Pemuja Iblis
CERITA SEX GAY,,,,,
Pemuja Iblis
“Susah..”
“Kehidupan yang penuh penderitaan dan kesusahan ini akan aku akhiri”
“Yah, akan aku akhiri, sampai di sini”
“Bertahun-tahun telah aku alami kepahitan, penderitaan, kesusahan yang tidak pernah berakhir, aku bertekad untuk merubahnya walau nyawaku taruhannya.. Yah, walau nyawaku taruhannya..”
Bapak hanya diam saat aku mengutarakan niatku, entah apa yang dia pikirkan atau sama sekali tidak mendengarkan ku.
“Sulit, sulit Joko”, ucapnya, membuka pembicaraan
Cerita Gay http://ceritakita.hexat.com
“Bapak sudah pernah melakukannya, tapi tidak pernah menemui tempat itu”
*****
Dengan bekal yang tidak mencukupi, aku bertekad.. Yah bertekad untuk ke tempat yang pernah dituju Bapak. Rasa lelah dan letih aku tahankan untuk mengejar impianku, impian yang tidak pernah aku rasakan selama 32 tahun. Rasa kantuk yang melandaku di dalam Bus yang membawaku ke tempat yang akan aku tuju tak mampu menahanku.
Aku terus terjaga sehari semalam, hingga di pertengahan jalan aku minta diturunkan, yah aku turun dimana nampak pohon-pohon disekelilingku dengan batangnya yang besar, tinggi dan daunnya yang rimbun. Aku memilih jalan yang berada di sebelah kiriku, menembus belantara dengan tekad yang mantap. Terus berjalan, menyibak semak belukar dengan parang yang telah aku siapkan dari rumah. Rasa letih dan lelah, aku tahankan, keringatku pun mulai bercucuran, membasahi pakaian yang aku kenakan.
Tekad yang membuatku untuk mengakhiri penderitaan hidup, kesusahan hidup, untuk mencari tempat pemujaan yang pernah dicari Bapakku. Yah, itulah yang aku cari sekarang ini, menyusuri hutan belantara tanpa rasa takut, ngeri dan sebagainya.
Hingga berhari-hari aku menyusuri hutan tersebut, namun belum juga aku temukan, entah berapa bukit dan lereng telah ku lewati, dan entah sudah berapa kilometer aku berjalan sejak aku turun dari bus dua hari yang lalu. Rasa takut mungkin sudah tidak ada lagi padaku, bermalam di tengah hutan yang sepi, gelap, dengan suara-suara yang menakutkan, dan kadang suara auman harimau, lolongan srigala, dan binatang yang lainnya tidak membuatku gentar dengan tujuanku.
Sepertinya aku berada dalam keputus asaan, tiga hari sudah aku mencari tempat itu, namun belum menemukannya, bekal yang ku bawa hanya tinggal 2 potong roti saja, air minum sudah habis dua hari yang lalu, dan aku memanfaatkan air embun yang menempel di daun-daun atau air hujan.
“Peduli setan, aku bisa memanfaatkan pucuk-pucuk pohon hijau untuk makananku”, bisikku dan terus melanjutkan perjalanan, menaiki bukit yang berada di depanku.
Dengan susah payah menaiki bukit tersebut yang curam dari bukit sebelumnya yang pernah aku naiki dan semak belukar yang rimbun. Perjalanan di sinilah aku banyak menemukan rintangan, begitu curamnya bukit ini membuatku sering terpeleset atau terjatuh dan belum lagi berbagai ular yang aku temukan. Ah, begitu banyaknya, namun selagi ular tersebut tidak mengganggu aku tidak akan membunuhnya.
Perjalananku yang terus aku lanjutkan, membawaku ke atas bukit dan, Ahh.. Aku begitu terkejut melihat pemandangan di depanku, begitu indah, hamparan rumput hijau dengan diselingi dengan aneka bunga yang sangat indah, menakjubkann.
Pemandangan tersebut membuat aku terpesona, memperhatikan disekelilingku, wah.. Begitu indah dan asri seperti ada yang merawatnya. Aku terus berjalan mendekati biasan air yang nampak di mataku, dan ternyata sebuah danau yah, sebuah danau yang tidak begitu luas, memanjang dengan airnya yang berwarna biru dan tenang.
Melihat air, aku langsung meraihnya dengan tanganku, hemm.. Dingin kurasakan, sejuknyaa. Aku membasuh mukaku, akhh.. Segarnyaa. Akh, kenapa tidak mandi saja sekalian, aku sudah tidak mandi beberapa hari ini, yah, lebih baik aku mandi, agar lebih segar lagi, dan mulai membuka seluruh pakaianku hingga telanjang bulat dan memasuki danau tersebut. Akkhh segarnya, segarnyaa.
Beberapa lama aku menyegarkan tubuhku di danau tersebut, menggosok seluruh tubuhku, dan menyudahinya memakai pakaianku kembali dan berjalan mendekati sebuah pohon yang besar dan di bawahnya terdapat batu pipih, besar yah seperti sebuah altar, mungkin tempat inilah yang dimaksud Bapak, tempat yang tidak berhasil dia temukan.
Aku memulai ritualku, duduk di atas batu tersebut, menyilangkan kedua kakiku dan kedua tangan kuletakkan ke atas kedua pahaku. Entah berapa lama aku melakukannya, dan tentu saja banyak godaan dalam semediku tersebut namun bisa aku atasi, hingga aku terjaga, membuka mataku, melihat pemandangan di depan yang terang, aku sadar ternyata saat itu malam hari dan sinar bulan purnama menyinari tempat tersebut.
Air danau bergolak seperti mendidih beberapa lama dan kemudian keluar makhluk besar tinggi, yah mungkin menatapku karena tidak begitu jelas aku lihat matanya karena jarakku dengan danau tersebut sekitar 200 meter. Makhluk tersebut berjalan mendekatiku hingga semakin dekat dengan hanya berjarak 100 centi saja dari tempatku.
Yah aku bisa melihat makhluk tersebut dengan jelas, dengan ukuran badan yang besaar sekali dan bulu-bulu lebat menutupi semua tubuhnya berwarna hitam, tinggi.. Tinggi.. Sekitar 3 meter lebih aku perhitungkan makhluk tersebut, namun matanya tidak kelihatan karena ditutupi alisnya yang tebal dan menjuntai sampai ke bawah, entahlah entah berapa panjang, karena bulu-bulu yang menutupi seluruh badannya juga begitu lebat dan panjang.
“Bisa Eyang, yah Saya bisa memenuhi syarat yang Eyang minta”, jawabku saat mendengar pertanyaan yang kudengar.
Dengan perlahan tangan makhluk tersebut yang begitu panjang sampai ke mata kakinya dengan jari-jari yang panjang juga merogoh tepat dibawah perutnya dan menjulurkan batang besar panjang hitam dan berbulu semuanya ke depanku hingga ujungnya yang lancip tersebut menyentuh bibirku. Yah, mungkin kontol makhluk tersebut, pikirku.
Aku membuka mulutku dan memasukan ujung kontolnya, aku merasakan bulu-bulu di kontol makhluk tersebut begitu lembut, dingin seperti air danau tersebut, yah seperti air danau tersebut. kontol makhluk tersebut terus memasuki mulutku lebih dalam, lebih dalam lagi hingga batang kontol makhluk tersebut amblas ke dalam mulutku, perutnya yang penuh bulu-bulu tersebut rapat ke mukaku. Begitu lama batang kontol makhluk tersebut membenam di dalam mulutku. Sesekali makhluk tersebut mengerang dengan suara yang berat dan keras, suara yang menakutkan, hingga tiba-tiba makhluk tersebut menjerit dengan suara yang sangat keras menimbulkan gema di sekitar tersebut.
“Aakhhookhhokk..”
Aku hanya diam, menutup mataku, perlahan aku rasakan kontol makhluk tersebut keluar dari dalam mulutku seperti jalannya ular di gurun pasir, lambat.. Lambat.. Hingga kurasakan ujung batangnya atau kepala kontol tersebut dapat ku rasakan di lidahku, akh.. Besarnya, gila pikirku sampai mulutku mengembung dan sekarang jarak makhluk tersebut semakin jauh dari tempatku, yah jaraknya dua kali lipat dar semula, ahh, berarti kontol makhluk tersebut menjadi dua kali lipat saat berereksi, gila.. Dan mulutku bisa menampung semuanya?? Tidak logis memang tapi ini makhluk gaib, dunia gaib, aneh, aneh dan aneh yang tidak mampu dicerna dengan akal.
Permainan makhluk tersebut baru dimulainya saat tangannya mencengkram tubuhku, dengan paksa menarik kakiku ke atas dan, blass.. Krakk.. Aku mendengarkan kulitku terkoyak, yah lobang pantatku terkoyak saat ujung kontol makhluk tersebut menembusnya, dengan pelan batang kontolnya masuk atau tepatnya berjalan, merambat, terus, terus masuk, hingga tubuh makhluk tersebut rapat ke pantatku.
Kembali makhluk tersebut diam, hanya diam, namun perutku merasa sakit seperti saat kontolnya berada di dalam mulutku seperti di remas-remas, diaduk-aduk isi tubuhku, rasa nyeri, sakit, dan sebagainya aku tahan dengan menggigit bibirku dengan kuat. Desahan makhluk tersebut terdengar lagi, hingga jeritan atau desahan panjang seperti semula aku dengarkan, jeritan yang membuat makhluk tersebut mencapai puncak klimaksnya, yah mungkin itulah, dan mulai menarik kontolnya dengan pelan, yah aku rasakan saat totongnya mulai keluar dari dalam tubuhku.
Setelah puas melampiaskan nafsunya, makhluk tersebut berjalan mendekati danau tersebut dengan menyeret-nyeret kontolnya diantar kedua kakinya, dan makhluk tersebut tenggelam dalam danau tersebut.
Aku meninggalkan tempat tersebut setelah ada petunjuk dalam semediku setelah makhluk tersebut datang menjumpaiku tiga kali dan melampiaskan nafsu shawatnya kepadaku dengan cara yang seperti pertama dia melampiaskannya kepadaku, dan itu pada saat bulan bersinar terang, bulan yang bulat penuh.
Akhirnya aku menyetop bus yang melewatiku, akhh.. Ternyata aku lebih mudah menemui jalan keluar dari pada pertama kali aku memasuki hutan tersebut dan mencari tempat Persugihan tersebut. Aku bisa menempu perjalanan hanya setengah hari, yah setengah hari saja.
Bapak menyambutku dengan cemas, sudah 3 bulan lebih ternyata aku tidak pulang, wah begitu lamanya, yah benar juga karena wajahku sudah penuh dengan bulu-bulu, yah aku berewokan saat itu, tapi untungnya aku telah mencukurnya saat aku tiba di terminal, di Kota tempatku berada.
“Apa syarat yang diminta Eyang?”, tanya Bapak setelah aku katakan bahwa aku berhasil menemui tempat tersebut dan menjumpai Penunggunya.
Bapak sedikit lega saat menjawab pertanyaannya, bahwa bukan nyawa yang diminta Eyang sebagai tumbal, dan aku menceritakan syarat yang diminta makhluk tersebut.
“Baik, Bapak bersedia menjadi syarat pertamamu Le”, ucap Bapak meyakinkan.
“Pak?”, tanyaku menatapnya tajam, dengan tatapan tidak tega.
“Kalo, kamu berhasil khan Bapak juga yang menikmatinya, sudahlah.. Bapak bersedia kok, Bapak akan mandi dulu, pakai minyak wangi biar kamu tambah yakin dengan Bapak”, ucap laki-laki tersebut tersenyum.
Aku menatap Bapak yang meninggalkanku, membawa handuk dan ember kecil yang berisi peralatan mandi di dalamnya. Laki-laki yang sedikit kurus, yang selama hidupnya tidak pernah merasakan kebahagian, usianya yang sudah mencapai 60 tahun tersebut tetap tegar dengan penderitaan yang diterimanya.
Saat aku kembali ke rumah dari MCK yang tidak begitu jauh dari kediaman kami, kediaman di pinggir rel Kereta dengan teman-teman kami, pemukiman yang disebut-sebut daerah kumuh dengan hanya berdindingkan tepas dan tambalan-tambalan kerdus sebagai dindingnya, dengan berbagai profesi yang bermacam-macam untuk memenuhi kebutuhan perut yang sejengkal ini, yang harus mengorbankan martabat.
Sebagai pemulung, penarik becak seperti aku dan Bapakku, pengamen, pengemis, dan malam hari ibu-ibu merangkap lonte atau tukang pijit di lokasi kami sendiri. Tiap malam memang selalu ramai di tempat tersebut, bencong-bencong, lonte kelas teri pada berkeliaran saat malam di lokasi tersebut untuk memuaskan laki-laki hidung belang, yah termasuk aku juga. Tetapi hidupku akan berubah, dimulai hari ini, yah aku yakin dengan mantap.
Aku masuk ke dalam rumah ternyata Bapak sudah sampai duluan, berbaring di lantai yang hanya beralaskan tikar dan.. Dan Bapak telah melepaskan pakaiannya, telanjang bulat telentang, tersenyum memandangku.
“Ayo Ko”, ucapnya.
Melihat Bapak yang telanjang bulat, nafsuku tiba-tiba timbul, bangkit, akhh.. Aku mengelus-elus dadaku dan tanpa sabar lagi, celana pendek yang aku kenakan langsung aku perosoti, mendekati Bapak, meraba-raba totongnya yang menciut dengan batang yang kecil, akhh.. Nafsuku menggelora, entah kenapa serasa ini bukan diriku, namun tanganku terus meremas-remas batang totongnya.
Nafsuku yang memuncak tersebut langsung kulampiaskan dengan mengemut batang kontol Bapak yang mulai bereaksi, bertambah panjang dan besar, Aku terus mengisap-isapnya dengan pelan hingga totong Bapak habis kutelan sampai ke pangkalnya, dan menariknya ke atas, kontol Bapak terlepas dari mulutku, batangnya tidak begitu keras lagi karena usianya mungkin.
Batang kontolnya mulai kujilati dari ujung kepala kontolnya yang besar membengkak hingga pangkalnya, dan biji totongnya menjadi sasaranku berikutnya, ku telan kuemut seperti permen sambil kutarik-tarik, batang kontol Bapak kembali ku telan, kubetot di dalam mulutku, hingga Bapak mendesah kuat memuntahkan maninya yang kental di dalam mulutku. Kontolnya begitu kuat menyemprotkan maninya dan sangat kental, akh.. Ternyata Bapak sudah lama tidak ngentot hingga maninya mengental begini.
Bapak nampaknya begitu puas, aku menaiki tubuhnya, dadanya yang berotot tersebut aku duduki, dan kumasukan batang kontolku ke mulutnya, menyuruhnya untuk menelan kontolku. Bapak mengikuti saranku untuk mengisap-isap batang kontol ku, melumatnya habis, mengisap-isapnya, akhh.. Aku menggeliat keenakan sambil mengelus-elus dadaku, lama Bapak mengisap-isap batang kontolku tapi puncak kenikmatan belum aku rasakan, hingga Bapak harus mengubah beberapa posisi untuk mengisap-isap batang kontolku, mengocok-ngocok kontolku dengan mulutnya agar maniku keluar dan ditelannya, yah harus keluarkan dan harus ditelan oleh orang yang memenuhi syarat pertamaku untuk korban yang pertama.
Bapak memintaku untuk berdiri dan sambil duduk laki-laki tersebut mengisap-isap batang totongku, mengocok-ngocoknya di dalam, hingga.. Akupun mulai merasakan kegelian yang sangatt.. Tubuhku mengejang dan bergetar, seiring tersebut aku merasakan maniku moncrot ke dalam mulut Bapak.. Croott.. Croott.. Croott..
Atas perintahku, mani terakhir yang menempel di lobang kencingku harus dijilat habis, tanpa ada sisa mani lagi yang keluar.
Permainan aku lanjutkan dengan menyodomi bapak, kedua kakinya aku angkat dan meletakkannya pada bahuku, dengan perlahan kutekan pantatku, hingga merobek burit Bapak, laki-laki tersebut menggigit bibirnya menahan sakit, pantatnya robek mengeluarkan darah, yah.. Sempurna, syarat yang bagus untuk awalnya, burit Bapak masih perawan, itu juga syarat yang diminta.
Batang kontolku telah amblas ke dalam lobang pantat Bapak dan aku mulai menggerak-gerakan pantatku maju mundur, menyodok-nyodok lobang pantatnya dengan cepat.
“Ahh.. Ahh.. Aahh..”, desahku, menikmatinya, batang kontolku dijepit begitu kuat, membuat geli saat menyodok lobang pantat Bapak, aku terus melakukannya..
Bapak menahan sakit dengan menggigit bibirnya. Aku terlalu buas malam itu, aku sudah tidak sadar lagi bahwa Bapakku sendirilah yang aku sodomi, aku ciumi, kulumat bibirnya dengan bersemangat. Bapak menungging dengan bertumpu dengan kedua lutut dan tangannya, dari belakang aku sodomi burit Bapak kembali, aku menyodok-nyodok lobang pantatnya dengan cepat, kunikmati enaknya.. gelinya..
Dari arah samping dengan posisi berbaring, kulakukan lagi menyodomi lobang pantat Bapak, tangannya kuletakkan ke leherku, aku terus melumat bibirnya, menciuminya, dengan penuh birahi sambil terus menyodok-nyodok lobang pantatnya, hingga akhirnya puncak kenikmatan akan aku rasakan, dan akhirnya desah panjang mengakhiri permainanku, setelah puas akhirnya dan berbaring di samping tubuh Bapak, memeluknya, dan tidak merasakan apa-apa lagi dan aku tertidur dengan pulas.
Seperti biasa, aku menarik becak, dan pagi itu juga demikian, aku begitu segar, akhh.. Bersemangat.. Sangat, sangat bersemangat. Aku meninggalkan Bapak yang masih tertidur dengan pulas. Saat aku bangun tadi, merasa terkejut juga aku dalam keadaan telanjang bulat demikian juga Bapak, tapi peduli setan, ucapku, yang penting aku begitu senang dan semangatnya hari ini.
Siang itu aku begitu bergairah sekali, bergairah.. Saat melihat Paijo temanku, dia penarik becak juga seperti aku, entah kenapa aku begitu bernafsu sekali melihat badannya yang kekar, padat berisi tersebut. Gairahku tidak tertahan sampai membuat tubuhku berkeringat, gatal-gatal seperti mau tumbuh bulu, tubuhku menggeliat-geliat, sambil mendesah seperti ular yang mendesis melihat mangsanya.
“Kenapa, Ko.. Joko.. Kenapa kau ini?”, tanya temanku lagi.
“Entahlah, agak panas aku rasa hari ini”, jawabku menyembunyikan kegelisahan nafsuku.
“Kita mandi saja di empang sana, aku juga mau mandi, gerah sekali”, ucap Paijo.
Akhirnya becak kami kayuh menuju empang, di mana kami sering mandi, dan kesempatanku untuk melampiaskan nafsuku pada temanku ini, nafsu setanku. Dan benar saja aku mendapat kesempatan untuk itu, tanpa sadar atau Paijo yang terbawa oleh pikiranku menjadi bernafsu sekali, kami bercumbu di dalam empang, dan aku menyodomi burit Paijo yang juga masih perawan, tanpa ada yang mengetahuinya aku terus memuaskan nafsuku hingga croorrtt.. Maniku moncrot untuk kedua kalinya di dalam lobang pantat Paijo dengan permainan yang sangat lama.
“Wah, gila sudah sore”, ucap Paijo tidak sadar, tentu saja aku sudah memakai pakaianku dengan lengkap.
“Gila, apa aku ketiduran di empang ini, masa sampai sore mandi sih, bisa-bisa tidak dapat setoran nanti, yang dapat semprotan bini gua”, ucap Paijo, aku menahan tawa.
Malam itu, Bapak membawa mangsa lagi, yah syarat yang ketiga, laki-laki yang harus kusodomi. Kang Maman, penjual es yang tinggal beberapa rumah dari rumah kami. Laki-laki tersebut diajak Bapak minum dan takut pulang karena bininya bisa marah besar melihatnya dalam keadaan begitu.
Karena badannya merasa panas akibat alkohol, Kang Maman hanya memakai kolor saja berbaring di lantai, saat aku datang dan melihatnya, gairahku muncul dan meremas-remas kontolnya yang besar dan panjang di atas rata-rata tersebut. Kang Maman tersenyum melihat kelakuanku..
“Teruskan Jok”, ucapnya sambil tersenyum, saat aku merogoh lobang pantatnya, akhh.. Sudah lebar dan aku mengurungkan niatku, untuk syarat yang lainnya ucapku pelan. Aku tidak ingin nyawaku melayang dan menjadi budak setan, padahal aku belum menikmati hasil pemujaan setan tersebut dengan menyodomi laki-laki yang sudah tidak perawan lagi.
Korban berikutnya, si Doni, anak Bu Ijah yang masih sekolah SMP tersebut, dengan mudah aku sodomi buritnya yang masih perawan.
“Enakk.. Enakk.. Enakk”, desahku.
Kalau tidak karena syarat yang diajukan setan bulu tersebut, aku ingin menyodomi si Doni ini beberapa kali, sayang sekali yah, pantat si doni sedang kenyal-kenyalnya, wah, siall. Aku hanya bisa sodomi sekali untuk satu laki-laki yang masih perawan buritnya dan itu juga terbatas hanya sampai dua kali memuntahkan air mani, itu dilakukan untuk 7 orang laki-laki, syarat pertama.
Mencari korban ternyata susah-susah gampang, 4 orang korban yang harus aku dapatkan, dan dengan bantuan Mak Muna aku bisa mendapatkannya, mungkinkah? Bapak terus membantuku mencari korban selanjutnya, dan dengan alasan tertentu Bapak menceritakan kepada Mak Munah yang sekaligus kekasih Bapak yang seorang tukang pijat di lokasi tersebut.
Mak Munah menyerahkan kepadaku laki-laki yang bertubuh besar untuk kupijitkan, tentu saja ada yang setuju dan ada yang tidak, alasan Mak Munah jari-jarinya tidak akan terasa kalo dia yang memijit badan laki-laki tersebut. Seperti malam itu, Bang Tony bersedia aku pijit punggungnya saja, setelah itu dia minta Mak Munah untuk memijit tubuh yang lainnya.
Badan Bang Tony memang besar, padat dan berisi, dengan otot yang tidak begitu kencang. Jari-jariku mulai bermain memijit-mijit punggungnya, perlahan aku singkap handuk yang menutupi pantatnya, akhh.. aku tergiur melihat pantatnya yang putih, mulus tersebut dan dengan perlahan kubuka celana pendekku dan menaiki tubuhnya yang besar, laki-laki tersebut meronta awalnya namun kupaksa untuk menghunjam buritnya dengan kontolku, dan dia tak berkutik lagi, hingga aku memulai permainanku, menekan pantatku agar batang kontolku lebih masuk lebih dalam lagi ke lobang pantatnya, pipi, leher, punggung Bang Tony aku jilati, bibirnya aku lumat, kunikmati, kucumbu dengan sepuasnya, kumisnya yang tebal aku jilati hingga basah, sambil terus memutar-mutar pantatku, menggerak-gerakan ke atas dan ke bawah, menyodok lobang pantatnya dengan batang kontolku yang keras, yah semakin keras nampaknya dari biasanya.
“Croott.. Croott.. Croott..”, air mani pertamaku keluar dan aku melanjutkannya lagi untuk mengeluarkan cairan maniku untuk kedua kalinya.
Bapak mengajak ngobrol Mak Munah, sehingga perempuan tersebut tidak begitu mengkhawatirkan pasiennya.
Puas.. Puass.. Dengan tubuh berkeringat, korban ke empat telah aku dapatkan.
Pagi itu aku tidak menarik becak, Bapak yang mengambil alih karena akan mengantar Mak Munah ke pasar, sengaja aku bangun siang, tapi jam sembilan saja sudah sangat panas di dalam rumah, membuatku terbangun, membuka jendela dan.. Dan aku terpana yah, tepatnya bernafsu melihat Adi, anak Kang Maman yang sedang bermain, anak kecil berusia 4 tahun aku rasa, hitam manis, akhh.. Aku bernafsu pagi ini melihat anak tersebut dan memanggilnya. Dengan santainya anak tersebut menghamiriku..
“Apa Oom?”, tanyanya dengan suara yang belum fasih betul.
“Sini, Oom, kasih permen”, ucapku dan langsung menangkap Adi dari jendela dan memasukannya ke dalam rumah, menutup jendela dan menguncinya lagi.
Adi aku peluk dalam pangkuanku, memberinya permen lolipop. Anak tersebut menikmatinya, dan tidak susah bagiku untuk menyodomi lobang pantatnya. Celana pendeknya aku singkapkan sampai ke pangkal paha sementara aku sudah mengeluarkan kontolku dari belahan samping celana pendekku. Adi hanya diam saat batang kontolku masuk ke dalam lobang pantatnya yang menjadi koyak karena kontolku, aku mengayun-ayunkan tubuhnya ke atas dan ke bawah, anak tersebut menjadi senang dan tertawa, akhh.. enaknya, aku menikmatinya, hingga lama kemudian air maniku menyemprot ke dalam lobang pantatnya. Untuk kenikmatanku yang kedua, aku minta Adi mengisap batang totongku bergantian dengan isapan permennya.
“Ini, permen, manis lho, coba deh”, ucapku meyakinkan, menyodorkan batang kontolku ke depannya. Anak tersebut tertawa dengan mulut lebar dan giginya yang belum lengkap tersebut, dan berselingan dengan mengisap permen, kontolku pun dia isap-isap sampai menembak ke dalam mulutnya.
“Acin, acinn, Oom”, ucapnya.
Aku tersenyum, tertawa pelan, akhh.. Lama juga aku membekap Adi, ternyata Bini Kang Maman sudah sejak tadi mencari anaknya tersebut, akhh.. Syukur tidak ketahuan ucapku pelan.
“Ma, Ma.. Adi di kasih permen dengan Oom Oko, maksudnya Oom Joko”
Akhh.. Mudah-mudahan tidak ketahuan bahwa aku memberi Adi ‘permen’ kontolku, akhh.. Sangat beresiko sekalii.
Korban yang lainnya, aku dapatkan dari tempat pijitan Mak Munah lagi, ada perubahan dalam diriku, akhh.. kontolku semakin panjang dan besar saja nampaknya dari ukuran semula, aku bisa melihat perubahan ini, yah.. Yah, bertambah panjang dan besar, apa karena menyodomi si Adi yah, makanya kontolku menjadi berubah begini.
Sasaran berikutnya dan terakhir untuk syarat pertama, Dodi adiknya Doni, remaja yang baru SMP tersebut yang pernah aku sodomi. Dodi masih SD, aku mengajaknya untuk mampir ke rumah saat dia baru pulang sekolah, dan anak tersebut menerima undanganku dengan alasan minum Jus. Aku membelikannya Jus Jeruk, yah, anak tersebut nampaknya senang menerimanya. Aku menyarankan agar dia membuka baju sekolahnya agar tidak kotor, Dodi setuju dan melakukannya.
“Celananya juga dong, khan kasihan Mama nanti nyucinya susah”, ucapku.
“Ah, malu Om, Dodi tidak pake kolor”
“Akh.. Om saja tidak malu”, ucapku membuka celana pendekku, hingga telanjang bulat di hadapan Dodi.
Anak tersebut tertawa melihat kontolku yang panjang kewer.. Kewer, aku membuatnya semakin lucu dengan menggoyang-goyangkan tubuhku ke kanan dan ke kiri hingga batang kontolku mengikuti arah gerakanku, aku tersenyum dan ikut tertawa melihat anak tersebut.
“Ayo, masa Dodi malu”, ucapku merayunya dan akhirnya Dodi membuka celananya.
Pantatnya yang kenyal, kencang membuat aku semakin bernafsu. Pantat Dodi kuremas, remas.. Akhh.. Padatnya. Tubuh anak tersebut aku tarik dan meletakkannya di atas pangkuanku, dan aku mulai bereaksi, menyodomi pantatnya dengan pelan dan lembut agar anak tersebut tidak kesakitan, mengajaknya cerita tentang sekolah dan lain-lainnya.
Aku menghempas-hempaskan tubuhnya ke atas dan ke bawah dengan begitu kontolku masuk dan keluar, sehingga aku menikmatinya, karena kegelian yang amat sangat, maniku belum juga mau keluar. Aku membaringkan tubuh Dodi dengan menyerong ke samping, dan dari arah belakangnya aku terus menyodok-nyodok buritnya yang memang betul-betul sempit dan sekal.. Enak.. Enak.., akhirnya.. Aku membenamkan air maniku ke dalam lobang pantat Dodi.. Anak tersebut hanya diam, kalem, menikmati sedotan Jus Jeruk yang aku berikan.
Tubuh Dodi kembali aku tarik dan Kami duduk bersebelahan, aku merapatkan badanku ke tubuhnya.
“Eh, Oom punya permen”
“Bagi dong”, ucap Dodi polos.
“Ini..”, ucapku yang lagi meremas-remas kontol.
“Akh, Oom bohong”
“Lha.. Kok bohong”, ucapku.
“Itu bukan permen, tapi burung, Dodi juga ada”, ucap Anak tersebut dengan polos dan santainya.
“Tidak, salah itu, ini permen, kalo Dodi Isap, jadi manis”, ucapku meyakinkan anak kecil tersebut.
Dodi menatapku dan seperti isyarat bahwa dia tidak mengerti aku pun menganggukan kepala.
“Coba deh, kalo Om bohong nanti Dodi Om kasih 10.000 deh”
Anak tersebut menjadi penasaran atau karena uang dan mau mencoba rasa kontolku.
“Akhh, asinn”, ucapnya lagi.
“Om bohong, mana 10 ribunya”, tagihnya padaku.
“Tidak, Om tidak bohong, nanti akan keluar manisnya setelah cairan putih”
“Ahh, tidak, bohong.. Bohong, Dodi mau 10.000-nya”, tagih anak itu lagi.
Aku mengambil uang 10000 ribu dan meletakkannya ke lantai, sedikit jauh dari tempatnya.
“Nih, uang 10.000 ribunya, tapi Om tidak bohong, kalo Oom benar uang itu jadi milik Oom lagi”, ucapku.
Dodi setuju bertaruh denganku, Anak tersebut kembali menelan kontolku, menarik-nariknya, aku mulai menggoyang-goyang pantatku, menyodomi mulutnya yang kecil.
“Akhh.. Akhh.. Hemm.. Hemm”, desahanku.
Kontolku sengaja tidak kumasukkan semuanya, karena anak tersebut bisa tersedak dan terbatuk nantinya. batang totongku yang masuk setengahnya saja sudah memberikan keenakan dan kenikmatan kok. Batang kontolku masih berada di dalam mulut Dodi, beberapa lamanya, hingga berakhir juga permainanku dengan meninggalkan air maniku di dalam mulutnya dan uang 10.000 ribu menjadi miliknya.
Syarat pertama, atau yang ke-berapalah telah lengkap, malam itu aku tidak bisa tidur, gelisah, saat mencoba untuk bangkit dari pembaringanku begitu susah, sepertinya aku terpaku di tikar ini, tubuhku lengket dengan lantai. Dengan tubuh yang berkeringat, padahal hari tidak begitu panas, tapi tubuhku mengeluarkan keringat sangat banyak.
Akhh.. Entah kenapa badanku ini, pikirku dan dengan tiba-tiba telah muncul sesosok makhluk berbulu, yah makhluk yang aku puja ternyata datang. Yah aku yakin, bahwa kondisi hari ini yang membuatku begini adalah karena makhluk itu, yah tanda-tanda kedatangan makhluk tersebut yang mendekatiku dan tubuhnya yang besar dengan bulu-bulu yang menutupi seluruh tubuhnya tersebut menindihku, akhh.. Aku rasakan bulu-bulu seluruh tubuhnya begitu lembut dan dingin.
Makhluk tersebut mencumbu bibirku, akhh.. Begitu menggairahkan, aku sangat bergairah sekali jadinya. Sambil memejamkan mata dan membalas cumbuan-cumbuan bibir makhluk tersebut yang aku rasakan hangat, dan lidahnya masuk ke dalam mulutku, menjilati lidahku, menjilati langit-langit mulutku, seluruh rongga mulutku, hingga ke ujung mulutku, menggelitik anak lidah mulutku yang menggantung di ujung mulut. Akkhh.. Gelinya.. Akh.. Enaknya.. Sementara bagian duburku yang telah dimasuki kontol makhluk tersebut, terus merambat masuk dengan sendirinya, lebih ke dalam.
“Akhh.. Aku mendesah keenakan, nikmatt.. Teruskann.. Teruskann..”, ucapku.
Makhluk tersebut dengan gerakan pelan terus melakukan permainannya, setiap gerakan dan permainannya membuatku terhanyut dengan kenikmatan dan kegelian yang sangat luar biasa dan nafsuku semakin memuncak, birahiku tak dapat kukontrol lagi. Aku memeluk tubuhnya, mengelus-elus bulu-bulu tubuhnya yang begitu lembut dan sejuk.
Akhh.. Aku menikmatinya.. Aku menikmatinya.. Akhh.. Oohh.. Kenikmatan yang luar biasa, hingga berakhir di saat detik-detik fajar akan muncul di ufuk timur. Aku terkulai lemas, tak berdaya, dengan cairan maniku yang tergenang di sampingku, akhh begitu banyak, kental, entah berapa kali aku mengeluarkan air mani sampai tergenang begini.
Beberapa lama aku hanya berbaring, yah berbaring saja, Akhh.. Aduhh.. Aduhh.. Erangku, memegang perutku yang terasa seperti di remas-remas, sakit.. Sakitt.. Aduhh. Kurapatkan kedua tanganku memeluk perutku, menahan sakit yang luar biasa, aduhh.. Ucapku pelan, Bapak yang baru pulang mendengar eranganku dan segera masuk.
“Joko, kenapa kau Le?”, tanya Bapak.
“Entahlah Pak, aduhh.. Sakitt.. Aduhh, Pak”, erangku.
Bapak kebingungan dan memegang perutku, menanyakan daerah mana yang sakit. Tangan Bapak menekan-nekan perutku, memukul-mukulnya dengan pelan.
“Aneh”, ucapnya pelan.
Perutku memang tidak kembung, namun sakitnya luar biasa.. Luar biasa.. Aku mengejan, seperti ada sesuatu yang mau keluar dari dalam perutku, kupaksakan, kupaksakan agar sesuatu tersebut keluar, kudorong.. Ku dorong.. Hingga dari lobang pantatku keluar gumpalan sebesar genggaman anak bayi, satu persatu keluar. Bapak terus menyaksikan saat gumpalan ketiga dan terakhir keluar dari lobang pantatku.. Aakkhh.. Desahku panjang memaksa sesuatu tersebut keluar, hingga aku dapat bernafas dengan lega.
Bapak mengambilnya dengan kain, benda tersebut berwarna hitam, Bapak melihat lebih dekat lagi. Aku melihat Bapak sedang menggosok-gosokan benda tersebut dengan kain dan, Ahh.. Ucapnya, terkejut melihat barang tersebut.
“Emas.. Emas.. Le.. Emass..”, teriak Bapak.
Aku ikut mengamati dan tidak percaya, aku memberaki emas atau melahirkan emas?, akh.. Tak masuk akal, yah tak masuk akal. Teriakan Bapak mengundang tetangga-tetanggaku datang.
“Ada apa Pak Nar”, ucap mereka mengetuk pintu.
“Oh, tidak.. Tidak..”, jawab Bapak agak gugup.
Setelah membersihkan benda yang ternyata emas tersebut, aku beserta Bapak mencoba menjualnya dan sedikit susah memang, tapi syukur ada yang menerimanya dengan harga yang agak tinggi dan uang hasil penjualan ketiga emas tersebut sungguh diluar dugaan dan bayangan kami, wah.. Uang sebanyak itu belum pernah kami dapatkan, akh.. Jangankan segitu, uang satu juta saja aku tidak pernah memegangnya.
“Luar biasa Le, luar biasa”, ucap Bapak berkali-kali.
Kami menatap uang yang terletak di lantai begitu banyak, banyak, berserakan..
“Kita berhasil Le, kita berhasil”
“Yah, Pak.. Kita berhasil”, ucapku tersenyum.
Akhirnya Aku dan Bapak membuka usaha rumah makan di lokasi yang strategis, dengan membeli sebuah ruko berlantai tiga di depan jalan Raya. Aku mengajak teman-temanku untuk membantuku, yah.. Mereka akan menjadi pegawaiku. Tentu saja banyak yang bertanya dari mana kami mendapatkan uang dan Bapak sangat mahir dalam menyembunyikan cerita yang sebenarnya dengan mengarang cerita bahwa saat aku menarik becak mendapat batu merah delima dan seorang pengusaha luar mau membelinya dengan harga tinggi, yah itulah cerita Bapak dan semua tetanggaku percaya dan mungkin ada juga yang tidak percaya yah? Tapi peduli setan dengan mereka, yang penting hidupku akan berubah, yah akan berubah. Selamat tiggal penderitaan dan siap-siaplah menuju kebahagian yang selama ini aku impikan.
Usaha rumah makan yang kami jalankan, ternyata sukses, banyak pembeli bahkan ada beberapa perusahan yang mengontrak kami untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi karyawannya. Dengan waktu cepat aku dapat membuka cabang lagi di lokasi yang strategis juga.
Bapak menikahi Mak Munah, aku mengajak Darman temanku untuk tinggal bersamaku. Nasib kami sama, sama-sama ditinggal istri karena tidak tahan dengan penderitaan, karena kami ini miskin, hanya seorang penarik becak dengan uang yang pas-pasan. Nafsuku tetap bergejolak dengan laki-laki, aku mengajak karyawanku untuk bercinta, mengentot.
Aku meminta Darman menjadi teman baikku, teman sekaligus kekasih, atau istri sekalipun, melayaniku nafsuku di ranjang atau dimana saja saat nafsuku bergejolak. Aku tidak melarangnya untuk mengentot dengan lonte, namun yang utama dia harus melayani nafsu homoku. Saat aku ingin Bapak untuk melayaniku, Bapak dengan senang hati melayaniku.
Dan Kang Maman yang belum aku sentuh lobang pantatnya mendapat jatah juga. Dengan rela laki-laki tersebut melayaniku, tanpa malu atau sungkan karena dia sudah pernah melakukannya dengan laki-laki lain, aku sudah menebaknya pada saat meraba buritnya yang sudah agak besar waktu akan dijadikan korban ketigaku oleh Bapak.
Saat-saat bersama Darman, begitu indah kurasakan, laki-laki bertubuh besar, tinggi, tampan dengan postur tubuh kekar, berotot tersebut dan dadanya yang bidang berbulu. Tak habis-habisnya aku memintanya untuk melayaniku, sebagai bininya atau lakinya mungkin.
Akhh.. Darman melayaniku, membalas cumbuanku, mengisap-isap kontolku, aku mengentoti mulutnya dengan menekan-nekan pantatku, menggerak-gerakan pantatku maju mundur, hingga batang kontolku tenggelam dalam mulutnya.
Bergantian aku mengemut kontolnya, mengocok-ngocoknya di dalam mulutku, menikmati daging kenyalnya yang enak aku rasakan, Akhh.. Jilatan lidahku tak habis-habisnya membasahi kontolnya dari kepala kontolnya hingga pangkalnya, menjilati dengan enak dan menikmati biji totongnya yang besar. Sementara jembut Darman aku cukur, seperti bulu-bulu di tubuhku, aku cukur semua.
Aku memberi Darman kenikmatan dengan menyodomi buritku dan aku menikmati lobang pantat Darman dengan menyodominya juga. Akhh.. Saling terima dan memberilah.. Hingga merengkuh sisa-sisa kenikmatan yang tak berakhir.
Setiap bulan Purnama satu malam penuh, aku melayani Iblis yang aku puja, menikmati permainan seksnya yang luar bisa yang membuat aku tak mampu bergerak, menikmati setiap permainannya yang membuatku melayang, menikmati kegelian dan kenikmatan yang luar biasa yang tidak mampu diberikan oleh manusia.
Syarat selanjutnya yang harus aku lakukan adalah menyetubuhi 100 laki-laki, mengentot, menyodomi dengan mereka, saling bercumbu hingga merasakan puncak kenikmatan bagi keduanya, dan 99 laki-laki telah aku setubuhi, aku entot burit mereka, kontol mereka tak habis-habis kuisap, kukocok-kocok dengan mulutku, kujilati dari kepala kontol sampai pangkalnya, akhh.. Membuat mereka seperti melayang, keenakan dan menikmati sekali permainan yang kulakukan pada mereka.
Syarat ini tidak bisa aku lakukan untuk laki-laki yang pernah aku sodomi untuk memenuhi syarat pertama. Yah, bisa saja aku lakukan namun tidak ada hitungannya dan akan membuat pengunjung yang datang ke rumah makanku menjadi berkurang.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT