Hubungan Sex Beda Agama II

Sebelum Menginjak cerita ke dua langkah baiknya bila membaca Hubungan Sex Beda Agama I agar mengetahui alur ceritanya – Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan nafsuku serta pemberontakan Adhitya junior di balik CD-ku, saya ingin memberikan kepuasan kepada Meiske semaksimal mungkin, sehingga dia akan menyerah dengan apa yang akan kulakukan demi kepuasan bersama.

Kujilat belahan memeknya sambil perlahan-lahan kubuka pahanya yang sebelumnya Meiske jepitkan untuk menahan gejolak kenikmatan pada ketika saya pertama kali mengecup pucuknya. Pahanya yang putih mulus itu terbuka sedikit demi sedikit sambil lidahku bermain dengan lembut. Klitorisnya yang mungil tampak merekah merah muda. saya tak tahan.

Kukecup dan kugigit-gigit kecil. Hal ini membuat Meiske menggoyangkan pantatnya yang padat, kenyal serta mulus itu dengan gila. Kedua tangannya mencekal rambutku dan menekankan ke arah memeknya sambil berteriak kecil menahan.

Basah telah bibirku, hidungku, lidahku dengan cairan putih bening yang keluar terasa agak asin namun harum dengan aroma yang khas dari memeknya Meis. Cengkraman serta jepitan di kepalaku mengendur, dia telah mencapai orgasme. Kujilat dan kutelan habis cairan itu di sekitar memek indahnya dengan nafsu yang memuncak. saya merasakan otot penisku berdenyut-denyut, dan saya merasakan sesuatu keluar dengan dahsyatnya dari penisku yang terasa membasahi CD-ku. Rupanya saya juga mengalami orgasme.

“Maasss Adit.. sini, peluk Meiske…” rintihnya sendu.

Aku tersadar dengan kejadian yang baru saja kulakukan. Gila.. saya baru saja menelan cairan orgasme anak perawan. saya bangun dan memeluk Meiske dengan lembut dan mesra, dia kaget melihat mulut dan hidungku masih tercecer cairan putih bening.

Tiba-tiba, “Cup.. cup.. cup..” dikecupnya bibirku, hidungku, daguku sambil menjilati sisa-sisa cairan putih bening yang masih ada di wajahku dengan liar.

Dia terus memandangku dengan matanya yang indah berbinar itu. Posisi kami rebah berhadapan berdampingan, dia berada di sebelah kiriku dan saya berada di sebaliknya. Tanganku menyentuh dan mengusap susunya yang putih, montok dihiasi putting kecil merah muda.

“Mas Adit…” desahnya lembut.

“Apa Meis..?” jawabku berbisik.

“Mas Adit kan sayang sama Meis…” katanya lagi sambil memandang serta membelai pipiku, menyentuh bibirku dengan jarinya.

“Iyaaa… ada apa Non.. kok pake nanya..?” balasku lembut.

Jariku tetap nakal bermain-main di puting susunya yang menggairahkan.

“Maass… soalnya Meis belum pernah begini..” katanya lagi sambil melirik ke arah mataku.
Usapan tangannya tak berhenti di antara pipi dan bibirku. saya balas memandangnya sambil tersenyum.

“Aaahhh Maasss… Jangan diliatin begitu dong.. Meis kan maluuuu…” katanya sambil merajuk menyusupkan wajahnya di leherku, kakinya yang indah dibelitkan ke pinggangku seperti memeluk guling.

Tiba-tiba dia tersentak ketika perutnya menyentuh perutku yang mau tak mau, memeknya menyentuh sesuatu yang tegang di balik CD-ku yang telah basah. Secara refleks Meiske mencoba meregangkan tubuhnya, tetapi dengan sigap kutahan dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya sambil berbisik,
“Jangan dilepas sayang.. biarkan nempel.. saya ingin kamu merasakan milik laki-laki yang menyayangimu, menyentuh kulitmu.” kataku dengan nada pasti.

Dia terhenyak dan tegang sesaat, dengan sabar dan lembut saya cium kening dan bibirnya dan saya berkata sambil melepaskan CD-ku perlahan-lahan, “Kamu belum pernah melihat yang namanya penis laki-laki dewasa dalam keadaan tegang kan? Kamu mau lihat?” tanyaku sambil menatap pasti ke arah matanya yang indah itu.

Sepertinya dia bingung seketika dan saya tetap memandangnya dengan tatapan mata yang menusuk serta meyakinkan. Akhirnya dengan sikap pasrah dia mengangguk pelan. Kami melepas pelukan dan dengan perlahan-lahan, Meiske menundukkan kepalanya melihat ke arah pangkal pahaku.

“Ooohhh…” teriaknya kecil dan kaget serta merta memeluk leherku menyembunyikan mukanya.
Aku rasanya ingin tertawa melihat sikapnya yang lugu itu, maklum saja anak perawan melihat pertama kali penis laki-laki dewasa lagi tegang sepanjang 15cm x 3cm. Surprise!

“Hey.. kenapa sayang..? Lihat tuh.. indah kan?” kataku menggoda.

“Ngga mauuu.. Meis maluuuuu Mas..!” jawabnya tanpa melepaskan wajahnya di leherku dengan nafas yang agak memburu dan tangannya memeluk leherku.

Dengan sigap saya peluk dia di pinggangnya yang berakibat penisku si 15cm x 3cm yang masih tegang itu menempel di antara memeknya yang lembut. Dia kaget dan berusaha melepaskan tetapi kutahan pinggangnya, nafasnya makin terengah-engah.

Terasa ada cairan hangat mengalir menyentuh penisku perlahan-lahan dan ketegangan tubuh dia mulai agak mengendur.

“Maass.. Meiiis.. aaahhhh nggaaa aahhh…” desahnya terengah-engah.

Pelukanku di pinggangnya kukendurkan sambil menatap matanya yang agak redup sambil berbisik,”Sayang.. ini bagian dari perasaan cinta dan kasih sayang, Non.. ayo lihat..”

Aku mengambil tangan kirinya dan kuarahkan ke penisku yang tegang, dia mengikuti gerakan tanganku sambil pelan-pelan menundukkan kepalanya ke arah penisku, kuusapkan tangannya ke penisku sambil menggenggam dengan lembut. saya rasakan nafasnya memburu dan saya mulai merasakan sentuhan lembut itu dengan nikmat.

“Gila.. man..! Penisku dipegang oleh anak perawan yang cantikkk..!” pekikku dalam hati.

Kuajari Meiske sambil menggengam si Junior untuk mengurut dengan lembut, tanganku kemudian melepaskan tangannya yang halus, terus mengurut penisku secara berirama. Sementara tanganku sendiri menyentuh memeknya yang lembut dan mulai mengelus bibir hangat tersebut dengan penuh rasa cinta.

Beberapa ketika kemudian dia berteriak kecil, “Maaassss.. oohhh…” dia bergerak dan tangannya yang masih memegang penisku disentuhkan ke memeknya.

Tiba-tiba dia memelukku sambil melingkarkan pahanya yang putih dan mulus itu serta menekankan memeknya dengan penisku. Tanganku terpaksa kulepas dari bibir memek cantik itu, tangannya memeluk badanku, kemudian bibirnya dengan buas mengecup bibirku sambil mengerang karena nikmat. Terasa basah penisku yang masih menempel di bibir hangatnya Meiske, orgasmenya yang kedua.

Wooow.. seprei tempat tidurku telah tak karuan lagi bentuknya serta basah pada bagian di mana kemaluan kami berdua saling menempel. saya mulai tak tahan dengan keadaan seperti itu, penisku makin keras dan tegak sementara agak terjepit di antara bibir memek lembut miliknya Meiske.

Yang agak mengherankan adalah, saya masih bisa menahan diri untuk tak mulai melakukan penetrasi karena sadar bahwa anak ini masih perawan, meskipun keadaannya tinggal tancap, beres kan? Pikiran sehat muncul sejenak (sejenak saja! Tak hingga satu menit).

“Hey, ini anak masih perawan kan, kalau elu perawanin die, dose man… ! Tau ngga?” dalam hatiku bergejolak.

Aku yakin bahwa saya harus mengakhiri kenikmatan ini dengan kondisi baik. saya dan Meiske harus benar-benar puas.

Kubalas kecupan-kecupan ganasnya Meiske di bibirnya, lehernya, dadanya dan berhenti serta bermain-main agak lama di kedua susunya yang menggairakan serta putingnya yang kecil merah muda itu. Tanganku bergerilya ke arah memeknya yang lembut berwarna merah muda pada kedua labia mayora-nya.

Pahanya yang putih mulus masih melingkar di pinggangku, sehingga jari tengahku bebas berkeliaran mengusap-usap memeknya yang telah amat basah dengan cairan putih bening yang keluar terakhir. Desahan, erangan serta teriakan-teriakan kecil terus meluncur dari bibir yang sensual di depan wajahku.

Sekali-kali dia mngecup dan juga menggigit bibirku dengan ganas selama jariku mempermainkan labia mayora serta clitorisnya yang agak keras. Kugeser tubuh putih mulus itu perlahan-lahan, sehingga Meiske telentang dan posisiku berada di atasnya.

“Meiske sayang, Mas ingin kamu merasakan kenikmatan orang bercinta.. kamu mau kan..?” saya berkata sambil menatap wajahnya yang terlihat pasrah dan bertambah cantik dengan sebagian keringat menitik di dahinya.

“Maasss Adit.. Meis musti gimana sekarang?” jawabnya lembut setengah tersenyum juga dengan nafas mulai memburu.”Mas mau kamu merasakan gimana yang namanya Real-Make-Love Oke?” kataku dengan lembut dan pasti sambil mengecup bibirnya yang menggemaskan.

Dia mengangguk pelan tetapi kuyakin pasti dia ingin merasakan sesuatu yang tak pernah dirasakannya.

Dengan sabar dan lembut tanpa melepaskan pandangan mataku ke arah matanya yang mulai setengah terpejam, kurenggangkan pahanya, kuarahkan penisku yang telah tegang dari tadi ke atas memeknya yang kuraba dengan jari tengahku.

Telah merekah terbuka, lembut, perlahan kuusap-usapkan ujung penisku ke memek Meiske sambil kukecup bibirnya, susunya, putingnya. Kujilat mesra tangan kirinya dengan segera memegang dia meremas kepalaku dan tangan kanannya membelai punggungku dengan mesra seolah-olah mulai merasakan kenikmatan lidahku bermain pada putting susunya yang kecil mungil kemerah-merahan serta usapan-usapan penisku pada memeknya. Perlahan-lahan kudorong penisku memasuki kira-kira setengahnya ke liang memeknya Meiske.

“Maasss… pelan-pelan… sakiiittt Maas..” jerit kecilnya.

Aku agak kaget dan langsung berhenti bergerak karena meskipun saya telah tak tahan ingin penetrasi penuh tetapi saya masih sadar bahwa ini adalah Real Make Love antara saya yang mahasiswa 22 tahun dengan Meiske yang anak perawan 15 tahun berdarah Portugis yang amat kusayangi, jadi saya harus sabar dan penuh rasa kasih serta cinta yang lembut.

“Oh.. maaf sayang.. sedikit lagi.. Mas pelan-pelan.. atau dicabut aja..?” kataku tanpa sadar.

“Jangan Maass.. pelan-pelan aja…” jawabnya lirih.

Aku merasa tak tahan, antara mau terus dan takut dia kesakitan.

“Gila lu Dit, ini anak masih perawan!” kata hatiku kembali berkata.

Tetapi karena telah tanggung, penisku telah masuk setengah kuteruskan amat perlahan.
Penetrasi yang berakhir dengan keluhan Meiske yang terdengar lirih, “Maaass.. aduuuhh..!”
Nafasnya memburu, terasa liang memeknya yang sempit itu basah melumasi penisku yang masuk dan menyentuh sesuatu batas, selaput dara. saya bingung sejenak untuk berusaha menguasai diriku.

“Adit.. terusin kalau elu bener cinta sama gadis berdarah Portugis ini.” bisikan hatiku lagi.

Sambil mengatur nafas, saya diam beberapa ketika sambil memandang gadis perawanku yang cantik ini.
“Meis.. kamu mau kan..?” saya berbisik di depan bibirnya yang sensual, reaksinya membuat saya tertegun.

Dia angkat pantatnya sehingga penisku masuk penuh ke dalam memek indah itu, tiba-tiba kedua kakinya melingkar di pinggangku dan sekaligus menjepitnya.

“Luar biasa ini gadisku yang perawan!” pujiku dalam hati.

Aku langsung goyangkan pantatku maju mundur perlahan-lahan tetapi pasti, makin lama makin cepat, kukecup sudut bibirnya, ujung dagunya. Nafasnya dan nafasku tak karuan lagi iramanya.

“Maaasss… ohhh.. nggg.. Maass.. Adiiit, teeerrrusss maaasss…” erangannya makin keras.

Gerakan pantatnya yang bulat makin menjadi-jadi. Kupeluk Meiske dengan erat karena saya mulai merasakan denyut-denyut gila penisku di bagian kepalanya. Gerakan otot memek Meiske yang menghisap penisku tiap gerakan mundur membuat saya benar-benar tak tahan. Rasanya belum lama penetrasiku, tiba-tiba Meiske menjerit lirih disertai pagutannya di bahuku sebelah kanan serta jepitan kedua pahanya di pinggangku.

“Maasss Adiiiitt… aaakkkhhh… mmmfff…”

Aku tak bisa menahan lagi kenikmatan badaniah ini, di mana kurasakan seluruh penisku terbenam di liang memeknya Meiske dan.

“Meeeiiis… mas nggaaa… tahan..!” teriakku kecil di kupingnya sebelah kanan.

Ini intercourse, makelove, sanggama atau entah apalagi namanya, saya sendiri tak tahu. Yang jelas ini adalah yang paling gila dan paling edan yang pernah kulakukan hingga ketika itu. saya mengalami orgasme hebat bersama Meiske, gadis kecilku, anak SMP yang berdarah Portugis dan yang telah kuperawani. This is very-very goddam, asshole, cocksucker, cunteater, pussylicker, sonofthebitch something special.

Spermaku keluar menyemprot di dalam memek lembutnya Meiske bersamaan dengan pahanya yang mulus menjepit pinggangku dengan kuat tanda dia mengalami hal yang bersamaan denganku. Kami berpagutan, berkecup, berpelukan, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh-tubuh telanjang kami. Skin To Skin.

Beberapa saat, kami berpelukan seolah-olah tak akan melepaskan satu sama lain. Kuputar tubuhku sehingga posisi kami berdua berhadapan berdampingan tanpa melepaskan pelukan kami masing-masing. Peluh kami berdua mengalir membasahi punggung, leher, dada, perut dan hampir seluruh tubuh.

“Meiske sayang.. buka dong matanya..” kataku lembut sambil mengelus pipinya, menyentuh bibirnya dengan ibu jariku sewaktu melihat dia dengan matanya yang masih menutup.

Menikmati atau berusaha menyadari apa yang baru saja terjadi, mungkinkah? Dia membuka mata coklat tua yang indah dan berkaca-kaca. Perlahan-lahan dia memandang ke arah mataku, dua butir air mata mengalir dari mata yang indah itu.

“Maaasss…” suaranya terdengar lembut sambil jarinya mengusap pipi dan bibirku.

“Mas Adit sayang sama Meis kan..?” katanya lagi dengan agak tersedan manja.

“Iyaa Meis.. Mas Adit sayang kamu.” jawabku dengan tetap mengelus pipi dan bibirnya yang sensual indah itu.

Kuusap tetesan air matanya dan kami saling mengelus muka masing-masing dengan penuh kasih dan cinta.

“Meis ngga nyesel lakukan sama Mas Adit.. karena Meis sayang sama mas.. Meis cinta sama mas..” katanya lagi dengan lembut.

“Mas Adit juga sayang sama Meis.. kamu ngga nyesel kan dengan apa yang kita lakukan tadi..?” tanyaku lagi.

Dia mengangguk pelan tetapi pasti dan tersenyum manis. Kupeluk dia dan kukecup keningnya, bibirnya dan kugigit kecil sudut bibirnya, dia mencengkram rambutku sambil membalas kecupanku di bibirnya. Perlahan-lahan kami saling melepaskan diri dan secara refleks kami berdua melirik ke arah pangkal paha kami masing-masing. Kami termenung sejenak melihat seprei tempat tidurku basah dan ada bercak merah.

“Maasss.. Meis takut Mas.. ada darah di…” dia berkata dengan ekspresi wajah khawatir.

Segera kupegang kedua belah pipinya dan melekatkan pandanganku ke matanya.

“Jangan takut sayang.. itu tandanya kamu masih suci dan Mas yang pertama melakukan pada Meis dan Mas akan bertanggung jawab atas perbuatanku, Meis.. jangan khawatir sayang.” jawabku dengan tenang dan pasti dan langsung kembali kupeluk dia sambil mengecup keningnya.

Dia menbalas pelukanku. Kami berpelukan seolah-olah tak akan saling melepaskan. saya bangun dan meraih bajuku dari lantai segera kubersihkan tubuh Meiske, di pangkal pahanya, memeknya, sambil memandang tersenyum puas kepadanya. Dia pun bangun dan ikut membereskan bajunya yang berserakan di atas lantai.

Kami berdiri berhadapan, saling berpandangan mesra dengan tubuh telanjang. Kupeluk Meiske, dia membalas pelukanku dan kami berpagut lembut mesra. Kugandeng tangannya, kami berjalan beberapa langkah mendekati lemari pakaianku, kuambil CD yang bersih. Tanpa sadar Meiske terlihat termenung memadangiku.

“Meiske sayang.. udah sore, non..” saya berkata mengingatkannya juga menyadarkan diriku sendiri sambil menyodorkan CD-ku yang bersih.

Dia tersentak dan terlihat pandangan yang lucu waktu matanya melihat CD-ku yang kusodorkan kepadanya.

“Buat siapa..?” tanyanya heran.

“Ya buat kamu.. masa kamu mau pakai CD kamu yang udah basah dan lengket lagi.” saya jawab sambil menahan tawa geli, dasar anak kecil.

Dia tersadar dan merajuk manja serta merta memelukku, menyembunyikan wajahnya di dadaku.
“Aaahhh.. Mas Adit.. Meis jadi malu kan..?” sergahnya manja.

Kutuntun Meiske duduk di tempat tidurku, kukenakan CD cowok putihku. Lucu juga melihat cewek pakai CD cowok. Meiske memakai baju dan rok mininya kembali. Kemudian saya sendiri berpakaian.

“Meiske, Mas mau tahu, kok kamu mau melakukan ini sama saya ngga takut hamil..?” tanyaku serius sambil memandang matanya yang indah itu.

“Meis mau karena Meis sayang sama Mas Adit.. kan Mas udah janji ngga akan meninggalkan Meis.. iyaa kan?” jawabnya sambil memeluk leherku.

“Sekarang udah sore. Mau pulang ngga, Meis?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya.
Dia memandangku sambil tersenyum sendu melingkarkan tangannya di leherku sambil mengangguk pelan.

CD-nya yang berwarna pink masih tergeletak basah di atas tempat tidurku. Kuambil sambil kuciumi, dia berusaha merebutnya dari tanganku tetapi kutahan tangannya.

“Ini milik Mas Adit untuk selama-lamanya..” kataku tegas sambil menatap matanya yang cantik berbinar-binar itu.

“Jangan Mas… itu kotor dan bau kan..?” sergahnya.

“Biaaariiin… kotoran yang cantik dan bau yang haruuummm.. kenang-kenangan dari gadis kecilku yang cantik.” jawabku sambil mengecup bibirnya yang sensual.

Cepat-cepat saya melepaskan diri dan melemparkan CD pink itu ke dalam lemari pakaianku, kututup, kukunci. Dia terdiam dan tersenyum cerah. Kuantarkan Meiske pulang kerumahnya, jam menunjukan jam 18:00. Kami berkasih mesra hampir 5 jam di rumahku, edan, gila dan sebagainya. saya bahagia sekali.

Hubunganku dengan Meiske berlangsung hingga dia kelas 2 SMA, dan tiap kali ada kesempatan kami bercinta dengan gairah yang tinggi selalu di rumahku yang sering kali sepi dan kosong di mana orang tuaku serta kedua kakakku sering keluar kota dengan urusannya masing-masing.

Karena tak mungkin kami lakukan di rumahnya atau di hotel atau tempat lain. Yang jelas kami selalu berhati-hati tiap kali kami bercinta, saya beberapa kali mencoba menggunakan kondom tetapi saya merasa tanpa kondom yang paling asyik. Skin To Skin.

Hubungan kami terputus dengan alasan klasik, perbedaan agama, dia Kristen sedangkan saya Islam. Orang tuanya yang tak setuju hubungan kami berlanjut atas dasar perbedaan agama tersebut. Padahal saya dan Meiske telah saling berikrar untuk hidup bersama setelah saya selesai kuliah dan dia paling tak hingga D3.

Perbedaan agama bagi kami bisa di bicarakan nanti-nanti. saya selama satu tahun terakhir, sejak orang tuanya menyatakan ketak setujuan mereka atas hubungan kami itu, tetap berusaha menghubungi Meiske baik melewati telepon maupun surat, tak ada jawaban atau pun kalau melalui telepon jawabannya dia tak ada di rumah atau alasan lain yang menegaskan bahwa saya tak dapat berhubungan lagi dengannya.

Sedihkah aku..? jangan tanya lagi, saya sempat frustrasi hampir satu tahun. Kegiatan fisik yang keras seperti beladiri, naik gunung dan terjun payung akhirnya dapat memulihkan semangat hidupku untuk melanjutkan hidup ini. The Life Show Must Go On Man!

Terakhir saya melihat Meiske di salah satu pusat perbelanjaan pada tahun 1998, kulihat dia sedang berjalan-jalan bersama ibu serta adiknya disertai 2 anak-anak kecil yang lucu, anaknyakah? Hanya Tuhan dan keluarganya yang tahu.

Demikian para pembaca yang budiman, salah satu kisah hidupku yang cukup unik dan amat berkesan dan tak akan kulupakan seumur hidupku. Selesai

Related posts