CERITA DEWASA TERBARU PERAWAN PILIHAN OM TAUFIK

Taufik adalah adik kandung papahku yang dimana aku memanggilnya adalah om. Om Taufik ini adalah seorang wirausaha yang sangat sukses. Sejak dia ber-wirausaha sampai sekarang om sudah mempunyai sebuah rumah yang sangat mewah dan juga banyak mobil. Tapi dibalik kesuksesannya itu, diumurnya yang sudah menginjak 40 tahun itu, dia belum juga menikah. Aku sempet kasihan dengan nasib omku, namun mau gimana lagi. Mau kucarikan teman-temanku ya gak mungkin, karena kebanyakan temanku umurnya masih 25 tahunan.

Aku mengetahui semua cerita tentang omku itu dari papahku. Karena saat itu aku sedang liburan, maka aku disuruh maen kerumah omku Taufik. Selain hanya sekedar maen, papah juga ingin kedekatanku dengan omku itu tetap terjaga. Setelah berkemas-kemas, aku-pun langsung menuju rumah om Taufik.

Tiba dirumah om Taufik, aku disambut om dengan riang gembira, mungkin karena om kangen denganku yang sudah cukup lama gak maen rumahnya. Setelah dipeluknya, aku pun disuruh masuk kedalam rumahnya. Kulihat suasana rumah om sangat rapi sekali, yang menjadikanku bertanya pada om,
“Om, apa nanti ada acara dirumah??? kok rapi sekali gini” tanyaku
“Iya Wis, nanti aka nada tamu speseial yang datang kerumah, maka om menyiapkan segala sesuatunya agar terlihat perfect” jawab omku
Aku langsung berpikiran kalau tamu spesial omku ini pasti seorang wanita. Dan benar dugaanku, tak lama berselang, datanglah seorang wanita yang umurnya kutafsir sekitar 28 tahunan dengan baju yang sangat rapi tapi terlihat sangat seksi sekali. Lekuk tubuhnya terlihat melekuk sangat indah
sekali. Buah dadanya juga lumayan besar yang kukira sekitar 36B ditambah dengan pantatnya yang bulat menghiasi rok yang membalutnya. Sungguh aku langsung terpesona melihat kecantikan dan keseksian gadis itu.
Terus kupandangi wanita itu sebelum aku tau namanya dan ternyata wanita itu juga memandangiku. Hingga akhirnya omku mengenalkannya kepadaku dan kami-pun berjabat tangan dan dia mengenalkan dirinya dengan nama Reni. Sungguh sangat cocok sekali nama dengan perawakannya yang sangat menawan dan menggairahkan.
Setelah berkenalan, om kemudian mengajak kami untuk makan. Sambil makan Reni terus memandangiku. Aku takut kalau sampai omku tau aku merasa gak enak dengannya. Namun gak demikian halnya dengan Reni. Dia lebih sering memandangku, terutama saat aku berbicara,
kurasakan tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aku mulai berpikir jangan-jangan Reni lebih menyukaiku. Namun aku gak dapat berharap banyak, soalnya bukan aku yang hendak dijodohkan. Namun aku tetap saja memandangnya saat dia sedang berbicara,
kupandangi dari ujung rambut sampai ujung kaki, rambutnya panjang, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, payudaranya juga menyembul yang membuatku semkain lama semakin nafsu melihatnya.
setelah amakan selesai, gak terasa hari sudah mulai malam. Lalu sebelum pulang, omku mereka makan disebuah restoran mewah didekat rumahnya. Saat sampai diresto tersebut, aku langsung pergi ke kamar mandi dulu karena aku sudah kebelet. Sebelum aku menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Yang ternyata adalah Reni.
“Eeeehhh…ada apa Ren???” tanyaku
“Gak ada papa kok, aku Cuma pengen kasih kartu namaku, besok jangan lupa telpon aku, ada yang mau aku omongin, oke?” jawabnya
“Kenapa enggak sekarang aja???” tanyaku lagi
“Jangan, ada ommu, pokoknya besok jangan lupa telpon aku” ujarnya
Setelah acara makan malam itu, aku pun pulang kerumah dengan seribu satu pertanyaan diotakku, apa yang mau diomongin sama Reni sih. Namun aku gak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aku bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.
keesokan harinya ketika istirahat makan siang, aku meneleponnya dan bertanya langsung padanya.
“Eeehhh…apa sih yang mau kamu omongin, aku penasaran banget niiih??” tanyaku
“Eee, penasaran ya Wiiss???” balasnya
“Iya lah, ayo dong buruan!” suruhku yang semakin penasaran
“Eh, santai aja lagi, napsu amet sih kamu” balas Reni
“Baru tahu yah, nafsu aku emang tinggi” balasku
“Nafsu yang mana nih?” Reni Nampak seperti memancingku
“Nafsu makan donk, aku kan belum sempat makan siang” jawabku dengan candaan
Aku sempat emosi juga rasanya, sepertinya dia tidak tahu aku ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aku sambil makan dapat sekaligus main internet ditempat kerjaku, karena waktu itu pasti bosku pergi makan keluar, jadi aku bebas surfing diinternet, gratis lagi.
“Yaudah, aku cuma mau bilang bisa gak kamu keapartmentku sore ini abis pulang kerja, soalnya aku pengen ngobrol banyak sama kamu” ujar Reni
Aku tidak habis pikir, nih orang kenapa gak bilang kemarin saja.
“Kenapa gak kemarin aja siiih bilangnya?” tanyaku
“Karena aku mau kasih surprise buat kamu” kata Reni manja
“Alaaaahhh…gitu aja pake surprise segala, yaudah entar aku ketempat kamu, sekitar jam 6, alamat kamu dimana?” tanyaku
“Nih catet yah, apartment XX, lantai 5 , pintu no. 57, jangan lupa yah!” jawab Reni
“Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”
“Bye-bye Wis”
Sesudah telepon terputus, kemudian aku mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, kemudian pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aku menyentuhnya nanti, tetapi langsung aku berpikir tentang omku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti gak enak dengan omku. Kemudian aku pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, sudah waktunya nih, pikirku. Kemudian aku-pun mulai memacu mobilku ketempat Reni. Lumayan dekat dari tempat kerjaku. Sesampainya disana, aku pun langsung menaiki lift kelantai yang diberitahukan. Begitu sampai dilantai tersebut, aku pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.
Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah Ren..??”
Reni tersentak kaget “Wah aku kira siapa, pake tepuk segala”
“Kamu kan kasih surprise buat aku, jadi aku juga mesti kasih surprise juga buat kamu” ujarku
Kemudian dia mencubit lenganku “Nakal kamu yah, awas nanti!”
“Siapa takut, emang aku pikirin!” jawabku selewengan
“Ayo masuk Wis, santai aja, anggap aja rumah sendiri” kata Reni setelah pintunya terbuka
Saat aku masuk, aku langsung terpana dengan apa yang ada didalamnya, kulihat temboknya berbeda dengan tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dengan gambar-gambar
pemandangan diluar negeri. Reni sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Namun hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku.
Sambil aku berkeliling, Reni berkata “Mau minum apa Wis?”
“Apa aja deh, yang penting bukan racun” kataku bercanda
“Ooohhh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh” kata Renisambil tertawa
Sementara Reni sedang membuat minuman, mataku secara tidak sengaja tertuju pada rak DVD nya, saa kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film porno. Aku tidak sadar saat dia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk,
“Wis…kalo kamu mau nonton, setel aja langsung..!”
Aku tersentak saat Reni ngomong seperti itu.
“Apa aku gak salah denger nih..?” kataku
“Kalo kamu merasa salah denger, yah aku setelin aja deh sekarang..!” jawab Reni
Kemudian Reni-pun mengambil sembarang film lalu disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa dia gak tahu kalau aku ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberani ini.
“Duduk sini Wis, jangan bengong aja, kan udah aku bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Reni sambil menepuk sofa menyuruhku duduk
Lalu aku-pun duduk dan nonton disampingnya, lumayan lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aku-pun buka mulut,
“Eh Ren, tadi ditelpon kamu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?”
Reni gak langsung ngomong, Namun dia malah menggenggam jemariku, aku gak menyangka akan tindakannya itu, namun aku-pun tidak berusaha untuk melepaskannya. Agak lama kemudian baru dia ngomong, pelan sekali,
“Kamu tau Wis, sejak kemarin bertemu, kayaknya aku merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Wis, aku suka sama kamu.” Ujarnya lirih
“Namun kan kemarin kamu dikenalkan keomku, apa kamu gak merasa kalo kamu itu dijodohin keomku, apa kamu gak lihat reaksi omku kekamu..?” jawabku
“Iya, tapi aku gak mau dijodohin sama ommu, soalnya umurnya aja beda jauh, kupikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin keaku..?” jelas Reni sambil mendesah
“Aku sebenarnya juga suka sama kamu, namun aku gak enak sama omku, nanti dikiranya aku kurang ajar sama yang lebih tua” jelasku
Reni diam saja, demikian juga aku, sementara itu film semakin bertambah panas, tapi Reni gak melepaskan genggamannya. Kemudian secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan gak ada orang lain. Kemudian mulai kuusap-usap tangannya, kemudian dia menoleh padaku, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dengan pelan,
“Reni, aku cinta kamu”
Reni gak menjawab, namun memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, kamudian perlahan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Reni-pun kemudian membalasnya sambil memelukku erat-erat. Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba payudaranya, ternyata cukup besar juga. Reni menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada toketnya.
Kemudian aku berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, kemudian kuremas-remas toketnya yang masih terbungkus BH itu.
“Aaahh…buka aja BH-nya Wis, cepat.., oohh..!” desah Reni
Kucari-cari pengaitnya dibelakang, kemudian kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, dan cukup besar. Langsung kusedot-sedot putting susunya.
“Eeeeesshh..Oouuuhhh.. aduhh.. Wiiiss.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!” desah Reni
Setelah bosan dengan toketnya, kemudian kubuka seluruh pakaiannya sampai telanjang bulat. Reni juga tidak mau kalah, Reni juga melepaskan semua yang kupakai. Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. kemuhdian dia menarik tanganku menuju kamarnya, namun aku melepaskan pegangannya kemudina menggendongnya dengan kedua tanganku.
“Aaaoouuww Wiiss, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggeliat manja melingkari leherku
Sampai didalam kamar, perlahan kuletakkan Reni diatas ranjangnya, kemudian kutindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dengan mesranya sambil berpelukan erat. Kemudian mulutku mulai turun kepayudaranya, kujilat-jilat dengan lembut yang membuat Reni mendesah-desah nikmat. Gak lama aku bermain didadanya, mulutku perlahan mulai menjilati turun keperutnya, Reni menggeliat kegelian.
“Aduh Wis, kamu ngerjain aku yah, awas kamu nanti..!”
“Tapi kamu suka kan? Geli-geli nikmat..!”
“Udah ah, jilati aja vaginaku Wis..!”
“Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”
Langsung saja kubuka pahanya lebar-lebar, dan tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat itilnya yang sebesar kacang kedele. Nadine menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar seakan-akan gak mau kalah dengan permainan lidahku ini.
“Oohh…Eesshh…Aaaouuw…Uuuhh…teeruss.., lebih dalemm, oohh.. nikmat sekali..!” desah Reni
Cukup lama juga aku bermain di itilnya sampai-sampai terlihat banjir disekitar memeknya.
“Wis, masukkin aja k0ntolmu kelobangku, aku udah enggak tahan lagi niiiih..!” pinta Reni
Dengan segera kuposisikan diriku untuk menembus memeknya, namun saat kutekan ujung k0ntolku, ternyata gak mau masuk. Aku baru tahu ternyata Reni masih perawan.
“Reni, apa kamu tidak menyesal perawan kamu kuambil..?” tanyaku
“Wis…aku rela kalau kamu yang ngambil perawanku, bagi aku didunia ini cuma ada kita berdua aja” jawabnya
Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk k0ntolku dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.
“Aduuuuuh sakit Wis…tahan dulu..!” kata Reni menahan sakit
Sejeanak aku-pun diam, kemudian kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menit kemudian dia terangsang lagi, kemudian tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang k0ntolku masuk semuanya kedalam memeknya.
“Pelan-pelan Wis, masih sakit nih..!” katanya meringis
Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat Reni mulai terangsang lagi. kemudian gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot putting susunya. Kulihat Reni sangat menikmati sekali permainan ini.
Gak lama kemudian Reni mengejang,
“Wiiisss… aa.. akuu.. mau keluuarr.., teruss.. terus.., aahh..!”
Aku pun mulai merasakan hal yang sama,
“Reeenn……aku juga mau keluar, didalam atau di luar..?”
“Keluarin didalem aja Sayang.. Oooohh.. Aaahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.
Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh.. sshh.. sshh.. sshh..” yang ternyata Reni sudah keluar, aku terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.
“Sshh.. aahh..” dan “Aagghh.. Crooooott..Crooooott..Crooooooootttttttt..!”
Kutekan pantatku hingga batang k0ntolku menempel kedasar liang kenikmatannya dan keluarlah pejuhku kedalam liang vaginanya. Saat terakhir spermaku keluar, aku-pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang k0ntolku dari memek Reni, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aku dapat melihat bagaimana penisku masuk kedalam mekinya yang dikelilingi oleh jembutnya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya.
“Sshh.. aahh..!” hanya desahan saja yang menjadi jawaban atas perlakuanku itu.
Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpelukan selama kira-kira satu jam sambil saling meraba. Kemudian Reni berkata kepadaku,
“Wis…mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Wis, aku sangat sayang padamu”
Sejenak aku terdiam, kemudian kubilang begini,
“Aku juga sayang kamu, namun kamu mesti janji gak boleh meladeni pamaku kalo dia nyari-nyari kamu” jawabku
“Oke boss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memeluku lebih erat
Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Gak hanya diapartmentnya, kadang aku datang ketempat kerjanya dan melakukannya bersama di kamar mandi, tentu saja setelah semua orang sudah pulang. Kadang Reni juga ketempat kerjaku untuk minta jatahnya. Katanya omku sudah gak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Reni ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, kemudian gak pernah dibalas Reni, mungkin akhirnya omku jadi bosan sendiri.
Aku dan Reni sering jalan-jalan ke Mall, untungnya gak pernah bertemu dengan omku itu. Sampai saat ini aku masih jalan bersama, namun saat kutanya sampai kapan mau begini, Reni gak menjawabnya. Aku ingin sekali menikahinya, namun sepertinya Reni bukan tipe cewek yang ingin punya keluarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aku dapat enaknya juga.

Related posts