Alexander Homoseksual Yang Agung II
Alexander Homoseksual Yang Agung II
CERITA SEX GAY,,,,,,,
Dari bagian 1
Sinar matahari sore membangunkan Hephaestion dari tidurnya. Pemuda itu bangun dan menemukan dirinya sedang berbaring di atas dada Alexander yang telanjang. Ditatapnya wajah kekasihnya itu. ‘Ah, Alexander, kau sangat tampan. Betapa aku sangat mencintai dirimu, wahai Alexander-ku. Aku ingin mencintaimu untuk selamanya. Semoga para dewa berkenan akan cinta kita dan membiarkan kita bersama sampai kita tua.’ Hephaestion bangun dan mencium bibir Alexander dengan mesra. Alexander hanya bergumam, masih tertidur. Hephaestion ingat bagaimana Alexander mencumbuinya untuk yang pertama kalinya seusai pelajaran homoseks dengan Aristoteles. Pemuda itu tersmeyum sendiri, membayangkan saat-saat indah itu. Dengan jarinya, Hephaestion menjelajahi tubuh Alexander yang indah itu. Jarinya membelai halus lembah yang memisahkan dada Alexander menjadi dua bagian yangs sama besar. Jari itu pun turun ke perut Alexander yang berkotak-kotak. Untuk sesaat, Hephaestion meremas-remas lembut perut Alexander itu. Berikutnya, dia menjelajah turun dan sampai pada kontol Alexander yang tertidur.
Kontol itu indah sekali. Hephaestion tak dapat menahan dirinya untuk tidak mencium kontol yang indah itu., Kulup masih menutupi kepala kontol Alexander. Hephaestion memegangi kontol itu dan menurunkan kulup itu dengan hati-hati, tak ingin membangunkan Alexander. Kepala kontol Alexander menampakkan dirinya. Nampak precum masih membasahi kepala kontol itu, membuatnya makin kemerahan dan berkilat-kilat. Pelan-pelan, Hephaestion mejulurkan lidahnya dan menyapukannya pada kepala kontol itu. Seperti orang yang sedang mengecat, Hephaestion menggerakkan lidahnya naik-turun, membasahai kepala kontol itu. Secara tidak sadar, kepala Alexander bergerak-gerak sambil menggumamkan sesuatu. Hephaestion tidak peduli dan terus saja menjilati kontol itu.
Bosan menjilat saja, Hephaestion pun membuka mulutnya lebar-lebar dan memasukkan kontol Alexander yang berdenyut-denyut ke dalamnya. Kontol itu pun masuk ke dalam rongga mulut Hephaestion yang hangat dan basah itu. Alexander hanya mengeluarkan erangan tertahan, masih tertidur. Berhati-hati, kekasih Alexander itu pun mulai menyepong kontol Alexander.
“Mmmpphh!! Mmmpph!! Mmm!! Mmpphh!!” begitu suara yang keluar dari mulut Hephaestion. Namun semakin lama dia menyedot kontol Alexander, semakin dia menjadi tak sabaran, Maka mulailah dia menyedot lebih keras. Slurp! Slurp! Slurp! Mmmpphh! Mmmpphh!!
Kontol Alexander semakin berdenyut-denyut, penuh dengan kegairahan. Namun Alexander sendiri masih tertidur. Saat itu, dia sedang bermimpi mengentotin pantat Hephaestion. Alexander memang sangat mencintai kekasihnya itu. Bahkan dalam mimpi, dia masih sempat ngentot dengannya.
“.. Aaahh.. Ooohh.. Aaahh..” erangnya tak karuan.
Tubuhnya mulai bercucuran keringat dan mulai menggeliat-geliat.
“.. Aaahh.. Aaahh..”
Pejuh mulai terpompa dari bola pelernya dan naik ke kontolnya, lalu tersemburlah semua. Cccroott!! Ccrroott!! Cccrroott!! Bergalon-galon liter pejuh masuk ke alam mulut Hephaestion yang lapar. Dengan erangan panjang Alexander terbangun dari tidurnya. Saat dia terbangun, tubuhnya didera oleh orgasme yang luar biasa. Alexander mengejang-ngejang dan terus berejakulasi.
Hephaestion dengan lahap menelan habis semua pejuh Alexander. Pejuh itu terasa sangat nikmat dan lezat. Hephaestion sangat bersyukur bahwa dia dapat menjadi kekasih Alexander, sang raja muda Makedonia yang ditakuti dunia. Kontol Alexander tetap berada di dalam mulut Hephaestion sampai kontol itu akhirnya berhenti ngecret sama sekali. Setelah yakin bahwa kepala kontol Alexander sudah bersih, Hephaestion melepaskannya.
“Salam bagimu, Yang Mulia,” sapanya menundukkan kepalanya.
Alexander tersenyum dan membelai-belai rambut Hephaestion.
“Terima kasih kamu telah membangunkanku. Kita memang harus segera bersiap-siap untuk jamuan makan nanti malam.”
Alexander membawa bibirnya mendekat pada bibir Hephaestion, lalu menciuminya dengan mesra.
“Tapi kamu harus melayaniku dulu,” tambahnya, kembali menciumi kekasihnya itu.
Hephaestion tunduk pada semua keinginan Alexander. Baginya Alexander merupakan raja dan juga kekasihnya, tak boleh dilawan. Lagipula, Hephastion pun masih ingin bersenang-senang dengan Alexander. Maka mereka berdua pun saling memeluk dan mengadu bibir mereka. Lidah-lidah mereka saling menjilat dan suara-suara ciuman membahana di kamar itu.
Saat nafsu birahi semakin menguasai mereka, Alexander meraba-raba tubuh Hephaestion dan merasakan otot-otot di tubuh kekasihnya itu. Sungguh terasa sangat maskulin dan jantan. Betapa dia sangat memuja Hephaestion-nya itu. Dada Hephaestion bergemuruh dengan perasaan tak menentu. Jantungnya berdegup kencang sekali, terangsang dengan setiap sentuhan Alexander. Dia hanya ingin bercumbu dengan Alexander dan menyerahkan dirinya seutuhnya kepadanya. Mereka duduk saling berhadapan, kontol mereka ngaceng dan saling beradu. Kontol Hephaestion mulai mengalirkan precum. Cairan bening itu mengalir turun batang kontolnya dan hilang di antara semak-semak bulu jembutnya.
“.. Aaahh.. Aku sangat mencintaimu, Hephaestion.. Aaahh.. Kau adalah matahariku. Aku memujamu.. Ooohh..”
Aleander berbisik di antara ciumannya. Beberapa menit telah berlalu dan bibir mereka masih saling beradu. Maisng-masing ingin emnunjukkan betapa besar cintanya. Sambil giat mencium, Alexander meraih dada Hephaestion yang kekar dan keras. Dada itu diremas-remasnya seperti meremas adonan kue. Hephaestion mengerang tertahan di sela-sela ciumannya. Alexander makin bergairah dan menjelajah turun ke kontol Hephaestion. Kontol itu langsung dikocok-kocoknya, membuat kekasihnya terengah-engah.
“Ooohh.. Alexander.. Enak banget.. Aaahh.. Ooohh..” Hephaestion menggeliat-geliat dan memajukan kontolnya agar Alexander bisa lebih mudah mengocoknya.
“.. Ooohh.. Aku cinta padamu.. Aaahh.. Alexander.. Ooohh.. Ooohh yyeaahh.. Kocok terus.. Aaahh..”
Melihat tingkah laku Hephaestion yang makin ‘menggila’, Alexander melepaskan kocokannya. Tentu saja Hephaestion terlihat kecewa, namun Alexander meraba-raba dada Hephaestion.
“.. Alexander, kocok lagi donk.. Ooohh..”
“Aku tak ingin kau ngecret dulu.. Aaahh.. Aku ingin menusukmu dengan kontolku dulu.. Aaahh.. Ooohh.. Kamu mau ‘kan?” Alexander bertanya seraya menjilat-jilat daun telinga Hephaestion.
“Ya.. Ooohh.. Aku mau.. Ooohh.. Tusuk aku dengan penismu.. Aaahh..”
Hephaestion meremas-remas rambut Alexander dan menciuminya. Sengaja, dia menggesek-gesekkan kontolnya pada kontol Alexander agar Alexander semakin terbakar gairah. Alexander rupanya terpancing.
Dengan napas memburu-buru, Alexander mencengkeram badan Hephaestion dan menidurkannya di atas ranjang. Bagaikan harimau yang sedang memangsa hewan buruannya, Alexander menggerayangi Hephaestion. Tak ada bagian tubuh Hephaestion yang lolos dari sentuhan tangan Alexander. Hephaestion hanya mampu mengerang-ngerang saat Alexander mulai mengangkat kedua kaki Hephaestion dan menyandarkannya ke punggung Alexander. Tanpa kata-kata, Alexander mulai mem-bor lubang pelepasan Hephaestion. Tanpa ampun, lubang itu dipaksa membuka agar kontol Alexander bis masuk ke dalam. Hephaestion sudah sering disodomi Alexander. Bukan masalah baginya untuk membuka lubang anusnya untuk kekasihnya itu. Namun rasa sakit masih tetap ada.
“Aarrgghh..!!” erang Hephaestion saat kontol Alexander sudah masuk seluruhnya.
“.. Ooohh.. Aaahh.. Ooohh..”
Selama beberapa saat, Hephaestion hanya terbaring di situ, menghela napas. Kontol Alexander terasa berdenyut-denyut dan memancarkan kehangatan. Hephaestion merasa aman dan nyaman dengan kontol Alexander berada di dalam tubuhnya. Kemudian, dia menjadi tak sabar dan ingin segera dingentotin oleh Alexander.
“.. Ooohh.. Alexander.. Cepatan.. Ngentotin pantatku.. Aaahh.. Ayo.. Ooohh..” Hephaestion menatap wajah Alexander dengan pandangan memohon.
Alexander tentu saja bersedia mengentotin Hephaestion. Tanpa perlu diminta dua kali, Alexander mulai menggenjot pantat Hephaestion. Begitu kontol itu mulai bergerak, Hephaestion langsung mengerang-ngerang keenakkan.
“.. Aaahh.. Ooohh.. Aaahh.. Yyyaa.. Ngentotin pantatku.. Aaahh.. Terus.. Ooohh.. Lagi.. Aaahh..”
Dada pemuda itu bergerak naik-turun, menghirup napas dalam-dalam. Lubang anus Hephaestion yang lentur membuka dengan mudahnya. Kontol Alexander masuk tanpa perlawanan yang berarti. Meskipun agak longgar, Alexander tetap menyukai lubang Hephaestion sebab lubang itu adalah lubang milik kekasihnya. Sambil mengentotin anus Hephaestion, Alexander menciuminya dengan penuh gairah.
“.. Ooohh.. Aaahh.. Ooohh..” erang Alexander, pinggulnya naik-turun.
Kontol Alexander menghujam anus Hephaestion keluar-masuk, tanpa ampun. Tubuh mereka berdua bergoyang-goyang sehingga ranjang mereka pun ikut bergoyang-goyang. Kedua pria itu begitu dikuasai nafsu, mereka hanya memikirkan ngentot saja. Bermenit-menit, Hephaestion dingentotin Alexander, anusnya dihajar habis-habisan. Dan tiba-tiba, Alexander mengerang panjang. Dia ngecret! Kemudian tumpahlah pejuhnya di dalam perut Hephaestion. Kontol Alexander berdenyut-denyut sambil memuntahkan pejuh.
Hephaestion mengerang saat pejuh Alexander yang hangat membanjiri tubuhnya. Tak tahan ingin menikmati orgasme juga, Hephaestion langsung menyambar kontolnya sendiri dan mulai mengocoknya.
“.. Ooohh.. Aaahh.. Ooohh.. Aaahh..!!”
Cccrroott!! Ccrroott!!
Pejuhnya tumpah ruah, membanjiri dada dan perutnya. Wajah Hephaestion meringis-ringis seperti orang yang sedang kesakitan. Alexander menciuminya sambil memelintir puting Hephaestion.
“Mmmpphh!! Mmpphh!!” erang Hephaestion, mencium balik.
Ketika pejuhnya telah berhenti, Hephaestion pun akhirnya dapat bernapas lega.
“.. Aaahh..”
Namun pengalaman ejakulasi tadi memang luar biasa dan dia sangat menikmatinya. Andai mereka saat itu tahu bahwa percintaan mereka tadi merupakan percintaan mereka yang terakhir kali, sebab Hephaestion takkan dapat melewati masa-masa indah berikutnya bersama Alexander.
Alexander menghadiri jamuan makan dengan ditemani Hephaestion. Semua pejabat tinggi menghadiri acara itu; benar-benar acara yang meriah sekali. Anggur pun dituang untuk kepuasan para tamu. Alexander dan Hephaestion meneguk anggur sebanyak-banyaknya, menikmati jamuan itu. Namun, tiba-tiba, Hephaestion jatuh tak sadarkan diri. Alexander dengan panik memerintahkan agar Hephaestion dirawat oleh tabib yang terbaik. Namun nyawanya tak tertolong lagi. Pada bulan Oktober 32 S.M, Hephaestion menghembuskan napasnya yang terakhir. Alexander sangat bersedih atas kematian kekasih homoseksualnya itu. Di depan makam Hephaestion dibangun sebuah patung singa batu untuk menjaga makamnya. Patung itu dikabarkan sama dengan patung singa rusak di Hamadan modern.
Sepeninggal Hephaestion, Alexander semakin terpuruk. Tingkah lakunya mulai menyebalkan semua pihak. Alexander gemar mabuk-mabukan dan selalu bertengkar dengan bawahannya. Tepat 8 bulan setelah kematian Hephaestion, seusai jamuan makan, Alexander jatuh sakit. Semua prajuritnya sangat bersedih hati melihat raja mereka sekarat. Selama beberapa hari, kesehatan Alexander makin menurun hingga dia lumpuh total. Dalam kelumpuhannya itu, Alexander menderita koma. Otaknya sudah mati, namun jantungnya masih berdenyut. Para pengawalnya menunggu sampai Alexander benar-benar meninggal, lalu mereka menguburkannya. Sampai saat ini, tak ada yang tahu di mana makam asli Alexander. Sedangkan tentang miseri kematian Hephaestion dan Alexander, para sejarahwan menduga bahwa mereka sengaja diracuni dengan kuman penyakit (kemungkinan tiphus). Hephaestion dibunuh lebih dulu sebab dia adalah kekasih homoseksual Alexander sekaligus sebagai penerusnya.
Kisah percintaan Alexander dan Hephaestion akan selalu dikenang oleh para pria homoseksual di dunia, sebagai salah satu cerita cinta homoseksual bersejarah yang indah antara dua lelaki yang saling mencintai. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
E N D