Gay seks dengan Jim Buol
CERITA SEX GAY,,,,
Kenalkan, saya Robert Fullerton, fotografer yang sudah berpengalaman. Dari luar, saya terlihat seperti pria straight. Tampangku rapi, gayaku oke, dan pekerjaanku sukses sekali sebagai fotografer Men’s Health Amerika. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa saya doyan cowok! Kecuali, para pria yang pernah kuajak berhomoseks. Kebiasaanku dalam memotret memang unik. Baik dilakukan indoor maupun outdoor, saya tidak ingin diganggu, alias hanya saya dan model saja yang boleh berada di lokasi pemotretan. Ketika ditanya kenapa, saya beralasan bahwa dengan demikian saya baru bisa berkonsentrasi. Tak pernah ada yang menaruh curiga. Oleh sebab itu saya selalu dapat dengan leluasa merayu para model pria untuk berhomoseks denganku! Saya tahu, saya memang bejat 😉
Saya teringat pada ‘korban’ pertamaku. Namanya Jim Buol. Model yang satu ini nampak sangat segar dan bersemangat. Dari segi fisik, dia tidak berbeda dengan model pria lainnya: bertubuh kekar dan penuh otot. Yang pasti, Jim dapat merangsang kontolku. Susah sekali untuk tidak membayangkan nikmatnya bercinta dengannya. Saya ingat bagaimana seksinya dia saat pertama kali melangkah masuk hanya mengenakan celana tinju saja. Dada bidangnya nampak besar dari samping dengan kedua puting yang menonjol. Saat dia tersenyum padaku, rasanya saya ingin pingsan. Sungguh menawan hati. Saya mencoba untuk memikirkan cara untuk menjeratnya.
Keuntungan menjadi fotografer model fitness adalah saya bisa memiliki foto-foto model pria seksi dari segala sudut. Jim Buol memang fantastik. Tanpa canggung, dia berpose, memamerkan dadanya. Dada yang diinginkan oleh semua pria homoseksual, termasuk saya. Patuh sekali, Jim menuruti semua perintahku untuk berpose. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa saya senang akan tubuhnya secara homoseksual. Saya menyuruhnya untuk memamerkan otot bisepnya, punggung, dada, kaki, dan bahkan tonjolan di balik celananya. Saya tidak tahu apakah tonjolan itu karena dia sedang ngaceng ataukah karena kontolnya memang besar. Dan saya berniat untuk mencari tahu.
“Bagus sekali, Jim,” pujiku, mengganti isi film kameraku dengan yang baru.
“Sekarang kita akan mencoba hal yang berbeda.
Kepala redaksi memintaku untuk mengumpulkan beberapa foto seksi pria yang akan digunakan untuk artikel seks. Apakah kamu mau berpose sedikit lebih berani,” tanyaku, memancing-mancingnya.
“Tentu saja. Sudah tugasku untuk berpose di depan kamera. Saya hanya berharap bahwa kepala redaksi akan menyukaiku dan saya akan dipanggil untuk difoto kembali,” jawabnya, tersenyum. Astaga, senyumannya itu sangat seksi. Kontolku makin ngaceng!
“Baiklah. Sekarang lepas celana tinjumu,” perintahku, berpura-pura tidak terdengar terlalu antusias melihatnya bugil.
Tanpa ragu sedikit pun, Jim segera memerosotkan celananya. Dan apa yang kusaksikan sungguh mmebuatku terheran-heran. Kontolnya sudah ngaceng dari tadi! Dia ternyata ngaceng berat selama masa pemotretan. Kameraku menangkap bercak-bercak precum menempel di kepala kontolnya yang bersunat. Namun Jim nampak cuek dan asyik berpose dengan gayanya sendiri bak model porno.
Dengan sensual, dia mempertontonkan kontolnya dan lubang pantatnya. Saya jadi curiga dengan Jim Buol. Masa dia berpikir Men’s Health akan memuat foto-fotonya dengan pose panas seperti itu? Tapi saya senang sebab nampaknya Jim juga homoseksual sama sepertiku. Kontol ngacengnya yang dilumuri precum mengatakan semuanya.
“Tahu tidak?” kata Jim tiba-tiba seraya memilin-milin putingnya.
“Kamu seksi sekali, juga tampan.” Jim membalikkan badannya dan memamerkan otot punggungnya. Kedua belahan pantatnya yang penuh nampak seperti dua belahan bola.
“Kamu suka badanku?” tanyanya, sensual.
Saya tidak perlu memancing-mancingnya lagi. Saya sudah yakin akan homoseksualitasnya. Kutinggalkan kameraku dan saya mulai menelanjangi diriku. Jim Buol menatapku dengan penuh nafsu. Matanya mengikuti setiap gerakan tanganku saat saya sibuk melepaskan kemeja dan celanaku. Tanpa malu, saya juga mempertontonkan kontolku kepadanya.
Kontolku sudah ngaceng dari tadi dan berlumuran precum, tak sabar ingin dingentotin. Saya memang seorang bottom. Saya berusaha untuk mencari pria yang mau mengentotinku. Rasanya Jim Buol akan dengan senang hati menancapkan kontolnya ke dalam tubuhku sebab dia nampak sibuk menjilat-jilat bibirnya saat melihat tubuh telanjangku.
Jim maju sebentar lalu menarikku ke depan kamera. Di sana, Jim menciumiku dengan penuh hasrat. Hanya ada nafsu birahi murni, tak ada cinta. Masing-masing dari kami memang menginginkan one night stand saja, dan bukannya hubungan cinta berkepanjangan. Kupegangi kepalanya sambil kulumat bibirnya. Oohh.. Enak sekali bibir Jim. Untuk sesaat, saya cemburu berat dengan istrinya. Kubayangkan mereka berdua selalu menghabiskan malam mereka dengan seks panas. Jim kembali menciumku, namun kali ini kedua tangannya menjalar ke bawah. Sedetik kemudian, kurasakan tangannya sedang asyik mencoli kontolku.
“Aahh.. Oohh.. Aahh..” desahku saat jari-jari tangannya yang kasar menggesek kulit kepala kontolku.
Jim melepaskan bibirku lalu berjongkok menghadap kontolku. Saya tahu apa yang ingin dia lakukan berikutnya. Tanpa menghalangi niat baiknya itu, saya menyodorkan kontolku yang bercita rasa air mani. Jim langsung membuka mulutnya lebar-lebar dan menelan kontolku.
“Aahh..” erangku saat kepala kontolku dibungkus mulutnya yang hangat dan basah.
Sedotan Jim bertenaga dan keras. Sungguh nikmat. Sepertinya Jim sudah pernah menyepong kontol sebelumnya, sebab sepongannya terasa sangat profesional. Jangan-jangan, Jim berprofesi ganda, sebagai model fitness dan bintang porno homoseksual, pikirku.
“Aahh..” erangku lagi saat lidah Jim menggelitik bagian bawah kepala kontolku itu.
Kontolku berdenyut semakin keras dan hampir muncrat. Saya tak ingin berejakulasi dulu, maka Jim kudorong sampai kontolku terlepas dari mulutnya.
Jim kecewa namun segera kuhibur dengan menghisap balik kontolnya. Kini dia yang berdiri sementara saya sibuk menyepong kontolnya sambil berjongkok. Ah, nikmatnya menjadi fotografer. Bukannya sombong, tapi saya selalu berhasil ditiduri oleh semua model priaku 😉 Ya, benar: ditiduri, dan bukan meniduri. Ingat, saya ‘kan homoseksual bottom (pengen dingentot dan bukan mengentot). Dan untungnya, mereka semua pintar menjaga rahasia sehingga redaksi Men’s Health tidak pernah memecatku.
“Mm.. Mm..” SLURP! SLURP! Kontol Jim benar-benar terasa enak di mulutku.
Harus kuakui, semua kontol mempunyai rasa yang sama. Namun kontol Jim berbeda. Saya semakin giat menyedot kontolnya, berusaha menarik spermanya keluar. Jim harus ngecret!
Kulihat kedua puting Jim yang melenting di atas kepalaku sedang menganggur. Kebetulan nih, pikirku. Langsung saja kupelintir-pelintir kedua putingnya itu. Jim mengerang kesakitan dan tubuhnya menggeliat-geliat, namun dia tidak memprotes tindakanku. Malahan dia nampak menikmati. Tanpa ampun, putingnya kutarik lalu kuputar. Tarik dan outar lagi.
“AARRGGHH!!” erangnya. Dadanya yang lebar dan bidang itu terangkat-angkat, mencoba untuk menghirup lebih banyak udara.
“Aahh.. Oohh.. Enak banget.. Aahh.. Pelintir terus.. Aahh.. Sepong kontolku.. Aahh..”
Tiba-tiba kuperhatikan bahwa kedua bola pelernya terangkat pelan-pelan dan Jim nampak kehabisan napas. Saya tahu apa yang akan terjadi dengannya. Dia akan berorgasme.
“AARRGGHH!!” lenguhnya.
CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Banjir pejuh menyerbu masuk kerongkonganku. Langsung saja kutelan dengan penuh rasa syukur. Jim terus mengerang-ngerang sambil memegangi kepalaku keras-keras. Dia ingin kontolnya masuk sedalam-dalamnya agar orgasmenya lebih nikmat. CCRROOTT!
“AARRGGHH!! UUGGHH!! AAHH!! AARRGGHH!!” erangnya, tubuhnya kelojotan sampai titik pejuh yang penghabisan. Jim agak sempoyongan, letih sekali. Jadi kubiarkan dia beristirahat sejenak.
Jim terbaring kelelahan di atas lantai studio pemotretan. Lampu-lampu kamera yang dilengkapi payung pantulan masih menyoroti tubuh kami mulai membuat kami kepanasan setengah mati. Namun semakin kami berkeringat, semakin kami terangsang kembali. Kulihat tubuh Jim yang berkilauan dengan keringat itu. Ah, seksi sekali. Dadanya masih sibuk naik-turun.
Saya meraba-raba dadanya kembali dan kurasakan detak jantungnya. Jim mengerang keenakkan saat kuremas dadanya. Pria ganteng itu langsung duduk berdiri dan menciumiku dengan penuh nafsu. Bagus, dia sudah ‘on’ kembali dan siap beraksi.
“Entotin pantat gue,” kataku, menggaruk-garuk dadanya.
“Gue butuh kontol dan hanya loe yang bisa memberikannya. Ayo, cowok macho. Buktikan kejantananmu. Entotin gue,” desakku.
Dan Jim Buol pun meresponnya dengan bersemangat. Seperti singa kelaparan, dia mendorong tubuhku ke belakang dan saya pun terbaring tak berdaya di hadapannya. Jim menggerayangi seluruh tubuhku. Lidahnya sibuk menjilat-jilat setiap bagian tubuhku. Aahh.. Tangannya juga sibuk mencubiti kulitku. Saya menjadi semakin terangsang. Rupanya Jim Buol senang main kasar. Saya paling suka tipe pria kasar (bad boy) seperti dia.
“Oohh.. Aahh.. Oohh..” erangku.
Sebelum saya menyadari apa yang sedang dia lakukan, kedua kakiku sedang berada di punggungnya. Jim sudah tak sabar lagi rupanya. Tentu saja saya senang melihat kontolnya yang diposisikan tepat di depan lubang pembuanganku. Dan dengan sekali dorong, PLOP! Kontol Jim pun masuk! Maklum, lubang anusku memang sudah sering disodok kontol sampai saya sendiri tidak ingat sudah berapa banyak pria yang pernah menyodomiku. Namun, yang pasti banyak sekali.
“AARRGGHH!!” erangku saat Jim langsung tancap gas dan menggenjot pantatku tak karuan.
“UUGGHH.. OOHH.. AAHH.. OOHH.. AAHH..” Kontolnya yang besar dipompa keluar-masuk, berirama tetap.
Wajah Jim meringis-ringis, nampak keenakan. Napasnya yang panas serasa membakar wajahku.
“Aahh.. Aahh.. Aahh..” desahnya, bibirnya bergetar menahan kenikmatan. Kepala kontol Jim bergesek-gesek dengan dinding ususku.
“Aahh.. Gue suka anus loe.. Aahh, masih ketat.. Oohh.. Gue ngentotin loe.. Aahh.. Pantat loe milikku.. Aarrgghh..” Keringatnya jatuh menetes-netes ke atas tubuhku yang juga sudah berkeringat.
“Aahh..” Jim terangsang melihat kontolku yang tegang berdiri.
Baik sekali, Jim membantuku untuk mencoli kontolku. Jadi saya sedang menerima servis dobel: dingentotin kontolnya yang gede dan sekaligus dicoliin.
“Aarrgghh..”
Saya pun megap-megap, mengambil napas. Rasanya tak tertahankan. Orgasmeku mendekat dengan cepat sekali.
“AARRGGHH!!” teriakku. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Akhirnya saya ngecret juga.
Pejuhku tersembur ke atas bagaikan air mancur, mengenai tubuhku dan juga tubuh Jim. Rasanya agak panas saat pejuh itu mendarat di kulitku. Tubuhku menggelepar-gelepar dan meronta-ronta. Saat kontolku berdenyut tak karuan, lubang anusku ikut berdenyut. Dan denyutan anusku itu memicu orgasme Jim Buol.
“UUGGHH!!” Jim mengerang, mendorong pinggulnya ke depan.
CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Cairan surgawi miliknya pun tersemprot ke dalam tubuhku. Dengan cepat, pejuh Jim memenuhi setiap rongga tubuhku, menghangatkanku.
“AARRGGHH!! OOHH!! UUGGHH!! AAHH!!”
Kontolnya berdenyut-denyut dan setiap denyutannya dpat kurasakan dengan sangat jelas. Aahh, sungguh erotis sekali. Itu sebabnya saya paling suka kontol!! CCROOTT!! CCRROOTT!!
Jim menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuhku. Dadanya yang besar dan keras menimpa dadaku. Putingnya yang keras terasa menggesek-gesek putingku. Kami hanya berbaring di situ selama bermenit-menit sambil bernapas terengah-engah. Pejuh kami mengotori lantai studio, becek di mana-mana. Saat kami berdua pulih, Jim bangkit dan menciumiku lagi.
“Thanx,” katanya.
Sejak saat itu Jim kumasukkan dalam daftar model homoseksualku. Kapan pun saya gatal untuk dientotin, Jim bersedia untuk datang dan ‘mengobatiku’. Dan kapan pun dia ingin kehangatan anus lelaki, saya akan siap memberikannya. Jim Buol dan saya menjadi dekat sekali sejak saat itu, meskipun kami hanyalah partner homoseks saja. Satu-satunya model Men’s Health yang dapat menandingi keseksian Jim adalah Gregg Avedon. Tapi saya baru akan menceritakannya nanti saja, OK? ;),,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tamat