Cerita Panas – Pertukaran Di Puncak
Hari Sabtu kami (aku dan Lily istriku)
berangkat menuju ke Puncak sesuai
rencana, kami akan bertemu dengan
Erwin dan Diana istrinya di Puncak
Pass, kemudian bersama-sama
menuju ke vila keluarga di daerah
Cipanas.
Pukul 11.00 siang kami sudah berada di
Puncak Pass, ternyata Erwin dan
Diana sudah menunggu kedatangan
kami. Dengan memakai rok terusan
berbelahan dada agak rendah tanpa
lengan, Diana kelihatan begitu cantik,
apalagi dengan rambut yang dipotong
pendek sehingga menambah pesona
dirinya, terlihat lehernya yang putih
jenjang.
Setelah makan dan berbincang
sebentar kami sepakat untuk menukar
penumpang, Lily istriku ikut mobil
Erwin begitu sebaliknya Diana ikut
mobilku. Beriringan kami menuju ke
Cipanas dengan mobil Erwin di depan.
Jalanan sudah mulai padat, sehingga
kami mulai kehilangan pandangan
atas mobil Erwin. Selama perjalanan
menuju vila, tangan Diana mulai
menggerayangi selangkanganku,
sesekali kubalas dengan elusan di
pahanya dengan menyingkap roknya
ke atas paha.
45 menit kemudian sampailah kami di
vila keluarga P.Gun, ternyata mobil
Erwin belum kelihatan. Tempatnya
cukup terpencil dan jauh dari
keramaian, hanya hamparan kebun
teh di sekelilingnya, tidak ada
tetangga atau vila lain dalam radius
ratusan meter. Vila tersebut sangat
besar dengan 5 kamar tidur dan
kolam renang yang besar, bangunan
untuk pengurus vila terletak jauh di
belakang yang dihubungkan jalan
setapak melewati taman.
Diana segera memberi instruksi ke
pengurus rumah agar acara kami tidak
terganggu, mengijinkan mereka
pulang selama kami di sini, kecuali
siang untuk membersihkan dan
menyiapkan makan siang, jadi praktis
vila tersebut tanpa pembantu yang
mengganggu.
Kemudian Diana kembali ke teras
depan dimana aku duduk sambil
menikmati indahnya pemandangan
dan sejuknya hawa pegunungan.
Langsung saja dia duduk di
pangkuanku. Tanpa menunggu lebih
lanjut, kupeluk tubuhnya dan kami
berciuman di kursi teras depan
diselingi angin sepoi daerah puncak
yang dingin.
“Disini lah pertama kali aku melayani
Erwin dan Papanya.” bisiknya sambil
menjilati telingaku.
Tapi aku tidak terlalu memperhatikan,
tanganku segera menjelajah ke
tubuhnya yang menantang, buah dada
adalah sasaran pertamaku, masih
terasa kenyal dan padat seperti yang
kurasakan beberapa waktu yang lalu.
Kuremas dengan penuh nafsu pada
kedua bukit di dadanya secara
bergantian, sementara tanganku
satunya membuka resluiting baju di
belakang. Sekali terbuka maka rok
terusan itu merosot turun hingga ke
pinggang, dan tampaklah buah
dadanya yang putih mulus dengan
berbalut bra satin biru tua, sungguh
kontras dengan kulitnya yang putih
mulus, menambah sexy tubuhnya.
Ciumanku mulai mendarat di leher
jenjangnya, tanganku tidak pernah
lepas dari dada Diana. Dia hanya
menggelinjang dan mendesah ketika
lidahku menjelajahi lehernya, terus
turun hingga bahu dan berputar di
sekitar dada. Dinginnya udara puncak
tidak dapat mengusir panasnya birahi
kami berdua. Diana menjambak
mesra rambutku ketika putingnya
kukeluarkan dari bra-nya dan
kupermainkan dengan lidahku, sambil
tanganku mulai menyelinap di balik
roknya dan menjelajah di sekitar
pangkal pahanya yang masih tertutup
celana dalam halus. Terasa lembab
dan basah di antara pahanya.
“Sshh.. agh..!” desahnya di dekat
telingaku sambil sesekali mengulum
daun telingaku, membuatku kegelian
dalam kenikmatan.
Akhirnya dengan sekali sentil di kaitan
bra, maka terlepaslah bra dari tempat
semestinya. Kini terpampang tepat di
wajahku kedua belahan buah dada
yang putih montok dengan puting
yang kemerahan, sungguh indah dan
menantang untuk diremas dan
dikulum. Maka segera kudaratkan
bibirku di antara kedua bukit itu dan
kembali lidahku menjelajahi kulit
mulus itu terus mendaki ke puncak
bukit.
Kuputar-putar jilatanku di sekitar
putingnya sebentar, lalu kukulum
putingnya dan kusedot dengan gigitan-
gigitan ringan nan nakal. Diana makin
menggelinjang, pantatnya mulai
digoyang-goyangkan di pangkuanku,
sehingga menekan dan menggesek-
gesek kemaluanku yang sudah
menegang. Tangan kiriku sudah
masuk di balik celana dalamnya yang
basah. Mulanya satu jari masuk ke
liang vaginanya, kemudian dengan
dua jari kukocok vaginanya sambil
kusedot kedua putingnya secara
bergantian.
“Aaghh.. yess.. yaa.. truss.. sshh..!”
desahnya makin kencang tidak perduli
dengan suasana sekitar, bahwa kami
masih di teras villa.
Goyangan pantatnya makin kencang
seirama kocokan jariku di vaginanya.
Kemudian dia berdiri, dengan
sendirinya roknya merosot ke bawah,
hingga tinggal celana dalam yang
masih menempel, sekali tendang
terlemparlah rok itu entah kemana.
“Nggak adil, aku sudah hampir
telanjang horny tapi kamu masih
lengkap.” katanya sambil melepas
kaosku dan langsung jongkok di
depanku.
Dibukanya celanaku dan
dikeluarkannya alat kebanggaanku
dari sarangnya.
“Aku rindu batang besar ini..!” katanya
sebelum bibirnya mungilnya
menyentuh ujung kejantananku yang
menegang.
Ujung kejantananku sudah basah,
lidah Diana menari-nari di lubangnya
sambil tangannya mengocok
batangnya. Kepala kejantananku
sudah berada dalam kuluman mulut
manisnya, sementara tangannya
menjelajah ke bawah ke kantong
bola, dan tangan satunya memilin
ringan putingku. Aku begitu
terangsang dan kelojotan kenikmatan
dibuatnya.
Kupegang kepalanya dan
kugoyangkan pinggulku sehingga aku
dapat mengocok mulutnya dengan
kejantananku. Meskipun Diana tidak
dapat mengakomodasi semua
kejantananku yang 17 cm panjang
dan 4 cm diameter, tapi dia cukup
memberi rangsangan dengan
menggoyang-goyangkan kepala saat
kukocok mulutnya. Diana seperti
kewalahan menghadapi kocokanku di
mulutnya. Kuangkat tubuhnya, kutarik
celana dalamnya ke bawah hingga
terlepas lalu kutelentangkan di meja
teras tubuh telanjangnya.
Baru kali ini aku dapat melihat dengan
jelas tubuh telanjang Diana, begitu
putih mulus dan padat berisi, sungguh
beruntung Erwin mendapatkan istri
Diana dan sungguh beruntung aku
dapat ikut menikmati tubuh indah dan
seksinya. Aku jongkok di antara
pahanya, kucium aroma khas dari
vaginanya yang sudah basah, kembali
kumasukkan jariku ke liang vaginanya
sambil kujilati klitorisnya yang merah
mudah dan dikelilingi rambut halus
tipis di sekelilingnya.
Diana menarik rambutku dan
memaksanya untuk masuk lebih
dalam lidahku ke vaginanya. Jilatan
lidahku langsung menelusuri bibir
vaginanya hingga akhirnya mengganti
kocokan jari tangan dengan kocokan
dan jilatan lidah di vagina basahnya.
Diana kembali mendesah atau lebih
tepatnya teriak histeris dalam
gelombang kenikmatan. Tidak mau
‘menyiksa’-nya lebih lanjut, maka aku
berlutut dan mengatur posisiku di
antara kakinya yang kurentangkan
terbuka lebar. Karena aku masih ingat
pada pertemuan terakhir, lubang
vagina Diana terlalu sempit untuk
ukuran kejantananku, hingga dia
menjerit pada saat awalnya.
Dengan perlahan kuusap-usapkan
kepala kejantananku di bibir
vaginanya. Aku tidak mau terlalu
bernafsu untuk segera memasukkan
ke dalam, karena itu akan membuat
dia kesakitan. Setelah kurasakan
cukup, perlahan kudorong
kejantananku masuk sedikit demi
sedikit sambil menikmati expresi di
wajah cantik Diana ketika menerima
kejantananku di vaginanya yang
sempit. Kulihat dia menggigit bibir
bawahnya yang mungil dan
tangannya meremas pinggiran meja.
Aku menghentikan sesaat doronganku
untuk memberi dia kesempatan
bernapas, kemudian kulanjutkan
untuk membenamkan sisa dari batang
kejantananku di vagina Diana. Setelah
semua masuk, kudiamkan sejenak
untuk kembali menikmati expresi
wajah Diana yang memerah dalam
kenikmatan.
“Sshh.., yess.., lakukan dengan pelan..!”
katanya pelan bercampur desahan.
Perlahan kutarik kejantananku keluar
dan memasukkan lagi dengan pelan,
semakin lama semakin cepat hingga
aku dapat mulai melakukan kocokan-
kocokan ke vaginanya.
“Yess.. ya.. ouugghh.. yess.. good.. I
love it.. I like it.. I miss it..!” desahnya.
Tangan Diana sekarang meremas
kedua buah dadanya sendiri yang dari
tadi bergoyang-goyang mengikuti
goyangan atas kocokanku. Dipilinnya
sendiri kedua putingnya sambil tetap
mendesah dan mengerang dalam
kenikmatan birahi. Kunaikkan kedua
kakinya ke pundakku, sesekali kujilat
dan kukulum jari-jari kakinya sambil
mengocok vaginanya, Diana makin
menggelinjang.
“Ougghh.. sshhit.. aaku..” belum
sempat dia menyelesaikan
desahannya, kulihat tubuhnya
menegang dan kurasakan denyutan
dan remasan dari dinding vaginanya.
Kemudian tubuhnya terkulai lemas di
atas meja teras, aku masih belum
menyelesaikan hasratku, bahkan
belum separuhnya terpenuhi.
“Udah Hen, istirahat dulu, aku udah
keluar, enaak banget, lemes nih..!”
katanya memelas padaku.
Tidak kuperdulikan permintaannya,
kocokanku makin kutingkatkan
frekuensinya. Diana melotot padaku,
tapi jadi tambah cantik dan lebih
menggairahkan.
Kemudian kutelungkupkan tubuhnya
di atas meja dan kakinya berlutut di
lantai, aku masih ingin menikmati anal
sex padanya tapi belum kesampaian.
Kulakukan seperti yang dilakukan
dengan suaminya di Singapore tempo
hari, dimana dia mendapatkan double
penetration denganku di vagina dan
suaminya di anal.
Kuusapkan kejantananku yang basah
di analnya, tapi Diana menolak, dia
membimbing kejantananku ke
vaginanya. Maka tanpa menunggu
lagi, kusodokkan kejantananku
dengan keras ke vaginanya.
“Aauugghh.. yess..!” dia menjerit kaget,
tapi terus berlanjut dengan
kenikmatan.
Kupegangi pantatnya dan kutarik
maju mundur seirama dengan
kocokanku. Dengan posisi seperti
doggie style, penetrasi kejantananku
di vaginanya dapat masuk ke dalam
dan kurasakan kepala kejantananku
menyentuh seperti rahimnya.
Kocokanku semakin lama semakin
keras menghantam dinding vaginanya,
kuputar-putar pantatku untuk
memberikan gairah erotik pada Diana.
Kedua tangan Diana kupegang dan
kutarik ke belakang, kini dia
bergantung pada tangannya yang
kupegangi. Tidak lama kemudian
kepalanya digoyang-goyangkan
pertanda dia kembali mengalami
orgasme hebat, tapi tetap aku tidak
mau menghentikan kocokanku. Aku
kembali duduk di kursi, Diana kutarik
ke pangkuanku. Perlahan dia
menurunkan pantatnya sehingga
kejantananku melesak mulus masuk
ke vaginanya.
Kini giliran dia ambil kendali. Diana
mulai menggoyang goyangkan
pantatnya, sehingga kejantananku
terasa dipelintir di dalam vagina.
Kusedot dan kupermainkan puting
buah dadanya yang bergoyang-
goyang di depan wajahku. Diana
kembali mengimbangi permainan ini
dengan posisi seperti itu dia bebas
berkreasi, baik bergoyang maupun
turun naik, ganti aku yang dibuat
kelojotan olehnya. Dari expresi
wajahnya aku yakin dia sudah
orgasme untuk kesekian kali dengan
posisi seperti ini. Dia sungguh
menikmati posisi seperti ini.
Aku sudah hampir sampai di puncak
kenikmatan ketika tiba-tiba kudengar
bunyi klakson mobil dari luar pagar,
tentu saja mengganggu kenikmatan
dan konsentrasi kami berdua.
“Sialan..!” gumanku karena puncak
yang sudah hampir terengkuh buyar
begitu saja.
Diana hanya tertawa menggoda
mendengar gerutuanku, tentu saja dia
sudah mendapatkan puncak
kenikmatan birahi beberapa kali
sementara aku belum. Dia segera
turun dari pangkuanku. Dengan tetap
telanjang kemudian lari menuju pintu
pagar yang tinggi dan tertutup fiber,
lalu membukanya. Masukklah mobil
Mercy Erwin ke halaman vila.
www.ceritakita.hexat.com
Setelah parkir di sebelah mobilku,
Erwin dan Lily keluar dari mobil.
Kulihat sepintas Lily menenteng celana
dalam dan bra yang aku masih ingat
tadi dipakainya sebelum berangkat.
“Apa yang telah mereka lakukan
tadi..?” pikirku.
Belum sempat berpikir lebih lanjut,
Erwin menyapaku duluan, “Wah wah
wah.., rupanya kalian sudah mulai dan
tak sabar menunggu kedatangan
kita..?”
Diana sudah langsung menceburkan
diri ke kolam renang di samping teras.
Dengan telanjang tenang saja dia
berenang. Aku tidak dapat mengikuti
dia berenang karena memang aku
tidak dapat berenang, tidak seperti
istriku yang hampir tiap minggu
berenang.
Ketika Erwin dan Lily sampai di teras,
kutarik lengan istriku, kupeluk dan
kucium lehernya. Bau sperma masih
menyengat dari wajahnya.
“Aku ingin menyelesaikan permainan
yang kamu ganggu tadi.” kataku
sambil meremas buah dadanya yang
ternyata memang sudah tidak
memakai bra.
“Tanya dulu sama dia, bukankah kita
sudah sepakat..?” kata istriku
menggoda sambil menoleh ke Erwin
yang masih berdiri di belakangnya.
Erwin hanya tersenyum, “Boleh.., tapi
setelah aku selesai dengan dia.”
jawabnya kalem, tapi tidak terlalu
kuhiraukan.
Tanganku meremas pantatnya,
kembali kurasakan kalau istriku sudah
tidak memakai celana dalam di balik
rok mininya, berarti Erwin sudah
selesai dengan istriku, pikirku. Kembali
aku mencium istriku, Erwin
mendatangi istriku dari belakang,
disibakkannya roknya ke atas hingga
tampak pantat istriku yang telanjang.
Erwin mengeluarkan kejantanannya
tanpa membuka celana dan bajunya,
hanya membuka resluiting celana. Dia
mengusap-usapkan kejantanannya di
pantat istriku yang kemudian
mencondongkan tubuh dan
mengangkat kaki kanannya hingga
memudahkan Erwin untuk
memasukinya dari belakang dengan
tanpa melepas ciumannya dariku.
Lily istriku sedikit tersentak dan
mendongak ke atas pertanda Erwin
sudah berhasil membenamkan
kejantanannya ke vaginanya. Sambil
tetap memeluk tubuhku, istriku
menerima kocokan Erwin dari
belakang, sementara Erwin
memegang pinggul istriku untuk lebih
menghunjamkan kejantanannya lebih
dalam di vagina. Istriku mulai
mendesah kenikmatan di telingaku
saat menerima kocokan ganas dari
Erwin. Sodokan dan hentakan Erwin
dapat kurasakan dari pelukan istriku.
“Yeah.. uugghh.. yess..!” desah istriku
makin keras di telingaku sambil
tangannya mulai mengocok
kejantananku yang masih basah dari
sisa Diana.
Aku mengimbangi dengan remasan-
remasan di dadanya dan jilatan di
leher, kocokan tangannya semakin
keras sekeras sodokan Erwin
padanya. Kulepas kaosnya dan rok
mininya lewat atas, Erwin juga
mengikuti melepas baju dan
celananya hingga telanjang, karena
dia juga sudah tidak bercelana dalam,
maka itu dilakukan tanpa melepaskan
kejantanannya dari vagina istriku.
Kini kami semua sudah telanjang
bulat. Dan permainan diteruskan, kami
main bertiga dengan Erwin sebagai
leader karena dia sebagai ‘owner’ dari
istriku saat ini dan aku adalah ‘guest
of honornya’. Dan aku harus terima
kenyataan ini karena saat ini
sebenarnya ‘haknya’ Erwin atas istriku
dan sebaliknya ‘hakku’ atas istrinya.
Sepintas kulihat Diana melihat
permainan kami dari kolam renang,
dia menikmati pertunjukan dimana
suaminya sedang mengocok istriku di
hadapanku. Tentu nanti akan terjadi
sebaliknya, pikirku.
Lily membungkukkan badannya, kini
kepalanya sejajar dengan
kejantananku dan siap mengulumnya,
ketika Erwin makin mempercepat
tempo permainannya. Kami bergeser
ke meja, istriku telentang di atas meja
dan Erwin mengambil posisi di antara
kakinya, aku mendekatkan
kejantananku ke mulutnya yang
segera disambutnya dengan kuluman
ganas. Dengan sekali sodok ke vagina,
melesakklah kejantanan Erwin
kembali ke vagina istriku, dan
langsung memompa dengan cepat.
Tangannya meremas-remas kedua
buah dada istriku sambil memilin
putingnya dengan ringan.
“Uugghh.. eemmpphh.. eerrhh..!”
desahan istriku yang tertahan keluar
di sela kulumannya.
Ketika aku hampir memuncak, Erwin
menarik kejantanannya dan
menggeser ke posisiku untuk bertukar
tempat, segera kami berganti posisi.
Seperti halnya Erwin, dengan sekali
sodokan keras kulesakkan
kejantananku ke vagina istriku.
“Aauugg.. sshhitt..! Pelaan doong..!”
teriak istriku sambil melepas
kulumannya pada kejantanan Erwin.
Aku lupa kalau kejantanan Erwin
tidak sebesar punyaku, sehingga
istriku terkaget menerima sodokan
kasar itu. Tapi tidak lama kemudian
dia sudah dapat menguasai diri dan
mengikuti irama kocokanku yang
semakin cepat dan keras.
Tidak lama kemudian Erwin
menyemprotkan spermanya di mulut
istriku, Lily seolah menikmati aroma
rasa sperma dan menjilati sisa di
kejantanan Erwin hingga bersih. Tidak
lama kemudian kocokanku makin
keras dan tidak beraturan, dan
menyemprotlah spermaku di vagina
istriku bersamaan dengan dia
mengalami orgasme. Aku segera
menarik keluar dan menyodorkan ke
mulutnya, kembali dia menjilati sisa
sperma yang ada di kejantananku
hingga bersih.
Kucium kening istriku dan kami bertiga
menuju ke kolam renang untuk
bergabung dengan Diana yang dari
tadi menikmati pertunjukan
threesome kami. Erwin, Diana dan Lily
langsung menceburkan diri ke kolam,
sementara aku hanya duduk di kursi
samping kolam melihat mereka
bertiga mandi telanjang.
Tidak lama kemudian kunikmati
pertunjukan bagaimana Erwin
menikmati istriku di kolam renang. Lily
duduk di tepi kolam renang,
sementara kepala Erwin sudah di
antara kedua kakinya menikmati
nikmatnya aroma vagina istriku. Tanpa
menghiraukan dinginnya udara sore,
istriku lalu mencebur ke kolam,
mereka langsung berciuman dalam air.
Dari bayangan air yang tidak terlalu
jelas, sepertinya Erwin menggendong
istriku secara berhadapan dan kaki
istriku menggapit pinggangnya.
Mereka kembali ‘in action’, Erwin
mengocok istriku dari depan sambil
menggendongnya, karena di air maka
tubuh istriku dengan mudahnya di
angkat naik turun hingga semua
kejantanannya masuk ke vaginanya
bercampur dengan air kolam. Aku
tidak dapat memperhatikan mereka
lebih lanjut karena Diana sudah
mendatangiku dan mulai menciumi
punggungku. Kemudian aku terlalu
sibuk menikmati Diana hingga tidak
memperhatikan permainan mereka
lebih lanjut.
Sebelum malam tiba kami telah
menyelesaikan satu ronde di sekitar
kolam renang, tapi aku masih
penasaran karena belum merasakan
kuluman Diana saat aku orgasme dan
belum berhasil mendapatkan anal
darinya.
Setelah makan malam, kami semua
duduk di sofa ruang tengah sambil
nonton VCD, pakaian yang kami
kenakan hanya untuk sekedar
mengusir dingin, tapi tetap membikin
horny yang melihat, seminim mungkin
pakaiannya, bila perlu tidak usah
kalau tidak kedinginan. Istriku
bercerita kenapa mereka terlambat
datang. Dengan tenangnya dia duduk
di samping Erwin, dia mulai bercerita.
“Kami sengaja jalan dulu ke Pasar
Cipanas untuk mencari VCD porno di
kaki lima pasar. Ketika menuju vila
melewati jalanan setapak itu, kami
menghentikan mobil di tepi jalanan
yang sepi, karena jalan tersebut
memang hanya menuju vila ini.
Mulanya kami berciuman saja dan
saling meraba, tetapi keadaan
bertambah panas, maka pindah ke jok
belakang. Erwin kemudian
menyingkap rokku dan melepas
celana dalamku lalu diikuti dengan
melepas bra. Di jok belakang kami
berciuman sambil tangan Erwin
mengocok vaginaku hingga basah, lalu
Erwin jongkok di depanku dan
mengeluarkan kejantanannya.
Ternyata dia sudah tidak memakai
celana dalam, dengan mengangkat
kakiku di pundaknya, dia
memasukkan kejantanannya yang
sudah mengeras ke vaginaku dan
mulai mengocok dan menyodok. Mobil
terasa bergoyang-goyang mengiikuti
irama goyangan Erwin. Kemudian
Erwin duduk di jok dan aku di
pangkuannya, sekarang aku yang
menggoyang-goyang di pangkuan
Erwin dan mobil kembali bergoyang.
Tidak lama kemudian Erwin
menyemprotkan spermanya ke
vaginaku, dan segera aku turun dari
pangkuannya, kemudian kukulum
kejantanannya hingga sisa sperma
yang ada tak berbekas lagi karena
sebagian sudah masuk ke mulut dan
sebagian lagi di sapukan ke muka,
leher dan dadaku. Makanya kami
datang terlambat dan tubuhku tercium
aroma sperma.” cerita Lily pada kami.
Selama dua hari menginap kami
berempat melakukan pesta sex hingga
kepulangan balik ke Jakarta. Banyak
kombinasi sex dan variasi yang kami
lakukan, meskipun Diana seorang bi-
sex, tapi karena istriku straight, maka
kami tidak dapat menikmati
permainan lesbi show.
Variasi aku bermain dengan Diana dan
Istriku, sementara Erwin hanya
melihat sambil memegangi sendiri
kejantanannya yang akhirnya
dikeluarkan di mulut salah satu Diana
atau istriku, begitu sebaliknya. Dan
juga bagaimana kami berdua, aku dan
Erwin, secara bergantian mengeroyok
Diana kemudian ganti mengeroyok
istriku. Atau di ranjang yang sama
kami main dengan pasangan masing-
masing (bukan istri), kemudian
berganti ke istri masing-masing tiap 5
menit dan kembali lagi ke
pasangannya, yang keluar duluan jadi
pononton. Atau siapa saja boleh
melakukan terhadap istri/suami siapa
saja dimana saja kapan saja asal dia
mau.
Sepertinya kami berada di surga
dunia, yang hanya berhenti bermain
sex apabila saatnya makan tiba.
Banyak yang kami lakukan bersama-
sama, baik di ranjang, ruang tamu,
kolam renang, taman, sambil makan
atau bahkan di mobil. Tapi dari semua
itu yang paling berkesan adalah ketika
kami bermain sex dengan istri masing-
masing di ruang tamu. Aku lagi
mengocok istriku dengan doggie style
di kursi sementara Diana duduk di
pangkuan Erwin dengan posisi
membelakangi suaminya di kursi sofa
yang sama.
Ternyata mereka melakukan anal.
Sambil mengocok istriku dari
belakang, kuremas-remas buah dada
Diana. Kulihat Diana menggosok-gosok
klitorisnya dengan jari tangannya
ketika menggoyang kejantanan Erwin
yang tertanam di anusnya. Beberapa
saat kemudian kukeluarkan
kejantananku dari vagina istriku,
kudekati Diana dari depan dan kucium
bibirnya. Dia mengocok kejantananku
dengan tangannya sambil tetap
bergoyang di atas pangkuan
suaminya, kemudian kudekatkan
kejantananku ke tubuhnya,
kuusapkan ke daerah sekitar vagina,
dia menghentikan gerakannya.
Perlahan kudorong masuk
kejantananku ke vaginanya yang
terasa begitu sempit karena dinding
vaginanya terdorong oleh kejantanan
Erwin dari anus. Kuangkat kaki
kanannya untuk memudahkan
menembus vaginanya. Liang Vagina
Diana jadi begitu sempit, dengan
kesabaran dan pelan-pelan akhirnya
aku dapat membenamkan seluruh
kejantananku di vagina Diana. Kini dia
menerima dua kejantanan di kedua
lubangnya. Terlalu sulit bagi Diana
maupun suaminya untuk bergoyang,
maka aku lah yang mendapat
kewajiban mengocok vaginanya.
Dengan satu goyangan dariku, baik
Erwin maupun istrinya merasakan
sensasi yang luar biasa. Kurasakan
ganjalan kejantanan Erwin di dinding
vagina istrinya saat aku mengocok
keluar masuk. Sementara istriku
mendekat ke arah Erwin dan mereka
berciuman ketika aku mengocok
vagina istrinya.
Tidak lama kemudian kurasakan
denyutan pada dinding vagina Diana
diikuti erangan keras dari suaminya.
Ternyata Erwin menyemprotkan
spemanya di anus istrinya, kuteruskan
kocokanku. Sebenarnya aku berniat
untuk mengganti posisi Erwin di anus
Diana, tapi dia tidak mengijinkan.
Setelah Erwin mengeluarkan
kejantanannya dari anus istrinya,
maka aku pun mengeluarkan dari
vaginanya dan kembali berpaling ke
istriku yang dari tadi memperhatikan
aksi kami.
Setelah cukup lama aku mengocok
istriku dengan berbagai posisi dan
disaksikan suami istri Erwin-Diana,
akhirnya aku mengalami orgasme.
Kusodorkan kejantananku yang baru
menyemprotkan sperma di vagina
istriku ke mulut Diana yang lagi duduk
di sebelah suaminya. Tanpa ragu
disambutnya dengan penuh hasrat.
Itulah variasi yang paling berkesan.
Kami memang sering melakukan
acara seperti ini, terutama dengan
pasangan yang usianya sebaya
dengan kami. Just for fun dan sekedar
mencari variasi dari pada selingkuh di
belakang pasangan kami masing-
masing. Lebih baik selingkuh ‘resmi’
seperti ini, paling tidak itu lah
pemikiran kami saat ini, dan kami
yakin banyak yang tidak setuju
maupun yang setuju.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT