YANTO – SYAIFUL

YANTO – SYAIFUL

CERITA SEX GAY,,,,,
Tak terasa tiga bulan sudah saya bekerja kepada pak Awan, sudah 2 kali juga saya ditegur oleh pak Awan karena kesalahanku. Tapi saya bisa menerimanya – menerimanya karena terlanjur menyukainya atau apa, saya tidak tahu hahaha, lagipula teguran yang membangun dan bukan kemarahan yang besar. O ya kadang-kadang beliau suka menjewer saya kalau beliau merasa saya tidak nyambung jika saya membuat kesalahan sepele, manis kan? Saya sudah mulai mengenal pak Awan lebih dekat dan beliau juga mulai akrab denganku, begitupun dengan mbok Rini yang kadang-kadang ingin mengenalkan diriku dengan keponakannya yang lain hehehe. Belum tahu mbok Rini kalau Yanto ini tidaklah sesempurna seperti apa yang dipikirkannya. Kadang saya tidak enak ketika mereka menyayangi dan mengharapkan saya terlalu tinggi – karena saya tidaklah sempurna. Pak Awan selalu mengajariku bahkan tidak sungkan untuk makan semeja denganku atau berbagai piring makanan. Kadang kalau saking gemasnya, dia bisa mencubit pipiku – anehkan? Tapi mbok Rini juga suka mencubit pipiku, gemas katanya juga. Jadi saya tidak bisa berharap apakah beliau gay atau bukan, hanya dapat menduga-duga. Saya juga tidak merubah kebiasaanku bertelanjang dada di depannya saat mbok Rini tidak ada, berharap dia akan menerkamku segera hehehe. Saya semakin mengenal kebiasaannya, kebiasaannya yang berbeda dengan orang kaya umumnya. Sebaliknya beliau sangat ringan tangan dan tidak suka melihat orang yang kerja atau jalannya lamban. Beliau sangat cepat kalau berjalan, bahkan kadang kala saya tertinggal dibelakangnya.

Saat ini, pak Awan sedang berada di Singapore untuk menemui rekan kerjanya di sana, tinggal saya sendiri yang kadang kala berada di rumah atau di kantor untuk membantu karyawan kantor yang membutuhkan supir atau bantuan tenaga lainnya. Kalau sedang di rumah, saya menghabiskan waktuku dengan membersihkan rumah atau sekedar merapikan taman serta membantu mbok Rini belanja. Setelah itu saya habiskan waktu untuk berbincang-bincang dengan Syaiful, Tante Sonia dan Minah yang binal hahaha.
Syaiful biasanya meminta air minum untuk posnya melalui Minah, sejak adanya keberadaanku di komplek itu, syaiful lebih suka untuk meminta air minum kepadaku. Walau itu dilakukan tanpa sepengetahuan mbok Rini, karena mbok Rini tidak suka sikap Syaiful yang suka bercanda ria dengan Minah atau tante Sonia – soalnya Syaiful sudah menikah dengan anak satu hahaha. Menurut mbok Rini, Syaiful tidak bisa dipercaya karenanya, untung mbok Rini tidak pernah melihat saya bercanda atau bahkan menggoda tante Sonia maupun Minah. Saya berusaha agar para penghuni sekitar tidak pernah mengetahui kebejatan saya sehingga saya selalu bersikap seperti seorang pemuda baik-baik walau dibelakangnya saya hanyalah manusia yang penuh dengan pikiran jahat atau nafsu kotor yang meledak-ledak dan siap menerjang apapun yang ada didepan saya. Mbok Rini sendiri tidak menyukai tante Sonia maupun Minah yang sangat binal dan dia yakin bahwa mereka sudah dipakai oleh Syaiful, saya hanya bisa tertawa mendengar ocehannya sekaligus malu sendiri (? Ada deh… ) Syaiful sendiri bagi saya hanya sekedar kawan, saya tidak berharap atau memikirkan untuk mengentotinya walau bagi saya, Syaiful cukup tampan dan badannya cukup padat dimana pantatnya sangat membulat dengan press baju satpamnya yang ketat. Syaiful sendiri saya lihat sangat suka menggoda Minah maupun tante Sonia dengan hanya menggunakan baju kutang atau membiarkan dua kancing bajunya terbuka begitu saja sehingga memperlihatkan tangannya yang kekar bahkan dadanya. Beberapa kali Syaiful juga melakukan hal yang sama kepadaku sembari menggodaku dengan mencolekku yang kubalas dengan remasan spontan pada pantatnya.
Kulihat Syaiful sedang memandang kedatanganku dari pos, karena saya disuruh pak Awan untuk mengambil data-data dari kantor.
“To, kapan-kapan main ketempatku lah” Mintanya sambil membuka portal komplek ku
“Hm … ? Ajak aja Minah …” Jawabku sekenanya
“Dia mah ga usah diajak, datang sendiri hahaha”
“Hati-hati hamil ntar dia”
“Dia jadwal datangnya pas nga isi kok, jadi tenang aja deh … kamu cobain gih”
“Edan kau ya …. hahaha” Balas ku
“Serius gw … lumayan masih sempit tuh, lumayan buat gw yang jauh dari bini”
“Kena balasannya ntar kau, dientoti yang lain hahaha” Candaku membalas pembenaran dirinya
“Kalau ada yang berani yah silahkan … paling kaget liat kontolku, jadi minta dientot hahaha, kalau dia lebih gede, gw kasih deh silit gw dientoti dia”
Terdiam saya mendengarnya, nih anak kalu bercanda tidak berpikir akibatnya hahaha…
“Lu mang belum pernah ngentot yah To, kok nga berani gitu?”
“Mau tau aja de lu hahaha”
“Kecil ya To? Makanya ga berani ma Minah”
“Hahaha – sok tau aja kau ni, ga kalah ma punya lu lah”
“17 cm nih” Sahutnya sambil meremas dan mengarahkan selangkangannya kearahku
“Hahahaha – ntar ya saya entoti kau ya” Jawabku sambil menjalankan mobil meninggalkan pos nya
“Silahkannn …” Sahutnya samar terdengar oleh saya saat mobilku menjauh, mengira-ngira kemungkinan Syaiful juga sama seperti saya yang menyukai laki- laki. Saya tidak yakin jawaban ‘silahkan’nya untuk mempersilahkan saya lewat atau mempersilahkan saya mengentotinya.
Saya memilih untuk tidak memikirkannya daripada membebani pikiran saya, lebih baik saya memikirkan pak Awan, saat beliau tidak berada di rumah, saya dapat dengan mudahnya memasuki kamarnya dan melihat jenis celana dalam atau barang pribadinya. Saya bisa menciumi bau badannya yang tertinggal di baju yang dia gantung, jadi saya bisa mengocok diatas ranjangnya membayangkan bagaimana caranya untuk menciumi, mengentoti atau bahkan memperkosa aku sepuasnya. Kadang kala saat mbok Rini sudah pulang, saya tidur di kamar pak Awan hanya sekedar untuk melepaskan nafsu birahiku, tentunya dengan badan yang bersih dan membersihkan ceceran pejuhku agar tidak dicurigai pak Awan. Sebenarnya mengenai hubungan Syaiful dengan Minah sudah ku ketahui sejak bulan kedua saya berada disana. Karena saya pernah memergoki Syaiful sedang mengentoti Minah di taman belakang rumah tante Sonia dari atap rumah pak Awan saat saya sedang memperbaiki genteng. Saya sangat menikmati live show entotan mereka, sayang entotan itu berlangsung cepat karena Syaiful sedang kerja sehingga mereka bermain quickie. Untungnya mereka tidak melihat saya yang sangat menikmatinya hahaha.
“Masuk To” Saiful menerima kedatangan saya hanya dengan menggunakan sarung
“Sakit apa kau ‘Pul?”
“Panas dalamlah … Yang penting belum mati”
“Auww!” Teriaknya saat saya menjewer telinganya
“Gilak nih kamar panas benar ya?”
“Hehehe … Kipas anginnya rusak To”
“Nih buat lu” Sambil menyodorkan buah-buahan atau cemilan sehat untuknya
“Makasih sayang … Muachhh” Jawabnya cengegesan sambil memonyongkan mulutnya
“Hahaha” Ketawanya saat saya membalas ciumannya dengan meremas pantatnya, ternyata dia tidak memakai celana dalam. Pikiran kotor saya berontak sejenak untuk melepaskan diri, berharap-harap ada kejadian yang tidak terduga saat ini.
“Da ke dokter?”
“Udah, sudah baikkan lah, kok lu bisa tahu gw sedang sakit”
“Si Minah kasih tahu pas habis jenguk lu … Sakit-sakit begini sempat-sempatnya lu ngentoti dia” Kataku memancing obrolan sexku untuk membuatnya birahi
“Hehehe Tau aja lu …” Jawabnya sekenanya, tetapi saya melihat reaksi dari gundukan kontolnya yang membesar
“Nampaklah itu kalau dia abis dientoti lu!”
“Habis ga tahan dikelonin die, To tolong pijati saya yah, sakit semua badanku” Segera dia mengalihkan pembicaraannya dengan merebahkan dirinya
Saya melihat sekeliling kamarnya mencari lotion untuk memijatinya, kebetulan disisi ranjangnya ada body lotion vaseline. Segera ku sambar dan menduduki pantatnya, sebelum kuberi tepokan keras karena gemas melihat bongkahan pantatnya yang membulat.
“Duh tepos de pantat gw lu pukul gitu terus”
“Hahaha”
Saya mulai memijatinya perlahan, karena panasnya ruangan kontrakannya membuat bajuku basah dan keringatku menetes dari daguku.
“Panas ya To? Lepas aja bajunya …”
“Iya nih” Kataku sambil melepas bajuku dan melemparnya sekenanya
“Udah” Kataku sambil merebahkan diriku disampingnya saat selesai memijat bagian punggungnya
“Hah?! Masa pijatnya segitu aja?! Pantat ma kaki belum!” Katanya sambil menolehku yang cukup dekat, karena ranjangnya hanya untuk satu orang …
“Lu kira saya Minah? Abis mijati lu langsung lu entoti!” Jawabku langsung memukul pantatnya kembali.
“Wkwkwk … Ayolah” Rengeknya
“Malas ah, cape – lagian kalu di daerah pantat ntar kepleset jadi ngentoti kau lagi”
“Hah? Kok bisa?!”
“Kan kontol gw lebih besar dari kontol lu Hahaha” Jawabku
“Hayuk taruhan! Kalu punya gw lebih besar lu emut dan siap dientoti gw yah!” Tantangnya
“Hahaha, yakin kau?”
Syaiful membalikkan badannya dan membuka sarungnya, terlihatlah kontolnya yang sudah membesar dan keras dengan ukuran 17 cm dengan diameter 3 cm, sengaja saya memijatnya sedikit erotis pada bagian pinggangnya sehingga terasa hentakan dan gesekan yang membuat kontolnya teransang. Dia merasa bangga sekali dengan kontolnya, matanya berbinar-binar sombong memperlihatkan ketelanjangannya, badannya yang kekar dengan kontolnya yang mengacung, tidak heran jika Minah bersedia dientoti olehnya. Hanya saja Minah dan Syaiful belum menemukan kontol yang lebih besar, coba kalau Minah melihat kontol dan badan saya, pasti dia akan merengek minta dientoti kontolku. Saya pun bangkit dan berdiri di depannya dan membuka resleting celana ku …
“Wow … gede amat To … Glek”
“Emut nih kontol!”
Perlahan tapi ragu, Syaiful mulai maju dan memegang kontolku yang mengacung keras didepan mukanya dan dia mulai mengemut perlahan kontolku. Lainkali jangan sembarang mengucap janji atau tantangan yah …
“Ahhh…”
“Slurrppp … Hmmphhh … Huupppp” Terdengar desahan dan hisapan Syaiful yang kelabakan menghisap kontolku. Enak juga dihisap Syaiful … Saya mulai menjambak rambut Syaiful dan membuatnya menghisap sampai habis kontolku dalam mulutnya tanpa membuatnya terselak. Perlahan dia mulai mahir untuk menghisapi kontolku, nikmat sangat terasa diseluruh sendi tubuhku hingga lututku serasa mau lepas hingga saya menganti posisiku menjadi tidur sehingga saya bisa menikmati seluruh hisapannya.
Puas sudah dihisap olehnya, saya mendorong Syaiful hingga dia kini pasrah bersiap untuk dientoti, tak bersuara hanya diam tertutup matanya mendesah saat saya mengangkangkan kedua kakinya hingga kontolku menyentuh lubangnya. Saya tidak peduli apakah Syaiful sebelumnya sudah pernah ngentot dengan laki- laki atau belum, tapi sekarang dia sudah menyerahkan dirinya pasrah untuk dientoti oleh saya. Dan saya butuh pelampiasan untuk ‘adik’ saya.
“Hhhh…” Desahnya saat kuoleskan lotion yang terasa dingin dilubangnya, tak lupa ku oleskan lotion dikontolku dan kontolnya hingga mudah buatku untuk menggesek lubangnya. Perlahan kepala kontolku mulai menyentuh lubangnya dan menekan untuk memasuki liang yang penuh dengan kenikmatan itu.
“Tooo … pelan To”
“Hmmm …” Desahku merasakannya
“Hhhh H HHH”
“Udahhhh Pulll …. Masuk kepalanyyyaaa HHhhh” Masuk juga kepala kontolku, ku pandang wajahnya yang masih menahan rasa sakit dan nikmat. Saya ingin menciuminya, hanya saja saya bingung apakah dia menginginkannya atau tidak karena saya tidak ingin memulai sesuatu yang tidak disukai oleh orang lain. Sambil menahan kepala kontolku, saya mulai mengocok dan memelintir pentil dadanya yang bidang.
“Arghhh Tooo … Enakkkk”
Perlahan saya mulai memasukkan kontolku lagi dalam lubangnya dan mencicipi keseluruhan lubangnya hingga habis kontolku dimakannya. Dinding lubang Syaiful terasa basah menghangatkan, menekan dan memijat kontolku. Kaget atau keenakan dientoti habis oleh kontolku, Syaiful bangkit melenguh dipundakku tertahan oleh tekanan tanganku.
“Urghhhh”
Nikmat sangat terasa pas dengan tetesan keringat kami yang melumasi gesekan kami, saya mulai mengesek lubangnya dan mengenjotinya.
“Terusss Too entoti aku…”
“Enakkk Pull??.. HHmmm”
“Yaa aaa aahhh”
“Lebihhh enakakkk hhhh h … manaaaa maa ngentotiii Minahhhh … hahhhhh”
“Hhhhh …. hhhhhhh ahhhh enakkkk diiintotiiii kamu uu uuu …”
“Beennnn aaa … aaarrr hrghhh hahhhh …”
“Iyaaa … a aa aaaa terussss ahhh …”
“Hhhhh … hhh makannn niiihhhh koonnnntooolllllll hahhhh”
Terus ke genjoti lubang Syaiful sambil mengocok kontolnya, saya menarik Syaiful berdiri hingga kini posisinya menduduki kontol ku. Saya ingin melihat wajahnya yang merasakan kenikmatan kontolku dan merasakan enaknya diduduki lubangnya. Kucocokkan irama naik turun kontolnya dengan dorongan pantatku hingga terdengar suara hentakan antara pantatnya yang bulat dengan perut bawahku yang rata.
Berapa saat kemudian kurasakan cengkaraman lubangnya mulai mengetat pertanda dia sudah mau keluar, segera saya bangkit dan mencicipi pentil dadanya yang sudah mengeras sekali, kuhisap dan gigit kecil hingga dia semakin keenakan dan ..
“Urgghhhhh hhhh Toooo … Arghhhh!”
Muncrat sudah pejuh hangatnya membasahi dadaku dan perutku, cengkraman lubangnya pada kontolku pun semakin mengencang dan membuatku memuntahkan pejuhku dalam lubangnya juga.
“Hahhh h h hhh hhhhhh Hahhhhhh”
Penuh sudah lubangnya oleh lelehan pejuhku, terkulai lemas dia dalam pelukanku dan saya memeluknya erat hingga hanya terdengar nafas kami berdua yang saling menderu. Kontolku masih menancap dalam lubangnya, sesekali saya bisa merasakan kedutan dan cengkraman dari lubangnya. Walau tidak senikmat mengentoti mas Arif, cukuplah untuk mengisi kekosongan nafsu ku. Kami sama- sama menyukai dan menikmatinya bukan?
“Ploppp …” Lepas sudah kontolku dari lubangnya, walau Syaiful masih dalam terkulai dalam pangkuanku
“Makasih yah Pul”
“Makasih juga, enak sekali … Ga sia-sia dientot lu”
“Hahaha … Masa sih?”
“Dari pertama kali gw da penasaran ma kontol lu, gw memang bisek, suka ngentot dan dientoti”
“Pantesan kau suka sekali menggoda saya”
“Hahaha habis cakep sih lu … Boleh nih kapan-kapan dientoti lu lagi, pas banget ma lubang gw”
“Jangan ah, ntar jatah Minah habis, ntar dia cemburu ma saya lagi”
“Kagak … Malah penasaran die ma kontol lu, pengen juga katanya hahaha, kasih aja dia”
“Dijamin nagih ntar dia kayak lu nagih sekarang”
“Ga pa pa, asal bagian gw tetap lu isi hahaha”
Dapat lagi satu buat pengisi hari kosongku, tapi kami sudah berjanji satu sama lain untuk saling menjaga sikap agar tidak ketahuan oleh penghuni komplek rumah sekitar. Kami juga membuat rencana seandainya kami menggilir Minah atau tante Sonia berdua dengan 2 kontol 1 lubang memek, kira-kira sensasinya bagaimana yah? Hahaha …
“ … “
“Pak …”
“ … “
“ … Jangan marah lagi yah pak … Saya tahu saya salah” Rengekku pada pak Awan yang sedang membaca koran
“ … Sudah, tak ‘pa lah”
“ … Pasti masih marah yah pak …”
“ …”
Perlahan saya mendekat dan kemudian duduk dekat kaki pak Awan, berharap beliau menghentikan kegiatannya membaca koran dan berpaling kepadaku. Tetapi beliau bergeming tetap melanjutkannya. Rasanya serba salah dan sungguh tak enak berada di posisi ini …
“ … Pakkk …”
“ …”
“ … P a…” Suara saya mulai serak dan kemudian air mataku jatuh bergulir begitu saja, kaget dan malu sekaligus sedih bercampur jadi satu. Tak pernah saya meneteskan air mata semudah ini di depan orang lain, apalagi atasan saya yang harus saya hormati, tolol.
“ … Hah! Loh! Loh!” Bingung dan kaget pak Awan melihat saya yang tiba-tiba mewek begitu saja.
“Haduuuhhhh kok nangis??? Cowo nga boleh nangis!” Bingung bagaimana caranya untuk menenangkan diriku
“ … Hhh … H” Tetapi air mata ini malah seperti banjir bandang yang melanda
“Udah … Jangan menangis, bapak sudah tidak marah kok … Bapak maafkan sudah” Makin kelabakan beliau menghadapi cowo jantan berbadan atletis ini tiba- tiba menangis sesunggukan begitu saja.
“ …” Saya masih belum bisa mengontrol diriku disela-sela penghiburan dirinya
“Aduh … Sudah Sudah … Jangan menangis lagi…” Hiburnya yang kini sudah berjongkok di depanku dan mengelus-ngelus punggungku.
Kabur oleh genangan air di kelopak mataku, saya tetap bisa melihat rasa khawatir dan bersalahnya yang tersirat di matanya. Sedih tapi juga senang saat melihatnya yang begitu kelabakan dan khawatir terhadap sikap spontanku ini. Jujur saya juga tidak mengerti kenapa saya tiba-tiba menangis begitu saja. Malu sekali rasanya … Belum selesai rasa itu, tiba-tiba beliau memelukku dan ‘mengizinkan’ diriku untuk menangis dalam pelukannya. Kini saya seakan mendapat durian jatuh karena saya dapat memeluknya bahkan menangis di pundaknya yang kekar dan merasakan kehangatan kulitnya. Malu dan senang, airmataku membasahi bajunya …
“Sudah… Sudah… Bapak nga marah kok…” Hiburnya kembali sembari memeluk diriku erat diiringi elusan lembutnya
“Iya pakk k … Maafin saya yah pak”
“Iya … Lain kali ga boleh begitu lagi yah”
“Ya pa …”
“Sana cuci muka, cowo kok nangisnya begitu …”
“Habisss …”
“… Hehehe…”
“Yaaaa … Jangan diketawain lah …”
“ … Hmmph … Hihi”
“Arghhh diketawain lagiiiii”
“HAHAHA …”
“Paakkkkkk!” Kabur juga saya ke belakang menyembunyikan rasa malu saya. Samar-samar masih dapat ku dengar tawanya yang renyah, sungguh membuatku malu! Kenapa saya bisa tiba-tiba menangis begitu saja, tak pernah sekalipun saya menangis seperti ini! Seingat saya.
Kenapa saya dimarahi? Iya, gara-gara sop kambing dan keenakan mengentoti Syaiful – 2 ronde – saya ketiduran dan baru balik jam 2 subuh tanpa pemberitahuan dengan pak Awan. Terang saja, pak Awan marah dan tidak mau menegur saya selama beberapa hari. Beliau berbicara hanya pada saat membutuhkan saya, beda sekali disaat beliau tidak marah, makan siang bersama, canda tawa bersama sungguh membuat saya serba salah dan tersiksa karena tidak tahu harus berbuat apa. Untung mbok Rini tidak mengetahui bahwa saya pulang larut malam karena pak Awan tidak memberitahukannya, jika beliau mengetahuinya, pasti saya akan dimarahi dan dipulangkan. Saat saya pulang, ternyata pak Awan sudah tertidur di kursi ruang keluarga karena menungguku. Ketika beliau menyadari bahwa saya sudah pulang, beliau langsung meninggalkan saya menuju kamarnya tanpa menanyakan sebab saya pulang larut malam. Saya takut sekali dan khawatir beliau akan marah besar karena tindakan saya ini. Saya tidak bisa menyalahkan Syaiful juga sih, karena saya saat itu benar-benar birahi sekali.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan ku, saya pamit kepada pak Awan untuk ke super market memenuhi kebutuhan sehari-hariku. Rasa lapar dan ingin mencicipi sop kambing membuatku melahap semangkuk penuh sup itu yang mengakibatkan saya birahi dan konak seketika. Sampai saya merasa perlu menenangkan diriku sebentar di warung itu untuk menidurkan ‘adik’ku, karena celana jeans saya terasa ketat sekali.
“Titt titt titt …” Handphone ku berbunyi
‘To, mampir tempat saya yah … pengirim Syaiful’
Hmm … Kebetulan sekali? Disaat seperti selalu saja ada rencana iblis untuk menjerumuskan ciptaan-Nya. Menyalahkan iblis? Salah besar – itu hanya akal- akalan saya untuk mengurangi kadar dosaku, jelas adalah pilihan bagi saya untuk memilih melayani nafsu setanku atau ajakan Syaiful, bukan? Dan adalah pilihanku apakah saya akan melangkah menuju kontrakan Syaiful atau sebaliknya pulang ke rumah? Akhirnya saya menuruti nafsuku dan melangkahkan kakiku menuju kontrakannya – untuk memuaskan nafsuku sejenak. Nafsu yang sudah tak tertahankan dan siap meledak setiap saat.
Tak tahu karena nafsu ku yang sudah mengebu-gebu atau sudah biasa berkunjung atau kebetulan tidak ada orang disekitar kontrakan Syaiful, saya langsung membuka (paksa?) pintu kamar kontrakannya tanpa mengucapkan patah kata permisi atau assamualaikum sebelumnya.
“’Pul?”
“Ya To, masuk saja – saya sedang mandi!” Teriak Syaiful merespon panggilan saya dari kamar mandi, ternyata dia sedang mandi. Edan juga Syaiful ini, mandi tanpa mengunci pintu, apa dia tidak takut kalau-kalau ada maling yang masuk dan mencuri semua barangnya?! Saat ini tidak ada seorangpun yang bisa kita percayai sepenuhnya. Berdirilah dengan kakimu sendiri – itulah yang selalu saya tanamkan dalam hatiku, jangan berharap dari orang lain. Bahkan kawan sendiri pun tidak!
Klek – Pintu sudah terkunci
Mengapa saya tidak langsung menuju kamar mandi dan mengentotinya di kamar mandi?
Otak kotorku langsung bergerak memerintahkan tangan-tanganku untuk melepaskan semua pakaianku dalam sekian detik hingga bugil dengan kontolku yang mengacung tinggi. Kontol kebanggaan ku yang siap mengentoti Syaiful hingga dia terengah-engah keenakan.
Perlahan ku buka pintu kamar mandi … Terlihat punggung kekar Syaiful yang kecoklatan dengan kedua bongkahan pantatnya yang montok, sangat menarik hati dan tentu saja kontol liar ini. Langsung ku peluk Syaiful dan memasukkan kontolku diantara pahanya …
“’Pulll … Hmmm” Syaiful ku peluk erat dan ku raba dada hingga perutnya
“Eh … To?!” Kagetnya sampai guyuran airnya tak terkendali turut membasahi badanku
“Hhhh … Too o o” Desahnya saat kudaratkan kecupan di leher dan telinganya, tak lupa kedua kakinya mulai menjepit kontolku hingga saya dapat merasakan sensasi nikmat menghujamkan kontolku.
“’Too … Kontolmu keras banget hari ini iii hahh…”
“Baguusss dunkk k hhhh h”
“ … Kerassss s Too o Ahhh”
Sambil tetap menciumi tengkuknya, ku dorong Syaiful hingga dia setengah menungging dan berpegangan pada bibir bak mandi hingga memudahkan saya untuk mengarahkan rudalku yang sudah siap untuk menembak. Seperti tahu apa yang ku inginkan, Syaiful pun menunggingkan pantatnya dan membuka kedua kakinya agar otot-otot lubangnya tidak begitu ketat. Basah oleh guyuran air, saya mulai penetrasi mendorong masuk kepala kontolku dalam lubangnya yang sudah tidak sabar untuk saya masuki.
“Aehhh h h hhh …” Desahnya saat kepala kontolku menyentuh lubangnya
“Hmmm m …” Dengusku mulai mendorong perlahan
“Hahhh ‘To …”
“Shhhh hh h …”
Blesss s s s … Kepala kontolku yang sedang keras-sekerasnya mulai masuk kedalam lubangnya yang nikmat dan sempit.
“Hahhhhhh h h ‘To … E e ennnakk …”
“Hmm m mm ya ‘Pul … Dalamin yaa a a …”
“I i iyaa a aaaa terussss s s gede ‘To … ena …”
Blessss s s s … Semakin dalam ku dorong kontolku perlahan memecah ‘perawan’ Syaiful kembali hingga ambles semua kontolku dijepit oleh lubangnya yang sempit dan hangat …
“Hhhhhh ahhh … Sempitttt t”
“Gee de punyaaa muu ‘To o … Entotiiii akkku u hh”
Kini mulai ku bor lubang Syaiful dengan penuh semangat, sungguh sop kambing itu sangat mujarab – tenaga ku seperti bertambah dan semakin kuat untuk mengentoti Syaiful. Kontolku terasa lebih keras dan tegang! Kontolku kini semakin ganas menghujam lubangnya yang menyebabkan Syaiful seperti cacing kepanasan dan keenakan menikmatinya. Beberapa kali kakinya terasa lemas hingga perlu saya topang agar hujaman kontolku tetap pada posisinya. Sambil ku peluk dan ku ciumi leher dan telinganya, tak henti-hentinya saya menarik dan memasukkan kontolku. Saya tahu Syaiful membutuhkan kontolku, begitupun saya membutuhkan lubangnya, maka dari itu saya perlu membantunya untuk mengeluarkan pejuhnya juga. Perlahan saya mengelus kontolnya gaceng keras dan telah basah oleh air maninya yang tak henti-hentinya keluar.
“Harghh h hhh … Jangannnn ‘To” Syaiful berusaha menghalau tanganku yang telah mengenggam kontolnya karena khawatir akan membuatnya semakin cepat keluar.
“Hhh h hh hhh entoti i aku u aj haa …”
Melihatnya yang begitu keenakan menikmati hujaman kontolku membuatku semakin bangga dan yakin harus mengentotinya hingga dia muncrat sendiri. Rojokkan kontolku ku buat berirama antara cepat dan lambat bahkan keras untuk membuatnya merasakan sensasi yang berbeda.
“Hhh h h h ‘Too o o …” Racaunya menahan kenikmatan yang tak hentinya terasa di lubangnya
“Enaa aaa akk ‘Pul l lll lubaanggmuuu hhaaahhhhhh”
“Seemmmpiitttt …”
“Makkaannn n n nih hh hihh kontoolllll l mmmm m”
“Tr u uu uuu ssss ‘To o …”
“Hahhh h hh … Aku mau u u keluaaa ar rr o ooo oooo …”
“Hah Hah Hahhhhhh”
Plok Plak Plok Plak – suara hantaman perut bawahku dengan pantat Syaiful yang montok, pernah kan melihat kumpulan pria-pria yang memakai seragam atau polisi dan sejenisnya? Pakaian mereka yang selalu ngepas dengan bentuk badan mereka dan mempertegas bentuk pantat ataupun badan mereka, seksi bukan? Nah, pantat Syaiful mirip-mirip dengan bongkahan pantat mereka yang montoklah.
“Saaaabbba rr rrr ‘Pulll … Hah hah … hahhh … Gw masihhhh belumnmn mau u u keluaaaarrr”
“Hah hahhh hhh e enaa akk k ahhahhhh ‘To ooo”
Tak terasa dinding lobangnya yang hangat dan basah makin menjepit kontolku membuatku semakin keenakan. Tapi terasa sekali saya belum mau keluar – saya tetap bisa menikmati gesekan kontolku, hari ini rasanya stamina saya sangat berlebihan, lebih powerfull. Setiap hujaman kontolku tidak membuatku semakin lama semakin cape dan menurun, sebaliknya semakin bertenaga dan mantap!
“Aarrrfgghhhhhh hh h … ‘TOOoooo ooo” Teriak Syaiful tertahan khawatir tetangga kontrakan sebelah mendengarnya. Langsung juga cincin lubangnya yang ketat makin kencang menjepit kontolku hingga terasa sangat kuat, walau begitu saya tidak ingin memberi kesempatan kepada Syaiful dengan tetap menghajar lubangnya sehingga kenikmatan yang dia rasakan menjadi dua kali. Kontol Syaiful tak henti-hentinya menembakkan pejuhnya berkali-kali walau tidak kami sentuh. Sepertinya Syaiful bukan hanya menikmatinya, tetapi sangat menyukai kenyataan bahwa dia suka dientoti juga seperti Minah. Tak kuat menahan nikmatnya, Syaiful terjatuh lemas bertahan dibibir bak mandi. Kasihan juga melihatnya meracau keenakan dan kelemasan.
“Hahhhhhh … Hahhhhh … O o oo”
“Hahhhh … Hahhh … Arghh”
“Hahh … Hahh … Hahh”
Nafasnya mengebu-ngebu tak teratur, terlihat punggungnya yang kekar kembang-kempis disela-sela desahan nafasnya. Punggungnya terlihat seksi dengan bulir-bulir keringatnya yang berjatuhan, membuatku bernafsu ingin mengentotinya lagi, kasihan melihatnya kecapaian dientotiku, senang membuatnya terpuaskan, suka karena ada seseorang yang bisa kuentoti … “Srut” Ku keluarkan kontol perkasaku dari lubangnya yang hangat dan kencang, mencium pipi Syaiful dan mulai membersihkan diriku …

Huff – Cape juga, sejenak setelah mengeringkan badanku, saya mengistirahatkan diri saya sebentar sebelum kembali ke rumah.
“Hari ini mantap sekali eweannya? hehehe” Tanya Syaiful yang sedang mengeringkan badannya sambil berjalan ke arahku. Wajahnya menunjukkan rasa puas dengan senyuman khasnya, wajahnya tampan, tampan bukan seperti bintang film di layar TV itu. Badannya kekar atletis dengan kulitnya yang agak coklat kehitaman membuatnya semakin tampan.Tampak kontolnya yang sudah tertidur keenakan habis mengeluarkan tembakkan pejuh hangatnya. Perlahan dia berjalan menujuku dan merebahkan dirinya disebelahku serta merta mengecup pipi dan memelukku.
“Makasih yah ‘To” Ucapnya memandangku sambil memainkan jari-jarinya dipentil dadaku, membuatku terbakar kembali birahiku
“Hehehe” Ku tarik tangannya dan mengarahkannya menuju kontol ngacengku
“Kok masih ngaceng aja sih kontolnya, beda banget?” Tanyanya mesum – nakal – genit
“Tadi makan sop kambing di dekat indomaret” Menuntun tangannya mengocok kontolku hingga gelora nafsuku yang naik ke puncaknya segera
“Pantesannnnn! Sampai belum muncrat pejuhnya!” Ujarnya takjub melihat kontolku yang masih ngaceng keras dan tak ada tanda-tanda mau ‘tidur’. Gengamannya terasa pas sekali dengan kontolku.
“Hahaha”
Tak tahan oleh kocokannya, saya bangkit dan menindihnya. Memandangnya. Menekan kedua tangannya diatas kepalanya. Menggangkangkan kakinya dengan kedua kakiku. Mengarahkan kontol perkasaku yang siap meluncur ke arah lobangnya. Pandangannya pasrah terdiam saat kepala kontolku menempel di’pintu’ kenikmatan dan dosa itu. Tak ingin terbawa perasaan, ku alihkan pandanganku menuju badannya, dadanya, perut sixpack dan kontolnya …
Pluppp …
“Arghhhh ‘To o ooo” Sekali lagi kontolku menembus lubangnya
“Haaargghhhhh … Enak ‘Pul HHhh?”
“Mmmphhh … Eennak kk kkk ‘To … hh”
“Hhhhh … Ga bosaaannn de entotiiii kamuuu ‘Pul ll Arghhhhh … Jepit banggettttt”
“Mmppphhhh hhhshsssssss …”
“Hhhhhhhhssss … Enakkannn dientotttt gww ‘Pul??!!”
“Ee e n ennakkkkkk hhhhhhh l a g iiii iii ….”
Sekali lagi ku genjoti lubangnya, sekali lagi keringat kami menjadi satu, menetes dari daguku, dadaku hingga kontolku dan membasahi lubang senggama kesukaanku itu. Ku tahan kedua kakinya dengan tanganku sehingga gerakan entotanku dapat terkontrol dengan baik, sekali-kali ku pandang dada kekarnya yang kembang kempis menahan nikmat, kontolnya yang mulai mengacung terbawa oleh nikmatnya entotanku, keringatnya yang mengalir dan terkumpul diantara lekukan tubuh kekarnya, wajahnya yang tampan dengan matanya yang merem malu karena lelaki perkasa sepertinya yang jatuh dalam kenikmatan entotanku.
Puas melihat semuanya, tak mau berlama-lama (ingat lubang pria tidak sama dengan memek wanita yang semakin lama engkau entoti, semakin banjir juga oleh pelumas alami dari dinding memek wanita. Semakin lama engkau entoti akan terasa panas dan perih, jadi biasakan untuk beristirahat sejenak dan menambahkan pelumas), ingin segera melepaskan nafsu yang tertahan di kamar mandi, saya menarik Syaiful dalam pangkuanku dan mengarahkan kepalanya untuk menyedot pentil dadaku. Syaiful pun tanggap dan segera menyedot bahkan mengigit kecil pentil dadaku serta melaksanakan tugasnya mengenjoti kontolku.
“Harggghhhhh!!! ‘Pullllllll”
“Mmmmpppphhhhhh hahhhhhh”
“Sedot terusss ‘Pullll enakkkk HHHHH”
“Hrrgggghhhhhhhh Arghhh!”
“Hhmmmmphh CUP!” Syaiful melepaskan sedotannya hingga terdengar cipokan yang cukup keras
“Hhhhhh terusssss …”
“Lagiii masss??? Hahhh??” Tanya Syaiful yang mulai mengendalikan permainan, tak dapat lagi kuhitung berapa kali Syaiful mengenjoti kontolku
“Hahhhhh laggiiiiii ‘Pulll hhhhahhhh”
“MMpphhhhsssss … Massssss ‘Toooo”
“Hrgggghhhh h saya mau keluarrrr ‘Pullll”
“Didalam mas… keluarin dalam lubangku mass!”
“Arghhh ARGHHHHHH HHHRGGGGGGG!!!” Teriakku saat muncratan pejuh pertamaku keluar
“HHhhhhhhhhhh!” Pekik Syaiful tertahan bersamaan dengan pejuhnya yang keluar
“Hoshhh Hosshhhh” Pelukku erat Syaiful menahan goncangan kenikmatan yang tak tertahankan
“Hahhhh”
Syaiful pun terduduk lemas dalam pelukanku merasakan muncratan pejuhku yang masih menembak tak henti-hentinya dalam lobangnya. Begitupun pejuhnya yang muncrat habis diantara jepitan badan kami. Lengket sudah badan kami oleh pejuhnya. Lemas, Syaiful masih terkulai lemas diatas dadaku saat saya terjatuh dalam kasurnya. Nafas kami saling berlomba-lomba menderu dalam kamar yang pengap, panas dan sepi itu. Melihatnya yang terkulai lemas, saya pun memeluknya erat dan mengucapkan terima kasih atas ‘service’nya yang mantap. Kontolku masih tertanam kencang dalam lubangnya yang tetap menjepit, argghhhh sungguh nikmat sekali. Lama akhirnya saya tertidur dan baru bangun ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tanpa membersihkan diriku – segera saya kabur kembali ke rumah berharap pak Awan tidak akan marah karena kelakuan saya ini.
Tidak tahu karena kecapaian mengentoti Syaiful atau malu karena menangis di depan pak Awan, akhirnya keesokan harinya saya sakit.
“Hehehe … Sakittt yaaaa” Beliau datang ke kamar melihatku
“…” Senyumku tanpa menjawabnya
“Bandel sih, pulang larut malam! Rasain! Masih panas …” Lanjutnya saat merasakan keningku
“Dingin?”
“Nga paa …”
“Ya sudah … Istirahat yah” Katanya sembari membenarkan posisi selimutku sebelum meninggalkanku
Hahhhh – sudah buat salah, masih pakai acara sakit dan menyusahkan beliau. Harus mengeluarkan biaya berobat dan menyetir sendiri … Sungguh saya semakin menggagumi beliau yang begitu sabar padaku. Malam itu saya masih ingat, saat pak Awan datang ke kamar saya jam 2 subuh hanya sekedar mengecek suhu badanku. Beliau mengira saya sedang tidur, padahal saya hanya pura-pura. Hati saya berdebar-debar berharap beliau akan menerkamku segera – memperkosa ku segera hingga saya coba pura-pura untuk tidur. Tetapi beliau hanya merasakan suhu keningku, membenarkan selimutku dan mengelus kepalaku (?),,,,,,,,,,,,,,,,,,
Hehehe

Related posts