Selingkuh di Negeri Paman Sam 02
Selingkuh di Negeri Paman Sam 02
Sambungan dari bagian 01
Saturday, 5 Juni 1999.
Lagi-lagi malam itu susah banget mau tidur, mungkin jet-lag belum selesai. Tapi karena kehabisan energi disedot habis Nikita, akhirnya saya bisa tertidur juga. Dan sekitar jam 9 pagi weker saya berbunyi, dengan susah payah saya matikan. Pagi itu saya buru-buru mandi biar nggak tidur lagi, dan sebelum pergi ternyata saya baru tahu kalau di telepon saya ada message yang belum saya dengarkan.
Saya tekan tombol di mesin penjawab telepon dan terdengar,
“Halo Coki, ini Ibumu di Jakarta, kamu ke mana kok jam 1.30 pagi belum di rumah, segera telepon jam 7 pagi waktu Jakarta!”
Tuuut, terdengar lagi suara lain,
“Hi, ini saya, Natasya, saya tidak menemuimu hari ini. Saya kira kamu masih tidur, atau kamu masih bersenang-senang bersama Enrico. Ntar saya hubungi lagi.”
Wah ngapain tuh anak telepon sekitar setengah dua pagi, ya nanti ditelepon deh pikirku. Dan sesampainya di konsulat di Wilshire Blvd, ternyata banyak orang-orang yang sedang mencari tahu tentag jadwal Pemilihan Umum tanggal 7 Juni 1999 mendatang. Eh lagi celingukan tiba-tiba punggungku dicolek seseorang.
“Mas kalau mau daftar untuk ikut nusuk hari Senin nanti gimana caranya?”
“Eh emm maaf Mbak, saya juga lagi bingung nih”, kataku.
“Sorry deh kalau gitu”,
“Nggak apa-apa kok, saya juga lagi cari tahu gimana daftarnya. Yuk deh barengan saja kalau mau!” tawarku padanya.
“Kenalin dulu ya, saya Coki.”
“Oh iya sampai lupa, nama saya Widi”, katanya sambil tersenyum manis.
“Mas sekolah di LA ya?”, tanyanya lagi.
“Nggak saya sudah nggak sekolah lagi, saya hanya ada urusan saja di sini, dulu sih saya emang sekolah di sini. Kalau kamu sekolah disini ya?” tanyaku semangat.
“Nggak, saya juga nggak sekolah di LA. Saya kuliah di Malang, dan sekarang saya hanya nemenin nenek saya yang lagi berobat”
Pembicaraan kita pun menjadi panjang lebar dan mengasyikkan. Dan setelah kurayu-rayu akhirnya Widi baru mau kuajak naik mobilku. Tadinya dia bersikeras naik taksi saja, padahal kalau naik taksi di LA sih sama juga bohong, sebab kemana-mana jauhnya bukan main. Tapi kenapa harus kurayu-rayu, karena Widi ini benar-benar bisa bikin orang ngiler kalau melihatnya. Wajahnya ayu, matanya besar berkilau, bibirnya seksi, dan kulitnya kuning bersih. Badannya tidak terlalu tinggi, sekitar 165 cm. Tapi badannya sangat proporsional, kakinya indah berisi, perutnya datar, pantatnya terlihat menonjol, dan buah dadanya pas dipandang. Pendek kata pasti tidak ada orang yang tidak senang melihatnya.
Siang itu Widi kuajak makan di Kuisimbo, masakan fastfood ala Jepang dekat Konsulat Indonesia.
“Mas Coki sering makan di restoran ini ya, itu si kokinya sampai sudah kenal.”
“Iya, dulu sih sering banget karena harganya kan kamu lihat sendiri nggak mahal untuk ukuran LA, padahal masakannya nikmat banget.”
“Mas Coki di LA tinggal sama siapa dan di mana?”
“Saya tinggal sendiri saja, kan saya hanya ke LA kalau lagi ada urusan saja.”
“Wah nikmat dong kalau gitu, sebab Widi sekarang tinggal ber-3 di apartemen, sama saudara-saudara lainnya, tapi sayang jauh dari rumah sakit tempat nenek dirawat.”
Eits, apa maksudnya nih anak ngomong begitu, pikirku.
“Kamu mau tinggal di apartment saya, boleh saja kalau mau. Toh saya hari Selasa sudah mau pulang ke Jakarta naik Eva Air.”
“Lho kok bisa sama sih, Widi juga Selasa naik Eva Air.”
“Ah kalau gitu kita bisa bareng dong Wid, eh tapi saya masih dari Taiwan nyambung ke Bangkok dulu”, kataku teringat janji dengan Natasya.
“Yah kita hanya bisa bareng sampai Taiwan dong, tapi nggak apa-apa deh, nanti di Indonesia kita juga bisa ketemu lagi kan?”
Setelah makan, saya antarkan Widi pulang ke apartmentnya di daerah West Wood dekat UCLA Hospital tempat neneknya dirawat. Dan saya bikin janji hari Senin untuk bersama-sama ke konsulat untuk nyoblos Pemilu. Di jalan saya telepon apartment Natasya menggunakan handphone AMPS pinjaman dari kantor.
“Hallo, apa kabar?” sapaku.
“Baik, Kamu sendiri gimana?”, tanya Natasya.
“Saya dalam perjalanan pulang ke apartment, kok kamu nggak ke mana-mana?”
“Iya nih, saya belum bisa pergi-pergi. Sebab mobil saya belum selesai dari bengkel.”
“Wah kasihan banget kamu.”
“Benar nih kacau semuanya acara saya.”
“Emang kamu mau ke mana.”
“Tadinya saya mau fitness dan berenang di Holiday Spa, tapi sekarang ya batal.”
“Pergi lagi ke Holiday Spa sama saya mau nggak?” tanyaku.
“Boleh saja, tapi kamu ngapain di sana?”
“Saya kan juga punya member Bally Total Fitness induknya Holiday Spa, jadi kita bisa bareng. Ya sudah deh sekarang saja saya langsung ke apartment kamu.”
Di mobil memang selalu saya sediakan tas yang berisi pakaian ganti, pakaian olah raga, dan celana renang. Ini sudah menjadi kebiasaan saya karena di LA jaraknya jauh-jauh, dan kalau tiba-tiba mau ada acara tidak perlu pulang ke apartment dulu.
Sesampainya di apartment Natasya, ternyata dia sudah menunggu di pintu depan. Dia mengenakan jaket dan celana training serta baju fitnes di dalamnya. Wow, benar-benar terlihat keindahan tubuh Natasya, di balik baju fitness-nya tersembul buah dadanya yang membetuk belahan dada merangsang, rambutnya diikat ke belakang sehingga terlihat sangat segar dan menarik.
“Kamu sangat cantik hari ini Nat”, sapaku.
“Terima kasih, kamu kelihatannya kecapekan Coki.”
“Iya nih saya emang capek banget, mungkin perbedaan jam di Jakarta masih berpengaruh. Tapi mudah-mudahan dengan berenang badan saya akan lebih fit.”
Kita berdua pilih ke Holiday Spa yang di Montebello, memang jauh dari apartement Natasya. Tapi Holiday Spa di Montebello punya indoor heated pool, tempatnya besar, jogging tracknya juga indoor, dan biasanya siang begini nggak terlalu ramai. Perjalanan sekitar 40 menit ke Montebello dari West LA. Dan sesampainya di sana, Natasya mau jogging dulu, baru latihan beban. Saya sendiri memutuskan untuk berenang saja. Waktu ganti pakaian saya agak canggung juga, melihat cowok-cowok bule berkeliaran telanjang. Maklum sudah lama di Indonesia jarang ketemu yang begitu.
Setelah berenang mondar-mandir hampir 30 menit, saya akhirnya nyemplung di whirlpool air panas. Eh, lagi ngantuk-ngantuk tiba-tiba leher saya dicekik dari belakang, nggak tahunya Natasya sudah berpakaian renang. Sekali lagi saya melotot melihat lekuk indah serta tonjolan tubuh Natasya yang terlihat sangat terawat. Lekuk tubuhnya terlihat jelas karena pakai baju berenang hitam garis putih yang potongan pahanya tinggi, dan potongan punggungnya rendah sekali.
“Katanya mau berenang kok nikmat-enakkan ngantuk di whirlpool?”
“Tadi sudah berenang, tapi sekarang capek dan ngantuk. Apalagi semburan airnya keras pas kena di punggung saya, rasanya nikmat banget nih”, kataku seraya mengarahkan punggungku ke semburan air panas itu.
“Kamu tunggu dulu di sini ya, saya mau berenang dulu”, kata Natasya sambil berjalan meninggalkanku. Dan dari belakang semakin terlihat jelas pantatnya yang padat, bulat berisi, serta kakinya yang panjang. Setelah beberapa saat mengantuk di whirlpool, Natasya akhirnya kembali lagi ke tempatku.
“Saya sudah capek berenang, tapi sekarang kita ke sauna saja yuk!” ajaknya.
Kitapun berdua berjalan menuju ruang sauna, dan begitu pintu kubuka langsung terasa uap panas menerpa muka dan badanku. Seketika kantukku hilang digantikan rasa segar dan semangat.
“Hey sini dong kok jauh-jauhan gitu!” panggilku.
“Kenapa sih kok mau dekat-dekat saja?”
Sementara satu orang yang sedari tadi sudah di dalam ruang sauna pergi meninggalkan saya dan Natasya berdua saja.
“Nat, kamu dengan pakaian berenang dan peluh yang mengucur di tubuhmu terlihat sangat seksi dan merangsang deh”, kataku.
“Kamu ngerayu terus sih, saya kan nanti lama-lama nggak tahan lho.”
“Terus kalau nggak tahan memang bisa gimana?”
“Ya kamu tahu dong gimana kelanjutannya.”
“Hi.. hi.. hi.. hi, saya kan bilang seperti apa adanya. Kamu memang terlihat cantik dan pinter, tapi selain itu juga sangat seksi”, jawabku.
“Sini kamu di depan saya pijat pundakmu”, kata Natasya.
Wah nikmat juga punya teman kayak dia, sudah cantik, pinter, eh meladeni banget. Eh jangan-jangan dia cuma mau cari muka sama saya, mentang-mentang saya salah satu boss-nya.
Ternyata jari-jari lentik Natasya tidaklah seperti yang terlihat halus lembut gemulai. Karena begitu jari-jarinya memijat pundakku, terasa tangannya sangat kuat dan mahir memijat otot-ototku yang pegal dan kejang karena waktuku terlalu banyak di pesawat.
“Coki, otot-oto di pundakmu terlihat tegang sekali.”
“Ya, saya juga merasakannya”, jawabku pendek.
“Okay, tenang aja.., saya akan mencoba melemaskan otot-ototmu”, kata Natasya.
Pijatan Natsya baru berlangsung sekitar 5 menit, namun akibat rabaan jari jemarinya, rupanya naluri kelaki-lakianku mulai terangsang.
“Nat, seandainya saja kamu..”
“Kok kenapa kamu bilang ‘seandainya’, kenapa nggak bilang to the point saja?” jawab Natasya agak ketus.
“Maaf, saya hanya takut nanti kamu pikir saya sebagai atasan kamu memanfaatkan kedudukan saya. Tapi saya sangat mencintaimu, emphh.”
Belum sempat saya menyelesaikan kalimat, bibrku sudah disergap oleh Natasya dengan ganas.
Langsung kubalas ciuman Natasya yang sudah mulai membara, terdengar napasnya juga memburu. Diantara kepulan uap air yang menutupi ruang sauna, kita berdua asyik masyuk berciuman, saling peluk dan raba. Kucium leher Natasya yang basah oleh peluh bercampur uap air, terasa aneh dan mengasyikkan. Kuraba buah dadanya yang keras di balik baju renangnya yang masih basah, kuusap putingnya yang terlihat agak menonjol dari balik baju renangnya. Sehingga kurasakan putingnya semakin mengeras, dan kuremas buah dadanya yang terasa pas sebesar telapak tangan dan jari-jariku. Tali pengikat baju renangnya kuturunkan dari pundaknya, dan tersingkap buah dadanya yang sangat indah. Langsung kuciumi dan kujilati putingnya yang sudah mengeras, sambil terus kuraba dan kuremas di sekelilingnya.
“Coki, tunggu dulu, eh.. eh… sebentar aja!” pintanya sambil terengah-engah.
“Ada apa sayang?” tanyaku.
“Kita sebaiknya jangan melakukannya di sini.., di tempat lain aja.”
Ooops, saya juga baru tersadar bahwa kita melakukannya di ruang sauna di Holiday Spa.
Saya dan Natasya segera masuk ke ruang bilas masing-masing, dan segera mandi untuk berganti baju. Di mobil kita berdua tertawa riang seperti sepasang merpati yang dimabuk asmara atas pengalaman kita di ruang sauna itu. Lalu kita memutuskan untuk makan masakan chinese di daerah Monterey Park, karena ternyata kita berdua sudah cukup lapar.
Setelah makan kita menuju ke daerah Beverly Hills, karena kita putuskan untuk nonton film “Black Mask” bintangnya Jet Lee. Seperti biasa, saya senang nonton di Beverly Connection.
Setibanya di bioskop, ternyata filmnya baru saja mulai, lalu kita langsung berlarian supaya jangan terlambat. Ternyata filmnya seru banget, tentang Jet Lee yang membantu membongkar komplotan penjahat. Dan sepanjang film Natasya terus menyender di bahu saya sambil sesekali berciuman.
“Oke, lalu kita ntar mau ke manaw Nat?”
“Ntar malam, milik kita berdua”, kata Natasya manja sambil gelendotan di bahuku.
“Uh asyik dong”, kataku dalam hati.
“Biklah, kita belanja dulu.., setalah itu langsung aja ke tempatku?”
Ternyata di supermarket di Beverly Connection ketemu bekas bintang cilik yang sudah besar, yang sekarang main Melrose Place, Alyssa Milano.
“Hey, lihat itu!” kataku pada Natasya.
“Yeah, dia kelihatan jauh lebih cantik daripada di bioskop.”
“Tapi saya rasa dia tidak bisa dibandingkan kecantikannya dengan kamu”
“Wow Coki, kamu merayu saya terus sih!” jawab Natasya
Emang sih betul kok, overall Natasya lebih segala-galanya dari si Alyssa, cuma buah dada si Alyssa Milano ini terlihat sangat besar untuk ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar. Dan yang lebih pasti, saya nggak nolak kalau diberi.
Setibanya di apartmentku, Natasya terpesona melihat keindahan kota LA di malam hari melalu jendela apartmentku.
“Oh God, sungguh indah sekali pemandangan dari kamarmu, seluruh LA kelihatan indah dimalam hari.”
“Ya, saya sangat beruntung sekali dapat menempati kamar apartement ini.”
“Saya rasa kamu telah membawa banyak gadis ke tempat ini?”, godanya.
“mm… belum pernah kok.., baru kamu gadis yang saya bawa ke sini”
“Seandainya seringpun nggak apa-apa kok, saya akan tetap mencintaimu”, potong Natasya sambil terus memeluk dan menciumku.
Langsung kubimbing dia menuju tempat tidurku. Kurebahkan dia sambil terus kuciumi lehernya. Jantungku berdebar hebat menahan gelora nafsu birahiku yang tadi tertahan di ruang sauna. Kudengar juga desah nafas Natasya terdengar memburu.
Tanganku langsung kucengkeramkan melingkari buah dadanya yang indah, kuraba dan kuremas dengan menggebu. Satu persatu kancing baju Natasya kulepas hingga terlihat bra yang menutupi buah dadanya. Tanpa kulepas pengaitnya langsung kugeser turun, dan kujilat putingnya serta kuhisap. “Eghh… ohh…” erang Natasya.
Kurasakan tangan Natasya menggerayangi ikat pingganku utk melepaskannya. Dengan segera kubantu melepaskan celana jeansku. Kemudian kita masing-masing segera melepaskan baju dan pakaian dalam, sehingga kita berdua menjadi dua anak manusia yang mabuk birahi tanpa sehelai benang pun di badan.
Kulanjutkan jilatan dan hisapanku di buah dadanya, tanganku meraba dan meremas buah dada dan badannya. Lalu dengan perlahan kuarahkan kepalaku menuju perutnya, kucium daerah perut dan sekitar pusarnya, sehingga terlihat badan Natasya menggelinjang. Dengan lebih perlahan kuarahkan ciumanku semakin menurun mendekati bulu-bulu halus yang menutupi vaginanya.
“Oh.. ohh, terus sayang!”, erang Natasya.
Bau badan Natasya tercium sangat harum, bahkan mendekati kemaluannya bau harum semakin tercium. Dengan perlahan kusibakkan bulu-bulu halus itu, sehingga terlihat bibir clitorisnya yang indah. Dengan lidahku kujilat dan kusibakkan perlahan, terlihat tonjolan kecil di tengah clitorisnya. Kuarahkan ujung lidahku menyentuh tonjolan itu.
“Uuuhh… ooohh…” erang Natasya berkelanjutan.
Kuhentikan sesaat sentuhan lidahku di tonjolan itu, lalu terlihat pinggulnya bergerak maju untuk mengikuti ujung lidahku yang menjauh. Lalu kusentuh lagi tonjolan itu. Terdengar erangan Natasya semakin menjadi-jadi.Kutusukkan ujung lidahku memasuki lubang vaginanya, terasa pinggulnya bergerak mengikuti gerakan lidahku. Tiba-tiba kedua kaki Natasya menjepit kepalaku dan tangannya menekan kepalaku.
“Oh.. cepat dong.. yang keras!”, pekik Natasya.
Tapi kuhentikan kegiatanku di sekitar kemaluannya.
“Oh.. ayo.. terus!”, kata Natasya sambil menarik pinggulku dan mengarahkan batang kemaluanku yang sudah sangat tegang menuju kemaluannya.Dengan pasti kuarahkan ujung batangku memasuki vaginanya. “Bless”, kurasakan batangku memasuki lubang vaginanya yang sudah basah. Terasa lubangnya menjepit batangku dari ujung hingga pangkalnya.
Belum sempat aku menggerakkan pinggulku, badanku dibalikkan oleh Natasya sehingga sekarang aku telentang di tempat tidur dan dia berada di atasku.Lalu dengan ganasnya digoyangkan pinggulnya maju mundur dan digesekkan clitorisnya yang tertutup bulu kemaluannya ke daerah tulang kemaluanku. Kurasakan kenikmatan yang tiada taranya bersetubuh dengan Natasya. Kuraih badannya, dan kuciumi buah dadanya, kujilat dan kuhisap putingnya yang mengeras.
Setelah puas menciumi dan meremas buah dadanya, kubalikkan badan Natasya terlungkup di tempat tidur. Lalu dengan perlahan kuarahkan batangku memasuki vaginanya dari belakang. Kuayun maju mundur dengan perlahan, terlihat tonjolan pantatnya yang berisi. Kuremas pantatnya dan kugoyangkan pinggulku semakin cepat.
“Erghh… ehh… ehh… uuuhh”, erangan Natasya terdengar semakin gencar dan keras.
Kupeluk badannya dan kuraih buah dadanya dengan kedua tanganku, sambil terus kuayun batangku keluar masuk vaginanya.
“Ohh… ohh… ohh… nikmat sekali.. uuuhh”, teriak Natasya.
“Ahh… ohh…” erangku juga merasakan denyutan yang memuncak di ujung batangku.
Tepat pada saat aku hampir mencapai puncaknya, tiba-tiba Natasay menggeliat dan terlepaslah batangku dari lubang vaginanya. Dengan gesit ditelentangkannya badanku di tempat tidur, lalu dengan segera dinaikinya badanku dan dipegangnya batangku dan dimasukkan ke dalam lubang vaginanya.Lalu dengan gerakan yang membabi buta, dia menunggangiku dengan histeris.”Ah… auw… ohh… yeah… ohh..” teriaknya menikmati orgasme.
Akupun mengalami ejakulasi yang sangat hebat, “Uuhh… ohh… saya mau keluar.. aughh.”
“Yah, keluari aja di dalam.. uuuhh”, teriak Nat sambil terus menggeliat-geliat. Lemas rasanya badanku karena gerakan pinggul Natasya tidak berhenti setelah ejakulasiku, bahkan pinggulnya bergerak terus dan terus, sehingga terasa sangat ngilu di ujung batangku.
Akhirnya Natasya berhenti juga, dan jatuh terlungkup di atas badanku. Kucium bau harum badannya, dan kurasakan buah dadanya yang menonjol menempel di dadaku. Terasa batangku masih keras di dalam lubang vaginanya, dan terangsang oleh tonjolan buah dadanya, sebenarnya birahiku bangkit lagi. Namun badanku rupanya terasa terlalu lemas untuk mengikuti perasaanku yang masih membara.
Kutarik napas panjang dan kutahan sesaat, lalu kulepaskan semua oksigen dari dadaku secara perlahan. Perlahan-lahan ternyata aku mulai mengantuk dan akhirnya kita berdua tertidur pulas kecapaian.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT