Malam itu aku sendirian di rumah,
Malam itu aku sendirian di rumah,
ayahku sedang di kantor sedangkan
ibuku sedang ikut seminar yang ada
hanya aku dan sopirku yang
sekaligus sebagai pembantu di
rumahku. Nama sopirku Toni, usianya
35 tahun dan ia sudah menikah
tetapi istrinya tinggal di kota lain.
Aku merasakan kecapekan setelah
seharian aku jalan-jalan dan aku
ingin sekali tidur tetapi entah
mengapa aku tidak bisa
memejamkan mataku ini lalu aku
mempunyai ide untuk menelepon
temanku Dita untuk aku ajak ngobrol
melalui telepon. Telepon Dita angkat
awalnya kami ngobrol biasa saja
tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba
Dita nafasnya memburu dan
terdengar teriakan-teriakan juga
suara seorang cowok yang seperti
suara pacar Dita. Aku hanya
memdengar suara-suara teriakan
kesakitan tetapi juga seperti
merasakan sesuatu kenikmatan dan
teleponpun terputus dengan
sendirinya.
Pikiranku melayang kemana-mana
dan aku mulai memikirkan tentang
seseorang yang sedang berhubungan
badan. Aku semakin terangasang
setelah mendengar suara Dita juga
khayalanku sendiri dan akupun
membuka kaos ketatku, bra, serta
celana dalam aku meremas
payudaraku dan memasukkan jariku
ke vaginaku. Aku kocok vaginaku
hingga aku pun menyapai orgasme
ditempat tidur, aku merasa puas dan
akupun memakai bajuku lalu
merencanakan untuk pergi makan.
Aku cari sopirku kemana-mana tetapi
tidak ada hingga aku temukan dia
dikamar tidurnya, dia tertidur pulas
dengan hanya mengunakan kaos
tanpa lengan dan sarung. Aku mau
membangunkan dia tetapi melihat
dia tertidur pulas akupun
mengurungkan niatku untuk
membangunkan dia, kasihan dia
kecapekan setelah mengantar aku
seharian jalan-jalan pikirku.
Sebelum aku meninggalkan
kamarnya mataku tiba-tiba tertuju
pada tonjolan yang ada dibalik
sarungnya sehingga membuat aku
ingin mengetahui bagaimana wujud
tonjolan itu. Aku beranikan diri untuk
melihat tonjolan itu dari bawah lalu
aku singkapkan sarungnya secara
perlahan, aku terkejut melihatnya
karena dia tidak memakai celana
dalam sehinnga aku bisa melihat
dengan leluasa penis yang agak
berdiri dan membuat aku ingin
memegang, mengelus, dan
mengulumnya.
Aku ingin sekali memegangnya tetapi
aku takut sopirku nanti terbangun
dan dia akan marah terhadapku,
dengan tangan yang gemetaran juga
dingin dan jantung yang berdetak
kencang aku beranikan diri untuk
memegangnya. Aku singkapkan
sarungnya lebih keatas dan akupun
mulai memegangnya, terasa hangat
dan membuat tanganku yang tadinya
dingin menjadi hangat.
Aku semakin tertarik untuk
menikmatinya lagi, aku elus berkali-
kali penisnya hingga berdiri dan
semakin panjang penis itu. Jantungku
semakin berdetak kencang tetapi
keinginanku untuk melakukan yang
lebih lagi juga semakin besar maka
ku putuskan untuk mencoba
mengulumnya. Ku jilati serta
memberikan gigitan kecil pada buah
pelirnya yang berwarna kecoklatan
hingga membuat aku makin bernafsu
dan sedikit demi sedikit aku mulai
menuju penis yang telah berdiri.
Aku masukkan secara perlahan
terasa hangat yang disertai rasa asin
dan masuklah penis itu sampai pada
ujung tenggorokanku, aku coba
masuk dan keluarkan sehingga
membuat tubuhku mengeluarkan
keringat yang di ikuti rasa
gemetaran. Payudaraku terasa
semakin membesar dan mengeras
sehingga membuat braku terasa
sesak juga vaginaku yang terasa
mengeluarkan cairan. Akupun
semakin tidak bisa menahan nafsuku
yang sudah memuncak lalu aku
semakin mempercepat kulumanku
sehingga membuat penis sopirku licin
karena liurku.
Di saat aku sedang keenakkan
melakukan kuluman di penis sopirku
tiba-tiba aku terkejut oleh teriakan
sopirku dan mencabut penisnya dari
mulutku. Dia lalu berdiri dan
memarahi aku, dia merasa bersalah
pada orang tuaku karena
membiarkan aku melakukan hal ini,
akupun tidak mau menyerah begitu
saja dan karena aku tidak bisa
menahan nafsuku lagi yang seperti
mau meledak akupun mengancam
sopirku dengan mengatakan pada
ayahku bahwa aku telah diperkosa
sopirku juga akan mengatakan pada
istrinya kalau tidak mau melayani
kenginanku. Dia ketakutan dan
menyerah padaku, akupun tidak
menyia-nyiakannya langsung saja
aku melepas sarungnya dan aku
jongkok didepannya. Kulihat wajah
sopirku terlihat wajahnya
menampakkan kesedihan tetapi aku
tidak mempedulikannya.
Aku tidak peduli bagaimana perasaan
sopirku, aku hanya ingin kenikmatan
seperti yang telah temanku rasakan.
Aku ingin membuat dia agresif
terhadapku dan melupakan istrinya
sesaat, karena keinginanku itu aku
mulai melakukan rangsangan
terhadapnya. Kukulum lagi penisnya
yang telah lemas tanpa canggung
dan takut lagi pada sopirku,
kupercepat kulumanku sehingga
membuat penisnya kembali berdiri.
Aku sangat menikmati penis.
“Ehhmm.. Enak.. Ehmm” dan aku
merasa bahagia karena membuat dia
mulai terangsang yang mulai
menunjukkan ke agresifannya.
Sopirku mendesis menikmati
kulumanku.
“Ough.. Terus.. Cepat.. Ouh Melda”
Hanya itu saja kata yang keluar dari
mulutnya akupun semakin
bersemangat dan semakin
mempercepat kulumanku. Hingga
beberapa kuluman penisnya terasa
semakin membesar dan menegang
juga disertai denyutan dan dia pun
memegang kepalaku juga
memcambak rambutku dengan kasar
dia semakin memaju mundurkan
kepalaku dan akupun semakin
bersemangat karena aku tahu dia
akan sampai.
“Ouhh.. Ouuhh aku sampai aku
sampai Melda ough” dan keluarlah
spermanya ke mulutku hingga
mulutku tidak muat untuk
menampungnya. Spermanya terasa
hangat, asin, dan baunya membuat
diriku ingin memuntahkan sperma itu
dari mulutku tetapi dia menarik
kepalaku lalu mencium aku.
Ciumannya yang sangat
bersemangat kepadaku membuat
aku terpakasa untuk menelan
spermanya untuk mengimbangi
permainan bibir itu.
Aku merasa kerepotan untuk
mengimbanginya karena baru kali ini
aku dicium oleh cowok, dia terus
mencium aku dan tangannya mulai
menyelinap masuk ke kaosku.
Tangannya menuju ke payudaraku,
dia meremas-remasnya sehingga
membuat nafasku semakin memburu
yang disertai degupan jantung yang
cepat. Dia semakin agresif dengan
membuka kaos ketatku, rok, bra
serta celana dalamku.
Terbukalah sudah apa yang selama
ini aku tutupi, aku merasa risih
karena baru kali ini aku telanjang
dihadapan cowok sehinnga
tangankupun secara spontan
menutup vaginaku juga payudaraku.
Tetapi karena nafsuku yang semakin
memuncak maka aku biarkan
tubuhku telanjang dan akupun
dengan agresif melucuti kaosnya.
Sekarang kita benar-benar telanjang
bulat, kita saling berhimpitan
sehingga penis yang telah
mengacung itu menempel pada
vaginaku. Aku ingin sekali merasakan
penis itu masuk ke vaginaku dan aku
telah mencoba memasukannya tetapi
tidak bisa, dengan terpaksa aku
hanya mengesekkan penisnya ke
vaginaku dan itu membuat aku
semakin bernafsu.
www.ceritakita.hexat.com
Setelah dia puas mencium aku dia
menurunkan kepalanya menuju kaki,
dia menciumi kakiku sampai ke
vaginaku. Dia menjilati vaginaku,
menyedot vaginaku dan juga
memberikan gigitan kecil pada
vaginaku sehingga membuat aku tak
bisa menahan getaran tubuhku.
Semakin dia mempercepat jilatannya
semakin keras pula erangan serta
desissan yang keluar dari mulutku.
Tanganku berpegangan pada
kepalanya dan akupun menekan
kepalanya serta mengangkat salah
satu kakiku kepundaknya agar bisa
semakin masuk ke vaginaku, jilatan
dia membuat aku tak bisa lagi
menahan tubuhku sendiri. Tubuhku
melengkung ke belakang dan
kepalaku medongak keatas yang
disertai keringat yang semakin
mengucur deras.
“Auhh.. Ouhh..”
Dia terus menjilati vaginaku sehingga
membuat aku semakin tidak tahan
“Ough.. Yes.. Ouugh.. Aku keluar” dan
akupun mengalami orgasmeku yang
pertama, aku merasa kenikmatan
yang luar biasa karena baru kali ini
kali mengalami orgasme bersama
cowok. Sopirku menghisap-hisap
vaginaku hingga terasa kering,
nafasku yang tadinya memburu
sekarang sudah mulai reda. Aku yang
telah mengalami orgasme terasa
badanku lemas tetapi sopirku masih
saja semangat, dia mengendongku
ke tempat tidur dan menjatuhkanku.
Dia bermain di payudaraku yang
berukuran sedang putih bersih
kemerahan, sopirku mengulum,
menyedot, meremas dan juga
menggigit-gigit payudaraku.
Permainan mulutnya sanggup
menaikkan kembali nafsuku, sopirku
sangat menikmati payudaraku dan
dia selalu memuji payudaraku yang
kenyal dan kencang itu. Aku yang
ingin kembali menikmati penis
sopirku segera aku menggulingkan
sopirku disampingku, aku
menindihnya dengan vaginaku
menghadap ke muka sopirku dan
kita pun saling melakukan
rangsangan. Aku kembali mengulum
penisnya sedangkan dia menjilati
vaginaku. Permainan lidahnya yang
liar di vaginaku membuat tak kuasa
menahan nafsuku yang mau
meledak dan dengan segera akupun
minta untuk memasukkan penisnya
ke vaginaku dan diapun
mengijinkannya.
Aku membalikkan badan dan
sekarang penis itu tepat di bawah
vaginaku, aku memegang penis itu
dan mengarahkannya ke vaginaku
tetapi aku tidak bisa
memasukkannya terasa sulit
walaupun vaginaku telah basah.
Penis sopirku seperti tidak mau
masuk penisnya selalu ke kanan atau
ke kiri. Sopirku pun membantuku, dia
memegang penisnya sedangkan
tangan satunya menuju vaginaku
dan memasukkan jarinya ke
vaginaku, akupun terkaget dan
berteriak “Ouhh”.
Jarinya maju mundur dan seperti
mengaduk vaginaku, sopirkupun
mengeluarkan jarinya lalu mencoba
memasukkan penisnya ke vaginaku.
Secara mengejutkan penis itu masuk
dengan mudah, aku terkaget
merasakannya lalu berteriak “Auhh..
Ough..”
Dan mataku melotot serta kepalaku
mendongak ke atas. Vaginaku terasa
penuh dan disertai rasa nyeri yang
sangat hebat tetapi sopirku duduk
menghiburku dengan menciumku.
Dia menyuruhku naik turun tetapi itu
sulit bagiku karena baru yang
pertama aku melakukannya, aku
mencoba naik turun rasanya nikmat
sekali merasakan dua alat kelamin
bergesekan tetapi tetap rasa nyeri
tetap ada. Akhirnya akupun lancar
menaik-turunkan, melihat itu sopirku
semangat dia mulai meremas
payudaraku dan mulai melakukan
gerakan juga. Lama-kelamaan rasa
nyeri itu berubah menjadi rasa
nikmat tiada duanya dengan cepat
aku menaik turunkan. Gesekan itu
sangat nikmat ditambah lagi remasan
sopirku di payudaraku.
“Uhh.. Aauhh.. Oouughh” aku terus
mendesis.
Malam yang sunyi kembali berisik
oleh bunyi kocokan serta teriakanku,
kulihat sopirku sekali memejamkan
mata menikmati kocokanku. Hingga
beberapa lama kita tetap pada posisi
itu dan akupun merasakan sesuatu
yang mau meledak di vaginaku.
“Ouhh.. Ouughh.. Aku sampai”
akupun merasakan orgasme yang
kedua kali.
Tenaga yang habis membuat aku
tidak dapat menahan tubuhku dan
akupun rubuh diatas sopirku. Dengan
penis yang masih menancap di
vaginaku sopirku membalikkanku
hingga dia berada diatas, dia kembali
mengocok vaginaku yang telah
kelelahan dengan semangat yang
masih memburu diapun ingin
mengalami orgasme maka akupun
melayani dia walaupun tenagaku
sudah habis.
Sopirku merasa tidak puas dengan
posisi dia diatas dan dia meminta aku
untuk duduk dipangkuannya dan dia
dengan semangat kembali
mengocok. Aku yang sudah lemas
masih mencoba mengimbagi
kocokannya, aku mencoba memaju-
mundurkan pantatku walaupun
sudah lemas. Dia semakin semangat
untuk mengocokku dengan buas dia
juga menggigit payudaraku dan itu
sangat membuat diriku kembali
terangsang.
“Oouuh.. Ouuhh.. Uuhh”
Akupun di buat tidak berdaya dan
lagi-lagi aku dibuat orgasme untuk
ketiga kalinya.
“Uuhh.. Ouugh.. Kau hebat Toni..
Ouugh”.
Dengan orgasmeku yang ketiga
tubuhku semakin lemas tak berdaya,
posisi kami tetap duduk dan aku
terus saja memuji dia “Kau hebat
Toni” kataku.
Sopirku menyuruhku untuk
menungging dengan lemas dan
antara sadar dan tidak aku masih
menurutinya. Dia masih tidak bosan
mengerjai vaginaku. Dia masih
dengan semangat tetap mengocok
serta meremas payudaraku dan
kadang-kadang meremas pantat ku.
Jarinya juga masuk ke anusku.
“Ouugh.. Ougghh.. Ougghh” kataku
semakin menikmati, dengan kasar
dia mengocok vaginaku dan juga
anusku. Dengan kocokan dari anus
dan vagina tubuhku semakin tak
karuan dibuatnya.
“Ouuhh.. Ougghh.. Terus Toni”
Tak berselang lama aku merasakan
lagi orgasme yang ke empat.
“Oouuhh.. Kau hebat.. Oughh.. Aku
aku dapat ough..”
Dan dia pun mengikuti mengalami
klimaks dengan sperma yang masih
banyak. Semprotan spermanya
membuat mataku terbelalak dan aku
pun merasakan kenikmatan,
spermanya tidak dapat tertampung di
vaginaku sehingga jatuh ke sprei.
Kitapun terjatuh bersamaan di
tempat tidur, sopirku berada
disampingku dan dia masih mencium
serta meremas pantat dan
payudaraku. Setelah nafasku mulai
reda akupun langsung keluar dari
kamarnya dengan masih telanjang
dan berjalan dengan gontai, sopirku
pun tertidur lagi.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,