Cerita Dewasa Sex Swinger Dengan Boss

Cerita Dewasa Sex Swinger Dengan Boss – Waktu itu aku bekerja di sebuah perusahaan sudah yang ada di daerah Jakarta selama 4 bulan. Bos saya namanya Justine yang berasal dari USA umurnya 45 tahun dengan waktu yang cepat kami semua karyawan sudah kenal dekat dengan Mr. Rich biasanya dipanggil seperti itu. Hobi kita sama yaitu bermain golf perusahaan kami bergerak di bidang advertising katanya teman sekantor istri dari sibos cantik tubuhnya seksi kayak bintang Hollywood, karena aku belum pernah melihat istri si Bos, hanya meilhat fotonya yang terpampang di ruangannya.

Meja kantor saya memang aku desain dengan nyaman dan aku selipkan foto aku dan istriku Siska yang berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya.

Suatu hari Justine mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek, sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.

“Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Siska juga, sekalian makan malam”.

“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.

“Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu”.

Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Siska. Pada mulanya Siska agak segan juga untuk pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan tetapi setelah kuyakinkan bahwa Justine dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Siska mau juga pergi.

“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”.

“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan”.

“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas.

Kalau melihat Siska, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang, dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.

Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Justine yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku mengenakan kemeja batik, sementara Siska memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan tergerai tanpa hiasan apapun.

Sesampai di Apertemen no.1010, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang wanita bule berumur kira-kira 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.

“Oh Diko dan Siska yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Vely istrinya Justine”.

Ternyata Vely badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Justine. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.

“Hallo Mam.., kenalin, ini Siska istriku”.

Setelah Siska berkenalan dengan Vely, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sementara Justine mengajakku ke teras balkon apartemennya.

“Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani nggak kamu ngerjakan iklan itu”.

“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih, ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.

Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.

Senyum Justine segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.

“Eh Dik.., gimana Vely menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik.

“Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos.

“Seksi nggak?”.

“Lha.., ya.., jelas dong”.

“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Vely untuk kamu gimana?”.

Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu.

Sambil masih tersenyum-senyum, Justine melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin Siska dan Vely pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada saya.., aman kok!”.

Membayangkan tampang dan badan Vely aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue film.

Tapi dilain pihak kalau membayangkan Siska dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar, rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Justine telah melanjutkan dengan pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Siska sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.

Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh, maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat terangsang!”.

Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Justine.

“Kalau Vely sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.

Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan senjataku diisap mulut mungil Vely itu.

Kemudian lanjut Justine meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.

“Nanti minuman Siska aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”, saya agak terkejut juga, apakah Justine akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Vely? Wah kalau begitu tidak rela aku.

Aku setuju asal Vely mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Justine cepat-cepat menambahkan, “Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya,

“Oke, nanti kamu duduk di sebelah Vely ya, Siska di sampingku”.

Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Justine. Setelah makan malam selesai kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Vely kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar.

Melihat tanda-tanda itu, Justine mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Siska, “Sis.., mari duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Siska, Justine segera berdiri, menarik kursi Siska dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah.

Aku ingin mengikuti mereka tapi Vely segera memegang tanganku.

“Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”. Memang dari ruang makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Justine mulai bergerilya di pundak dan punggung Siska, memijit-mijit dan mengusap-usap halus.

Sementara Siska kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya terdengar desahan setiap kali tangan Justine yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit pundaknya.

Vely kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut, dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi panjang tersebut.

Terlihat tindakan Justine semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan kancing kemeja batik Siska hingga kancing terakhir. BH Siska segera menyembul, menyembunyikan dua bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya.

Kelihatan mata Siska terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga, “Apakah Siska telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Justine?, atau apakah Siska pingsan atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Justine?”.

Siska tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Siska seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan Justine dikulitnya dan ciuman nafsu Justinepun disambutnya dengan gairah.

Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung, aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Justine yang sedang duduk di sampingku.

Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok Vely, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya sedang mengerjai wanita mungil.

Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Vely yang mungil itu, “aahh..,aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.

Sementara itu di ruang sebelah, Justine telah meningkatkan aksinya terhadap Siska, terlihat Siska telah dibuat polos oleh Justine dan terbaring lunglai di sofa.

Badan Siska yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Justine.

Kemudian Justine menarik Siska berdiri, dengan Justine tetap di belakangnya, kedua tangan Justine menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Siska, photomemek.com yang dengan matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka.

Menunjukan Siska menikmati benar permainan dari Justine terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Justine berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Justine meremas-remas puting susunya, terlihat seluruh badan Siska yang bersandar lemas pada badan Justine, bergetar dengan hebat.

Saat itu juga tangan Vely telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan melepaskan bajuku sendiri.

Setelah Vely selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang.

Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Justine, tentu aku kalah jauh dan kalau aku langsung main tusuk saja, tentu Vely tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai teknik yang lain dari lain.

Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.

Kududukkan Vely kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya.

Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Vely berteriak-teriak keenakan dengan suara keras,

” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat bersamaan suara Siska terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah,

“Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat Justine pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Siska sekarang telah telentang di atas sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Justine sedang berjongkok diantara kedua paha Siska yang sudah terpentang dengan lebar.

Kepalanya terbenam diantara kedua paha Siska yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Justine sedang mengaduk-aduk kemaluan Siska yang mungil itu. Terlihat badan Siska menggeliat-geliat dan kedua tangannya mencengkeram rambut Justine dengan kuat. ‘’

Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Vely yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan dan dari mulutnya terdengar erangan,

“Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot penisku.

“Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Vely menekan ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia mencapai organsme.

Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh.

Ketika aku menengok ke arah Justine dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Siska kini telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi sofa, punggung Siska bersandar pada sandaran sofa.

Sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak Justine. Justine mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Siska yang telah terpentang lebar.

Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Justine yang terletak diantara kedua pahanya yang berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.

Terlihat Justine memegang penis raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan Siska yang sudah sedikit terbuka, terlihat Siska dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata Justine yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya.

Kedua tangan Siska kelihatan mencoba menahan badan Justine dan badan Siska terlihat agak melengkung, pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Justine pada bibir vaginanya.

Akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Siska dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Siska, sambil mencium telinga kiri Siska, terdengar Justine berkata perlahan,

“Siss.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Siska hanya menggeleng-geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap kearah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Justine itu dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan kengiluan.

Justine, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina Siska yang telah basah itu, biarpun kedua tangan Siska tetap mencoba menahan tekanan badan Justine.

Mungkin, entah karena tusukan penis Justine yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang over size, langsung saja Siska berteriak kecil,

“Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis, mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Siska yang mengangkang itu terlihat menggelinjang.

Kepala penis Justine yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Siska, kedua bibir kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Justine, sehingga belahan kemaluan Siska terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Justine itu.

Kedua bibir kemaluan Siska tertekan masuk begitu juga clitoris Siska turut tertarik ke dalam akibat besarnya kemaluan Justine.

Justine menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf.., Siss.., saya sudah menyakitimu.., maaf yaa.., Siss!”

“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih.., sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.

Siska mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungung Justine.

“Siiss.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Siska masih merasa sakit”, sahut Justine dan tanpa menunggu jawaban Siska, segera saja Justine melanjutkan penyelaman penisnya ke dalam lubang vagina Siska yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.

Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Siska, terlihat muka Siska meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.

Terdengar Justine bertanya lagi, “Siiss.., sakit.., yaa?”, Siska hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil kedua tangannya meremas bahu Justine dan Justine segera kembali menekan penisnya lebih dalam, masuk ke dalam lubang kemaluan Siska.

Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya.

Ketika penis Justine telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Siska, terlihat Siska telah pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Justine.

Akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa. Justine menekan lebih dalam lagi, kembali terlihat wajah Siska meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar,

Tetapi karena Siska tidak mengeluh maka Justine meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja, “Blees”, Justine menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan memepetin pinggul Siska rapat-rapat pada sofa.

Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Siska, “Aduuh”, sambil kedua tangannya mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke atas menahan tekanan penis Justine di dalam kemaluannya.

Justine mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina Siska sejenak, agar tidak menambah sakit Siska sambil bertanya lagi, “Siiss.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!”

Siska dengan mata terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang, “aagghh.., sakit!”, lalu Justine mencium wajah Siska dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat Justine bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Siska dalam pelukannya.

Tak selang lama kemudian terlihat badan Siska bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang, “Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki Siska bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada pantat Justine, Siska mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan.

Selang sesaat badan Siska terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Justine yang masih tetap berayun-ayun itu.

Aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.

“Dik.., ayo aku mau kamu”, suara Vely penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Vely sama dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan Vely masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Vely pada saat rudalku hendak menerobos masuk.

“Ly., kok masih rapet yahh”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos liang vaginanya. “Aagghh”, mata Vely terpejam, sementara bibirnya digigit.

Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Vely setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.

“Ahh.., ahh”, Vely makin keras teriakannya.

“Ayo Dik.., terus”.

“Enakk.., eemm.., mm!”.

Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Ly.., boleh di dalam..,yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.

“mm..”. Kaki Vely kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Vely juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya

“Nih.., Ly.., terima yaa”.

Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Vely dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Vely.

Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Vely, sementara cairan hangat maniku masih terus memenuhi rongga vagina Vely, tiba-tiba badan Vely bergetar dengan hebat dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya, “..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Vely juga mengalami orgasme dengan dahsyat.

Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa yang baru kami alami.

Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Vely. Dengan isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping Vely.

Kini kami menyaksikan bagaimana Justine sedang mempermainkan Siska, yang terlihat tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya dikerjain Justine, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Dia membantu kepala Siska bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut Siska. Kelihatan Siska telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh Justine, hal ini dilakukan Justine kurang lebih 5 menit lamanya.

Justine kemudian berdiri dan mengangkat Siska, sambil berdiri Justine memeluk badan Siska erat-erat.

Kelihatan tubuh Siska terkulai lemas dalam pelukan Justine yang ketat itu. Tubuh Siska digendong sambil kedua kaki Siska melingkar pada perut Justine dan langsung Justine memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Siska.

Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Siska terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Justine menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Siska terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Justine.

Kaki Siska terlihat merangkul pinggang Justine, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Justine. Justine berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Siska. Pantat Siska terlihat merekah dan tiba-tiba Justine memasukkan jarinya ke lubang pantat Siska.

“Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Justine, badan Siska terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan Justine. Suatu pemandangan yang sangat seksi.

Ketika Justine merasa capai, Siska diturunkan dan Justine duduk pada sofa. Siska diangkat dan didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Siska terkangkang di samping paha Justine dan Justine memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan Siska dari bawah.

Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Justine memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan Siska yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Justine menyentuh paha Siska.

Kedua tangan Justine memegang pinggang Siska dan membantu Siska memompa penis Justine secara teratur, setiap kali penis Justine masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis Justine. Mereka melakukan posisi ini cukup lama.

Kemudian Justine mendorong Siska tertelungkup pada sofa dengan pantat Siska agak menungging ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Justine akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi yang paling disukai oleh Siska.

Dari belakang pantat Siska, Justine menempatkan penisnya diantara belahan pantat Siska dan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vagina Siska dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua penisnya amblas ke dalam vagina Siska.

Jari jempol tangan kiri Justine dimasukkan ke dalam lubang pantat. Siska setengah berteriak, “aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Justine yang dahsyat itu. Badan Siska dicoba ditarik ke depan, tapi Justine tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Siska dan mengikuti arah badan Siska bergerak.

Siska benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Justine mencapai payudara Siska dan mulai meremas-remasnya.

Tak lama kemudian badan Siska bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar, “Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Siska mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Justine mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Siska, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan Siska dari belakang.

Sementara badan Siska bergetar-getar dalam orgasmenya, Justine sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam lubang kemaluan Siska, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vagina Siska ikut berputar-putar mengebor liang vagina Siska sampai ke sudut-sudutnya.

Setelah badan Siska agak tenang, Justine mencabut penisnya dan menjilat vagina Siska dari belakang.

Vagina Siska dibersihkan oleh lidah Justine. Kemudian badan Siska dibalikkannya dan direbahkan di sofa. Justine memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Siska ikut aktif membantu memasukkan penis Justine ke vaginanya.

Kaki Siska diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Justine. Justine terus menerus memompa vagina Siska.

Badan Siska yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Justine, yang terlihat oleh saya hanya pantat dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Justine.

Kadang-kadang terlihat tangan Siska meraba dan meremas pantat Justine, sekali-kali jarinya di masukkan ke dalam lubang pantat Justine.

Gerakan pantat Justine bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Siska, tiba-tiba, “Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak,

Justine menekan habis pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Siska ke sofa, sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Siska.

Justine terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan.

Mulai saat ini Justine mengerjai Siska dengan sangat brutal dan kasar. Siska benar-benar dipergunakan sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Justine menyakiti Siska, tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan Siska ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Siska atas apa yang dilakukan oleh Justine terhadapnya.

Justine mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Siska berjongkok diantara kedua kakinya, kepala Siska ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Siska sambil memegang belakang kepala Siska.

Pantat Justine terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Siska, sambil kedua tangannya mendekap badan Siska erat-erat. Dari mulut Siska terdengar suara keluhan, “Sssh.., sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.

Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Justine kemudian merebahkan diri di atas badan Siska yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina Siska. Siska melihat ke saya dan memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat.

Aku tidak bisa melihat ekspresi Justine karena terhalang olah tubuh Siska. Yang jelas dari sela-sela selangkangan Siska mengalir cairan mani. Kemudian Siskapun seperti kebiasaan kami membersihkan penis Justine dengan mulutnya, itu membuat Justine mengelinjang keenakan.

Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts