas, sementara tangannya mulai mengusap kepalaku, saya pun tak tinggal diam. Dengan segera tanganku turun ke susunya yang menjadi kegemaranku bermain, kuraba dan kuputar-putar putingnya yang mungil. Dia mengerang nikmat.

Tanganku terus turun. Kusibak rok mini (kulot)nya Meiske, terus ke arah belakang tempat zip (ruitszleting) langsung kubuka perlahan-lahan. Dia diam saja dan saya merasakan bahwa dia telah pasrah dengan apa yang akan kulakukan. Kutarik roknya ke bawah dan dia membantu untuk melepaskannya.

Para pembaca yang budiman, anda bisa membayangkan, dihadapanku (laki-laki sehat fisik dan mental berumur 22 tahun) tergeletak sebatang tubuh gadis 15 tahun yang berdarah Portugis. Dengan tinggi 170 cm, putih mulus dengan perut yang rata, buah dada yang besar berukuran 36C, montok serta kenyal, mengenakan CD mini berwarna pink.

“Tuhan… betapa sempurnanya ciptaanMu.” dalam hatiku.

“Maass Adit… peluk Meis dong…” tiba-tiba katanya dengan sendu membuyarkan lamunanku.

Kembali saya memeluknya dengan lembut dan saya merasa penisku melakukan pemberontakan yang gila. Sambil mencium bibirnya, lehernya terus turun ke susunya serta putingnya yang menggairahkan, saya melepaskan jeansku.

Kini di tempat tidurku tergeletak sepasang manusia hanya tertutup oleh CD masing-masing, pink dan white saling berpagut menggelora. Kukecup kedua puting merah muda itu berulang-ulang dengan lembut hingga basah oleh air liurku. Kuturunkan kecupanku ke arah pusarnya Meis, dia bergerak sambil terus menjambak rambutku sambil mendesah disertai erangan-erangan nikmatnya yang halus. Hingga akhirnya bibirku berada di atas memeknya yang telah basah tertutup oleh Miss Pink CDnya.

“Meiske sayang.. mau kan kamu merasakan dan menikmati ini? Pelan-pelan yaa?” kataku sambil mulai membuka CD-nya lepas dari tubuhnya.

Meiske hanya menganggukkan kepalanya dengan rintihan kenikmatan yang kuyakin belum pernah dirasakannya seumur hidup. Dihadapanku terlihat anak gadis, perawan, telanjang dengan lubang kewanitaan ditumbuhi bulu-bulu halus yang teratur rapi nan cantik. Memek anak perawan yang belum pernah disentuh oleh laki-laki manapun. Kukecup bibir atas benda indah itu yang dengan serta merta mengeluarkan aroma yang khas. saya merasakan gerak gelinjang Meiske serta keluhan panjang.
“Ooohhh… Maasss…!”

Kuyakin Meiske telah kehilangan kata-kata untuk menyatakan kenikmatan yang belum pernah dia alami, karena umurnya baru 15 tahun. Bersambung Hubungan Sex Beda Agama II (18.00 WIB)

Related posts