Cerita Dewasa Kisah Seseorang Yang Suka Tukar Menukar Pasangan Sex

 

Setelah aku posting beberapa pengalaman sex ku disatu situs sex, banyak lelaki yang kontal alamat imelku, aku bales saja satu persatu untuk membina kontak dengan mereka walaupun hampir semuanya ngajakin aku ngentot, minta fotoku lagi telanjang lah, lagi dientotlah. Dari semua yang kontak aku ada satu yang menarik perhatianku, namanya Adi dari Denpasar. Imelku dengan Adi selalu blak2an sehingga aku juga nulis apa adanya.
Adi malah ngirimi aku foto abg yang pernah dientotnya, namanya Susan. ceweknya cantil, toketnya besar dan jembutnya lebat. Yang menarik buat aku umurnya baru 17tahun, tapi kata Adi binalnya luar biasa kalo lagi dientot. Fotonya telanjang bulat dalam posisi telentang dan ngangkang sehingga semua ‘modalnya’ terpampang dengan jelas. Tanpa sengaja, foto Susan terlihat oleh mas Handi ketika aku diskusi dengan dia di kantorku. Mas Handi, customer yang akhir2 ini sering ngentotin aku, iseng buka2 komputerku, dan terlihat lah foto Susan yang sangat menantang itu. Dia nanya kepadaku, ini foto siapa. Aku jawab itu foto cewek abgnya chattinganku di Denpasar.
Dia dengan sangat bernapsu nyuruh aku kontak ke Adi apakah Susan bisa dia book, kalo bisa dia mau ke Denpasar sambil melihat peluar bisnis yang ada disana. Aku bilang ke dia, aku ikutan ya. Mas Handi gak keberatan kalo akupun ikut dengan dia, cuma dia mengatakan kalo Susan mau dientotnya, dia sebenarnya gak perlu aku, jadi aku harus cari kesibukan sendiri. Gak masalah buat aku kalo demikian, kan ada Adi yang bisa aku kontak, rasanya dia gak akan keberatan menemani aku selama ada di Denpasar. Ternyata jawaban Adi positif, Susan bersedia menemani mas Handi selama berasa di Denpasar. Mas Handi sangat bersemangat mengurus kepergian ke Denpasar. Akupun kontak Adi mengenai hal ini. Sampailah aku di Denpasar, sudah senja. Adi dan Susan menjemput kami di airport. Susan sangat menarik, dia make kemben dan celana jin yang ketat sehingga toketnya yang montok menyembul dengan jelas, demikian pula pantatnya yang membulat sangat memancing gairah mas Handi untuk segera mengentotinya. Dengan taksi, mas Handi segera memboyong Susan ke hotel yang sudah di booknya. Aku ditinggalkannya dengan Adi.
Adi orangnya cukup ganteng, tinggi besar dengan badan atletis. Adi mengajak aku dengan mobilnya untuk mencari makan malam. Sambil makan malam, Adi menceritakan siapa dirinya. Dia duren – duda keren tanpa anak – wiraswasta di Bali, seumur dengan mas Handilah. Aku bilang apakah aku haru manggil dia mas, jawabnya gak udahlah. Panggil Adi sudah cukup, gak usah formal. Habis makan dia nanya aku mau kemana lagi, jawabku aku ikut kemana dia membawaku. Malah kutambahi, Ines milik kamu selama di denpasar. Dia tersenyum mendengarnya. “Kalo begitu, kita ke villa aja ya”, katanya. “Vila? Diluar kota?” tanyaku. “Enggak kok, masih di dalem kota. Vila itu gak besar tapi punya private pool sendiri. Kamu bawa bikini gak”, jawabnya. “Bawa Di, daleman Ines juga model bikini semua, minim dan tipis sekali”, jawabku. Aku sudah tau kemana arah perkataannya. Dia cuma tersenyum saja dan mengarahkan mobilnya ke vila itu. Mobilnya langsung masuk ke garasi vila, rolling door garasi pun ditutup oleh petugas vila. Adi mengajakku turun dari mobil, aku membawa tasku dan Adi membawa tas yang berisi makanan dan minuman, mungkin juga pakaiannya. Vila itu cuma satu ruang, seperti kamar hotel, isinya ranjang besar, lemari pakaian, meja makan dari kayu dan lemari es kecil, di ruangan lain ada pantri kecil dan kamar mandi. Adi meletakkan makanan dan minuman yang dibawanya di meja pantri. Tersedia kompor gas dan peralatan masak sederhana di pantri itu. Yang menarik, keluar dari ruang vila ada tempat terbuka yang terlindung oleh tembok yang tinggi dan pepohonan yang sangat rindang, sehingga privacy sangat terjamin. Ada pool kecil, semacam whirlpool untuk berendam, dan ada gazebo yang berisi sipan tanpa matras. Disamping dipan ada meja kecil untuk meletakkan makanan, minuman dan peralatan kecil lainnya. “Tempatnya nyaman ya Di”, kataku. Adi hanya tersenyum, kemudian dia masuk ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dia hanya mengenakan celana pendek yang gombrong, dia menuju ke gazebo sambil membawa matrasnya. Matras diletakkan di dipan dan dia berbaring sambil membuka coca cola kaleng dan meminumnya. “Ayo Nes, pake dong bikininya, mau pake daleman bikini kamu juga gak apa”, ajaknya. Aku segera melepaskan pakaian luarku, tinggallah aku berbalut bra tipis model ikatan dan g string yang juga tipis. Aku keluar ruang menuju gazebo. Adi membelalak melihat pemandangan indah yang sedang mendekatinya. “Nes kamu napsuin banget”, katanya. Aku duduk disebelahnya, segera aku ditariknya hingga terbaring disebelahnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibirnya yang langsung mencium bibirku dan melumat. Aku tergagap sesaat sebelum aku membalas lumatannya. Aku merasakan lidahnya menyusup ke dalam mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidahnya menari-nari di mulutku. Napsuku naik. Sambil melumat, tangannya juga merambah tubuhku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada toketku yang masih terbungkus bra tipis. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku terangkat naik dari matras karena rasa nikmat yang luar biasa. Bibirnya melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh napsu. Dirangkulnya tubuhku, bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku, sekaligus juga ludahku. Kemudian tangannya kembali meremasi kedua toketku, dan dilepaskannya ikatan braku. Ganti bibirnyalah yang menjilati dan mengemut toket dan pentilku. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini, rintihan keluar dari mulutku. Tangannya turun untuk meraih g stringku. Aku makin tak mampu menahan napsu saat jari- jari kasar itu merabai bibir memekku dari luar g string dan kemudian mengilik itilku ..aku langsung merasa melayang karena kenikmatan itu. Jarinya meraih memekku melalui samping g stringku. Aku rasakan ujung jari nya bermain di bibir memekku. Cairan memekku yang sudah mengalir sejak tadi menjadi pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya ke memekku. Dia terus menggumuli tubuhku dan merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia menikmati rintihan yang keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang lain dari yang lain. Sementara jari-jarinya terus mengilik memekku. Dinding- dindingnya yang penuh saraf-saraf peka dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan memekku mengalir dengan derasnya. Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Dia tahu persis titik- titik kelemahanku. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di memekku, dia berhasil membuatku nyampe. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku terangkat agar jarinya lebih melesek ke memekku. Aku berteriak histeris. Kakiku mengejang menahan kedutan memekku yang memuntahkan cairan bening. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku. Saat telah reda, kurasakan tangannya mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. “Nes, kamu liar banget deh. Istirahat dulu yaa. Aku ambilkan minum dulu”, dia masuk kembali ke pantri untuk mengambilkan minuman. Aku dibawakan kaleng coca cola, dibukakan dan diberikannya kepadaku. Segera kuminum coca cola itu sampe habis. Sementara aku masih terlena di dipan dan menarik nafas panjang sesudah nyampe tadi, dia terus menciumi dan ngusel-uselkan hidungnya ke perutku. Bahkan lidah dan bibirnya menjilati dan menyedoti keringatku. Tangannya tak henti-hentinya merabai selangkanganku. Aku terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. “Masih capek Nes”, bisiknya. “Nggak Di. Lagi narik napas saja. Tadi nikmat banget yaa padahal kamu belum apa-apa. Baru di utik-utik saja Ines sudah kelabakkan”, jawabku. Dengan jawabanku tadi dengan penuh semangat dia turun dari dipan. Dia lepasin sendiri celana pendeknya. aku sangat tergetar menyaksikan tubuhnya. Bahunya bidang. Lengannya kekar, dengan otot-otot yang kokoh. Perutnya nggak nampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang kencang, seperti papan penggilasan. Bukit dadanya yang kokoh, dengan dua pentil besar kecoklatan, sangat menantang menunggu gigitan dan jilatan. Pandanganku terus meluncur ke bawah. Dan yang paling membuatku terpesona adalah kontolnya yang besar, panjang, keras hingga nampak kepalanya berkilatan sangat menantang. Dengan sobekan lubang kencing yang gede, kontol itu mengundang untuk diremes, dikocok dan diemut.Sesudah telanjang Dia menarik lepas g stringku sehingga sekarang kita berdua sudah bertelanjang bulat. “Nes, jembut kamu lebat banget, pantes kamu tadi jadi liar”, katanya sambil mengelus2 jembutku. “Bukannya liar Di, itu namanya menikmati”, jawabku. Aku mendorong tubuhnya hingga terbaring di matras. Kontolnya yang keras kugelitik dengan rambutku. Kemudian kepala kontolnya kubasahi dengan ludahku. Kuratakan ludah dengan jariku. Dia menggeliat kegelian. Dengan lembut kuusap seluruh permukaan kepala kontolnya yang besar, dia melenguh karena nikmatnya. Kugenggam pangkal kontolnya dan kepalanya yang basah mulai kujilati. Diujung kepalanya ada setitik cairan bening. Sambil menjilati cairan bening itu, kontolnya kukocok turun naik. Terasa agak asin. Dengan lidah kujilati kepala dan leher kontolnya, semua daerah sensitif kujelajahi dengan lidah. Akhirnya kepalanya kuemut dan kukeluar masukkan ke dalam mulutku. Perutnya kuelus2, dia meremas2 rambutku. Aku terus saja mengisap kontolnya. kontol yang Gede, panjang, kepalanya yang bulat berkilatan. kepalaku dielus-elusnya. Dan dia menyibakkan rambutku agar tidak menggangu keasyikanku. dengan penuh semangat aku terus mengulum kontolnya. “Nes, nikmat banget emutanmu”, erangnya. “Kamu pinter banget siihh”. aku terus memompa dengan lembut. Berkali2 aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku menjilati tepi-tepinya .. Pada pangkal kepala ada alur semacam cincin atau bingkai yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya kujilati habis-habisan. “Nes, nikmatnya aah”, kembali dia mengerang.Rupanya dia tak tahan dengan rangsanganku, aku ditariknya dari kontolnya, dibaringkannya dan kembali mulutnya mengarah ke memekku. Dengan lembut dia menjilati daerah sekeliling memekku, pahaku dikangkangkan supaya dia mudah mengakses memekku. “Di…”, ganti aku yang melenguh keenakan. Lidahnya makin liar menjelajahi memekku. Bibir memekku dikuakkan dengan jarinya dan kembali itilku yang menjadi sasaran lidahnya. Aku makin menggelinjang gak karuan. Napasku menjadi gak teratur, “Di .., Ines dientot dong”, erangku. Dari memekku kembali membanjir cairan bening. Dia menjilati cairan itu. Badannya kutarik, dia segera menempatkan kontol besarnya di bibir memekku. Pelan2 dimasukkannya sedikit demi sedikit, nikmat banget rasanya kemasukan kontol yang gede banget. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, mula2 pelan dan makin lama makin cepat sehingga dengan satu hentakan keras, kontolnya sudah ambles semuanya di memekku, “Aah, Di”, erangku lagi. Dia terus saja mengenjotkan kontolnya dengan keras dan cepat, sehingga akhirnya memekku makin berdenyut mencengkeram kontolnya dengan keras. “Di, terus yang cepat Di, Ines mau nyampe, aah”, erangku dengan liar. Dia terus saja mengenjotkan kontolnya sampe akhirnya, “Aah Di, Ines nyampe…”, kembali aku berteriak. Dia menghentikan enjotannya. Kembali aku dibelai2 dan bibirku diciumnya dengan mesra. “Di nikmat banget dientot ama kamu, baru sebentar dienjot, Ines dah nyampe,” kataku. Dia mencabut kontolnya dan minta aku nungging Segera ditancapkannya kembali kontolnya di memekku dari belakang. Pinggulku dipeganginya sambil mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat, rasanya kontol panjangnya masuk lebih dalam lagi ke memekku, nikmat banget rasanya. Dia rupanya ingin merasakan macem2 gaya ngentot, segera dia telentang dan minta aku yang diatas. Aku menancapkan kontolnya dimemekku dan kuturunkan tubuhku sehingga kontolnya kembali ambles di memekku. Aku emnggerakkan pinggulku turun naik dan juga dengan gerakan memutar. Dia meremas2 toketku dan memlintir pentilku. Aku membungkukkan badanku sehingga dia bisa mengemut pentilku, sesekali digigitnya pelan, aku menjerit2 karena nikmatnya. “Nes, aku dah mau ngecret, didalem boleh gak”, katanya sambil terus meremes toketku. “Ngecretin didalem aja Di, biar lebih nikmat”, jawabku sambil terus menaik turunkan pinggulku mengocok kontolnya yang ambles di memekku. Aku kembali membungkuk, kali ini bibirnya kucium dengan ganas. Dia memegangi pinggangku. Gerakan pinggulku makin cepat, aku juga merasa akan nyampe lagi. Memekku terasa berdenyut2, “dia aku mau nyampe juga, bareng ya Di”, kataku terengah. Terus kugerakan pinggulku naik turun dengan cepat sampe akhirnya pejunya muncrat menyembur2 didalam memekku. Bersamaan dengan ngecretnya dia, akupun nyampe kembali’ “Di, nikmatnya..”, erangku. Aku menelungkup lemas dibadannya, dia memelukku dan mengecup bibirku, sementara kontolnya masih nancap di memekku. “Di lemes banget, tapi nikmatnya luar biasa”, kataku. “ini baru ronde pertama lo Nes”, jawabnya. “Ines mau kok kamu entotin sampe pagi”, kataku. “Kita kedalem yuk”, katanya. Dia mendorongku bangun sehingga kontolnya tercabut dari memekku. Kita segera pindah kedalam. Aku berbaring kelelahan diranjang. DIa berbaring disebelahku, kayaknya dia belum puas karena tangannya kembali meremas toketku. “Kamu seksi banget ya Nes, toket kamu besar dan kenceng. Jembut kamu lebat banget, aku suka ngentot ama yang jembutnya lebat. Mana memek kamu kenceng banget empotannya, aku mau ngerasain lagi ya Nes”, katanya dan dia kembali mencium bibirku. Dia bangun dan segera mengarah ke memekku, dia tau titik lemahku ada dimemekku. Lidahnya kembali menjilati memekku. Ujung lidahnya kembali menelusup masuk ke memekku. Rambutnya segera kuremas2 dan kutekankan kepalanya supaya lidahnya lebih masuk lagi ke memekku. Pantatku menggelinjang naik keatas. Dia terus saja menggarap memekku, pahaku dipeganginya erat2 sehingga aku sulit untuk bergerak2, aku hanya bisa mendesah2 kenikmatan. Rupanya desahanku merangsang napsunya sehingga segera dia melepaskan memekku dan menaiki tubuhku. “Di, kamu kuat banget sih. Baru aja ngecret udah pengen masuk lagi”, keluhku. Dia tidak menjawab. Digenggamnya kontolnya, diarahkan ke memekku. Aku menggelinjang saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir memekku. Kepala kontolnya menguak gerbang memekku. Memekku langsung menyedotnya, agar seluruh batang kontol gede itu bisa dilahapnya. Uuhh .. aku merasakan nikmat desakan kontol yang hangat panas memasuki memekku.Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Kontol panas itu terus mendesak masuk. Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya mentok di mulut rahimku. Kemudian dia mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekuensi yang makin sering dan makin cepat. Dan aku mengimbangi secara reflek. Saat dia menarik kontolnya, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit ngebor. Dan saat dia menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan igelnya. Demikian secara beruntun, semakin lama makin cepat.Toketku bergoncang- goncang, rambutku terburai, keringatku bercampur keringatnya mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing, mataku dan matanya sama-sama melihat keatas dengan menyisakan sedikit putih matanya. Goncangan makin cepat itu juga membuat ranjang kokoh itu ikut berderak-derak. “Nes, nikmat banget deh memek kamu”, dia melenguh. “Iya Di, kontol kamu enak banget, Panjangg .. Uhh gede banget.” Posisi nikmat ini berlangsung bermenit-menit. Kulihat tubuh kekar nya tampak berkilatan karena keringatnya. keringatnya mengalir dari lehernya, terus ke dada bidangnya, dan akhirnya ke tonjolan otot di perutnya. Dengan gemas kumainkan pentilnya yang bekilatan itu. Kugigiti, kujilati, kuremas-remas. Tambah buas gerakannya. Sodokan kontolnya tambah kencang di memekku dan tangannya meremes2 toketku. Pada akhirnya, setelah sekian lama dia mengenjot memekku dan aku nyampe 2 kali secara berturut2, kontolnya terasa berdenyut keras dan kuat sekali.. Kemudian menyusul denyut-denyut berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan memekku sepertinya disemprot air kawah yang panas. Pejunya kembali berkali-kali ngcret di dalam memekku. Uhh .. Aku jadi lemes banget. “Di, Ines lemes Di, tapi nikmat banget. Istirahat dulu ya Di”, kataku. Aku langsung terkapar di ranjang dan tak lama kemudian aku tertidur. Pagi hari. Aku terbangun karena ada ciuman di bibirku. Diluar udah terang. Dia sedang mencium bibirku. Aku menyambut ciumannya, kayanya sarapan pagiku ya dientot lagi. wajah kami sama-sama maju saling berciuman dengan mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang memulai, aku dan dia saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah. Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan nya mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Kembali dia melepas bibirnya dari bibirku. satu tangannya masih terus membelai pahaku, akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku. Dia mencium bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, membelai memekku. “Mmhh.. Di” desahku disela2 ciuman panas kami. Dari mencium bibirku, lidahnya mulai berpindah ke telinga dan leherku, dan kembali lagi ke bibir dan lidahku.Permainannya yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bernapsu, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba2 toketku, pentilku yang saat itu sudah tegak mengacung digesek2nya. Diciuminya toketku, kemudian mulai menjilati pentilku. “Ooohh.. sshh.. aachh.. Di..” desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek pentilku yang terasa sangat peka. Dia menjilati dan menghisap toket dan pentilku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangannya. Dia melepas pentilku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku, dan mulai menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas bibir memekku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak napsu. Dia mengalihkan jilatannya kejembutku yang telah begitu basah penuh lendir memekku. “Di .. ohh..” lenguhku. Lidahnya melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh itilku. Dia menghentikan jilatannya dan berlutut di depanku. Memekku terasa panas, basah dan berdenyut- denyut melihat kontolnya yang tegang besar kekar berotot. Dia membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu di turunkannya pantatnya dan menuntun kontolnya ke bibir memekku. Terasa sekali kepala kontolnya menembus memekku.”Hngk! Besaar..sekalii..Di,” erangku. Tanpa terburu-buru, dia kembali menjilati dan menghisap pentilku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada pentilku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap pentilku, nikmat banget rasanya, sementara setengah kontolnya bergerak perlahan dan lembut menembus memekku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, membuat lendir memekku semakin banyak meleleh di memekku, melicinkan jalan masuk kontol berototnya ini ke dalam memekku tahap demi tahap. Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu pentil ke pentil yang lain. “Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. Di. masukin kontolmu yang dalaam..! oouch..niikmaatnya!” erangku. Seluruh rongga memekku terasa penuuh, kurasakan begitu nikmatnya dinding memekku digesek kontolnya yang keras dan besaar..! Akhirnya seluruh kontolnya yang kekar besar itu tertelan kedalam memekku. Terasa bibir memekku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas pentilku, dia mulai memaju- mundurkan pantatnya perlahan, “..oouch. niikmaat..Di..!!” aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal2 diselingi desah desah penuh kenikmatan. “hh.. sshh.. hh.. Di..oohh ..suungguuhh.. niikmmaat.” lidahnya kembali menari di pentilku. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Kontolnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot memekku dan menggesek dinding memekku yang mencengkeram erat. Hisapan dan jilatannya pada pentilku pun semakin cepat dan bernapsu. Seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan. Desahanku sudah berganti dengan erangan liar, “Ahh.. Ouchh.. entootin Ines terus Di, .. genjoott.. habis memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!” Ooohh.. Di.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!” mendengar celotehanku, dia berubah menjadi semakin beringas, kontolnya makin cepat dienjotkan keluar masuk memekku. Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku ”Ngghh.. nghh .. nghh.. Di.. Akku mau nyampe..!!” pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, dia mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan kontolnya dalam2 dengan memutar mutar keras sekalii.. Itilku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. “..aacchh.. Di.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!” Akhirnya aku nyampe, kupeluk tubuhnya erat sekali. wajahnya kuciumi sambil mengerang2 dikupingnya sementara dia terus menggerakkan sambil menekan kontolnya secara sangat perlahan. tubuhku yang terkulai lemas dengan kontolnya masih di dalam memekku yang masih berdenyut-denyut. Tanpa tergesa-gesa, dia mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat. Ia sama sekali tidak menggerakkan kontolnya yang masih besar dan keras di dalam memekku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah. Setelah aku kembali “sadar” , aku pun mulai membalas ciumannya, sehingga dia kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Napsuku kembali terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan kontolnya pada dinding memekku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar. Genjotan kontolnya pada memekku mulai cepat, kasar dan liar. Lalu dia memintaku untuk berbalik, sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu sambil memelas “Di..masukin kontol gedemu dari belakang kelobang memekku..” Dia pun menatap bokongku. Sambil memegang kontolnya disodokannya ketempat yang dituju ”Bleess..” ..Ooohh. Di.. teruss.. yang.. dalaam..!”! terasa besar dan panjang kontolnya menyodok memekku, terasa sekali gesekannya di memekku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. Dia menggarapku dengan penuh napsu, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga kontol yang besar dan panjang itu lenyap tertelan memekku. “Hngk.. ngghh..Adi..Ines mau keluaar lagii.. aargghh..!!” aku melenguh panjang, aku nyampe lagi. Kudorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan kontolnya yang besar sedalam-dalam2nya di dalam memekku, terasa memekku berdenyut2 mengempot kontol besarnya. Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukannya yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun dia menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan. Dia memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas. “Nes aku belum ngecret..! tolong isepin kontolku dong..!” tanpa sungkan lagi kuemut kontolnya, kujilati biji pelernya, bahkan selangkangannya ketika kulihat dia menggeliat geliat kenikmatan, “..Ohh Nes.. nikmat sekalii.. teruss .. lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh..” dia mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja mengemut kontolnya yang besar. untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan kontolnya dari mulutku, kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak2 kebelakang. benar saja melihat gerakan erotisku dia makin mendengus2. Emutanku makin beringas, kontol yang besar itu yang menyumpal mulutku, kepalaku naik turun cepat sekali, dia menggelinjang hebat. akhirnya kurasakan memekku ingin melahap kembali kontolnya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas kontolnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih kontolnya lalu kududuki sembari ku tuju ke memekku. Bleess.. “..Ooohh..Nes..masuukin kontolku semuanya..!!” dia mengerang. kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan keras sehingga kontol yang besar itu melesak dalaam sekali.. “..aachh.. Nes.. putaar..habiisiin kontoolku..eennakk.. sekaallii..!!” gilirannya merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya.Kugenjot bahkan sambil menekan keras sekali pantatku. Kontolnya kugenjot dan kupelintir habis, bahkan kukontraksikan otot2 memekku sehingga kontol yang besar itu terhisap dan terkenyot didalam memekku. Dia menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, kutekan lagi pantatku lebih keras, kontolnya melesak seluruhnya bahkan jembutnya sudah menyatu dengan jembutku, itilku tergencet kontolnya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, biji pelernya kuraih dan kuremas- remas, “..Ooohh.. aachh.. yeess.Nes”, dia membelalakan matanya. lalu dia bangkit, dengan posisi duduk ia mengemut toketku… aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua toketku. “..Emut pentilku.. dua. duanya.. ..yeess..!! …sshh.. …oohh..!! erangku. “..Ooohh.. Nes.. nikmatnya bukan main posisi ini..! kontolku melesak dalam sekali menembus memekmu..!” dia mendengus2. kurasakan kontolnya mengembung pertanda pejunya setiap saat akan meletup, “..Ohh.. sshh..aahh.. Di ..keluaar.. bareeng..”, erangku lagi. “..iya..Nes..aku…udah mau ngecret”. tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam memekku, “..aachh. jepiit kontoolku.. yeess.. sshh..oohh..nikmaatnya.. memekmu Nes..!!” dia mengecretkan pejunya di dalam memekku, terasa kental dan banyak sekali. Akupun menggelinjang hebat, “..Nggkkh..sshh.. uugghh.. Di.. teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh.. aarrgghh..!! Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai kontolnya, pantatnya, pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali. Seluruh pejunya kuperas dari kontolnya yang sedang terjepit didalam memekku. Nikmatnya sungguh luar biasa. Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, tubuhku terasa lemas sekali. “Di, sarapan ini lebih nikmat dari semalem, Ines mau lagi dong”, kataku. “Iya Nes, kamu mau gak jalan2 sama aku keliling Bali. Kamu bilang aja ke mas Handi kamu mau pulang sendiri. Tiketmu diubah saja tanggal pulangnya, kamu pulang sendiri aja ke Jakarta. Kita kan bisa jalan2 sambil ngentot sepuasnya. Mau ya Nes”, dia membujukku. Aku tergiur juga dengan ajakannya. Aku memberitahukan hal itu ke mas Handi dan dia sama sekali tidak keberatan. Aku tinggal selama beberapa hari di Bali, menikmati pemandangan yang indah dan tentu saja menikmati kontol Adi yang nikmat Diposkan oleh exotic prince di 7/29/2011 09:27:00 AM Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Link ke posting ini Label: swinger Reaksi: Selasa, 21 Juni 2011 SWINGER NIKMAT DENGAN BOS AMERIKA Nama saya Dikky, saya berumur 28 tahun, baru 3 (tiga) bulan bekerja di suatu perusahaan asing di Jakarta, atasan saya Mr. Richard Handerson, berasal dari Amerika, kira-kira berumur 40 tahun. Dalam waktu singkat Rich demikian teman-teman di kantor suka memanggilnya, telah sangat akrab dengan saya, karena kebetulan kami mempunyai hobi yang sama yaitu bermain golf. Perusahaan tempat kami bekerja adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang advertising. Menurut cerita-cerita teman-teman istri Richard, yang berasal dari Amerika juga, sangat cantik dan badannya sangat seksi, seperti bintang film Hollywood. Aku sendiri belum pernah bertemu secara langsung dengan istri Richard, hanya melihat fotonya yang terletak di meja kerja Richard. Suatu hari saya memasang foto saya berdua denga Nina istri saya, yang berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya. Pada waktu Richard melihat foto itu, secara spontan dia memuji kecantikan Nina dan sejak saat itu pula saya mengamati kalau Richard sering melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya. Suatu hari Richard mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek, sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing. “Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Nina juga, sekalian makan malam”. “Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab. “Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu ”. “Okelah!”, kataku. Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Nina. Pada mulanya Nina agak segan juga untuk pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan tetapi setelah kuyakinkan bahwa Richard dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Nina mau juga pergi. “Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”. “Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan ”. “Ooo.., gitu ya ”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas. Kalau melihat Nina, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang, dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang. Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Richard yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku mengenakan kemeja batik, sementara Nina memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan tergerai tanpa hiasan apapun. Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang wanita bule berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami. “Oh Dikky dan Nina yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Lillian istrinya Richard ”. Ternyata Lillian badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Richard. Dengan agak tergagap, aku menyapanya. “Hallo Mam.., kenalin, ini Nina istriku ”. Setelah Nina berkenalan dengan Lillian, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sementara Richard mengajakku ke teras balkon apartemennya. “Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani nggak kamu ngerjakan iklan itu ”. “Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih, ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”. Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar. Senyum Richard segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku. “Eh Dik.., gimana Lillian menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik. “Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos. “Seksi nggak?”. “Lha.., ya.., jelas dong ”. “Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lillian untuk kamu gimana?”. Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu. Sambil masih tersenyum- senyum, Richard melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin Nina dan Lillian pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada saya.., aman kok !”. Membayangkan tampang dan badan Lillian aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa menunggangi kuda putih? Paling- paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue film. Tapi dilain pihak kalau membayangkan Nina dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar, rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Richard telah melanjutkan dengan pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Nina sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”. Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh- aneh, maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat terangsang!”. “Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang !”, kata Richard. “Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job ” lanjutnya. Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan senjataku diisap mulut mungil Lillian itu. Kemudian lanjut Richard meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja ”. “Nanti minuman Nina aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa !”, saya agak terkejut juga, apakah Richard akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Rina? Wah kalau begitu tidak rela aku. Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu- ragu itu, Richard cepat-cepat menambahkan, “Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya, “Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya, Nina di sampingku ”. Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Richard. Setelah makan malam selesai kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar. Melihat tanda-tanda itu, Richard mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Nina, “Nin.., mari duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Nina, Richard segera berdiri, menarik kursi Nina dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah. Aku ingin mengikuti mereka tapi Lillian segera memegang tanganku. “Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok ”. Memang dari ruang makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Richard mulai bergerilya di pundak dan punggung Nina, memijit-mijit dan mengusap-usap halus. Sementara Nina kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya terdengar desahan setiap kali tangan Richard yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit pundaknya. Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut, dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi panjang tersebut. Terlihat tindakan Richard semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan kancing kemeja batik Nina hingga kancing terakhir. BH Nina segera menyembul, menyembunyikan dua bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya. Kelihatan mata Nina terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga, “Apakah Nina telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Richard?, atau apakah Nina pingsan atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Richard?”. Nina tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Nina seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan Richard dikulitnya dan ciuman nafsu Richardpun disambutnya dengan gairah. Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung, aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Richard yang sedang duduk di sampingku. Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok Lillian, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya sedang mengerjai wanita mungil. Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu, “aahh.., aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri. Sementara itu di ruang sebelah, Richard telah meningkatkan aksinya terhadap Nina, terlihat Nina telah dibuat polos oleh Richard dan terbaring lunglai di sofa. Badan Nina yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Richard. Kemudian Richard menarik Nina berdiri, dengan Richard tetap di belakangnya, kedua tangan Richard menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Nina, yang dengan matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan- akan sedang menahan suatu kenyerian yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka, menunjukan Nina menikmati benar permainan dari Richard terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Richard berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Richard meremas-remas puting susunya, terlihat seluruh badan Nina yang bersandar lemas pada badan Richard, bergetar dengan hebat. Saat itu juga tangan Lillian telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan melepaskan bajuku sendiri. Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang. Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Richard, tentu aku kalah jauh dan kalau aku langsung main tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai teknik yang lain dari lain. Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku. Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya. Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian berteriak-teriak keenakan dengan suara keras, ” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat bersamaan suara Nina terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah, “Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat Richard pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Nina sekarang telah telentang di atas sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Richard sedang berjongkok diantara kedua paha Nina yang sudah terpentang dengan lebar, kepalanya terbenam diantara kedua paha Nina yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Richard sedang mengaduk-aduk kemaluan Nina yang mungil itu. Terlihat badan Nina menggeliat-geliat dan kedua tangannya mencengkeram rambut Richard dengan kuat. Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lillian yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan dan dari mulutnya terdengar erangan, “Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh ”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot penisku. “Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh !”, dengan sekali hentakan keras pinggul Lillian menekan ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia mencapai organsme. Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh. Ketika aku menengok ke arah Richard dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Nina kini telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi sofa, punggung Nina bersandar pada sandaran sofa, sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak Richard. Richard mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Nina yang telah terpentang lebar. Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Richard yang terletak diantara kedua pahanya yang berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja. Terlihat Richard memegang penis raksasanya itu, serta di usap- usapkannya di belahan bibir kemaluan Nina yang sudah sedikit terbuka, terlihat Nina dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata Richard yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya. Kedua tangan Nina kelihatan mencoba menahan badan Richard dan badan Nina terlihat agak melengkung, pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Richard pada bibir vaginanya, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Nina dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Nina, sambil mencium telinga kiri Nina, terdengar Richard berkata perlahan, “Niinn.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh ?”, terlihat kepala Nini hanya menggeleng-geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Richard itu dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan kengiluan. Richard, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina Nina yang telah basah itu, biarpun kedua tangan Nina tetap mencoba menahan tekanan badan Richard. Mungkin, entah karena tusukan penis Richard yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang over size, langsung saja Nina berteriak kecil, “Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih ”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis, mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Nina yang mengangkang itu terlihat menggelinjang. Kepala penis Richard yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Nina, kedua bibir kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Richard, sehingga belahan kemaluan Nina terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Richard itu. Kedua bibir kemaluan Nina tertekan masuk begitu juga clitoris Nina turut tertarik ke dalam akibat besarnya kemaluan Richard. Richard menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf.., Nin.., saya sudah menyakitimu.., maaf yaa.., Niin!”. “aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih.., sakiitt.., jangan.., diiterusiinn ”. Nina mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungung Richard. “Niinn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Nina masih merasa sakit ”, sahut Richard dan tanpa menunggu jawaban Nina, segera saja Richard melanjutkan penyelaman penisnya ke dalam lubang vagina Nina yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan. Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Nina, terlihat muka Nina meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar. Terdengar Richard bertanya lagi, “Niinn.., sakit.., yaa ?”, Nina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil kedua tangannya meremas bahu Richard dan Richard segera kembali menekan penisnya lebih dalam, masuk ke dalam lubang kemaluan Nina. Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya. Ketika penis Richard telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Nina, terlihat Nina telah pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Richard, akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa. Richard menekan lebih dalam lagi, kembali terlihat wajah Nina meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar, tetapi karena Nina tidak mengeluh maka Richard meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja, “Blees”, Richard menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan memepetin pinggul Nina rapat-rapat pada sofa. Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Nina, “Aduuh”, sambil kedua tangannya mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke atas menahan tekanan penis Richard di dalam kemaluannya. Richard mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina Nina sejenak, agar tidak menambah sakit Nina sambil bertanya lagi, “Niinn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat !”, Nina dengan mata terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang, “aagghh.., kit!”, lalu Richard mencium wajah Nina dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat Richard bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Nina dalam pelukannya. Tak selang lama kemudian terlihat badan Nina bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang, “Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki Nina bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada pantat Richard, Nina mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan Nina terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Richard yang masih tetap berayun-ayun itu. aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak. “Dik.., ayo aku mau kamu ”, suara Lillian penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lillian sama dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan Lillian masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Lillian pada saat rudalku hendak menerobos masuk. “Lill.., kok masih rapet yahh ”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos liang vaginanya. “Aagghh”, mata Lillian terpejam, sementara bibirnya digigit. Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lillian setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya. “Ahh.., ahh”, Lillian makin keras teriakannya. “Ayo Dik.., terus ”. “Enakk.., eemm.., mm !”. Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Lill.., boleh di dalam.., yaah ”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar. “mm..”. Kaki Lillian kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Lillian juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya. “Nih.., Lill.., terima yaa ”. Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Lillian dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Lillian. Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Lillian, sementara cairan hangat maniku masih terus memenuhi rongga vagina Lillian, tiba-tiba badan Lillian bergetar dengan hebat dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya, “..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Lillian juga mengalami orgasme dengan dahsyat. Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa yang baru kami alami. Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lillian. Dengan isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping Lillian. Kini kami menyaksikan bagaimana Richard sedang mempermainkan Nina, yang terlihat tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya dikerjain Richard, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Richard terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan. Mulai saat ini Richard mengerjai Nina dengan sangat brutal dan kasar. Nina benar-benar dipergunakan sebagai objek seks- nya. Saya sangat takut kalau-kalau Richard menyakiti Nina, tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan Nina ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Nina atas apa yang dilakukan oleh Richard terhadapnya. Richard mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Nina berjongkok diantara kedua kakinya, kepala Nina ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Nina sambil memegang belakang kepala Nina, dia membantu kepala Nina bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut Nina. Kelihatan Nina telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh Richard, hal ini dilakukan Richard kurang lebih 5 menit lamanya. Richard kemudian berdiri dan mengangkat Nina, sambil berdiri Richard memeluk badan Nina erat- erat. Kelihatan tubuh Nina terkulai lemas dalam pelukan Richard yang ketat itu. Tubuh Nina digendong sambil kedua kaki Nina melingkar pada perut Richard dan langsung Richard memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Nina. Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Nina terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Richard menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Nina terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Richard. Kaki Nina terlihat merangkul pinggang Richard, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Richard. Richard berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Nina. Pantat Nina terlihat merekah dan tiba-tiba Richard memasukkan jarinya ke lubang pantat Nina. “Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Richard, badan Nina terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan Richard. Suatu pemandangan yang sangat seksi. Ketika Richard merasa capai, Nina diturunkan dan Richard duduk pada sofa. Nina diangkat dan didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Nina terkangkang di samping paha Richard dan Richard memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan Nina dari bawah. Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Richard memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan Nina yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Richard menyentuh paha Nina. Kedua tangan Richard memegang pinggang Nina dan membantu Nina memompa penis Richard secara teratur, setiap kali penis Richard masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis Richard. Mereka melakukan posisi ini cukup lama. Kemudian Richard mendorong Nina tertelungkup pada sofa dengan pantat Nina agak menungging ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Richard akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi yang paling disukai oleh Nina. Dari belakang pantat Nina, Richard menempatkan penisnya diantara belahan pantat Nina dan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vagina Nina dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua penisnya amblas ke dalam vagina Nina. Jari jempol tangan kiri Richard dimasukkan ke dalam lubang pantat. Nina setengah berteriak, “aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Richard yang dahsyat itu. Badan Nina dicoba ditarik ke depan, tapi Richard tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Nina dan mengikuti arah badan Nina bergerak. Nina benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Richard mencapai payudara Nina dan mulai meremas-remasnya. Tak lama kemudian badan Nina bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar, “Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Nina mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Richard mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Nina, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan Nina dari belakang. Sementara badan Nina bergetar- getar dalam orgasmenya, Richard sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam lubang kemaluan Nina, pinggulnya membuat gerakan- gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vagina Nina ikut berputar-putar mengebor liang vagina Nina sampai ke sudut- sudutnya. Setelah badan Nina agak tenang, Richard mencabut penisnya dan menjilat vagina Nina dari belakang. Vagina Nina dibersihkan oleh lidah Richard. Kemudian badan Nina dibalikkannya dan direbahkan di sofa. Richard memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Nina ikut aktif membantu memasukkan penis Richard ke vaginanya. Kaki Nina diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Richard. Richard terus menerus memompa vagina Nina. Badan Nina yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Richard, yang terlihat oleh saya hanya pantat dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Richard. Kadang-kadang terlihat tangan Nina meraba dan meremas pantat Richard, sekali-kali jarinya di masukkan ke dalam lubang pantat Richard. Gerakan pantat Richard bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Nina, tiba-tiba, “Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Richard menekan habis pantatnya dalam- dalam, mememetin pinggul Nina ke sofa, sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Nina, pantat Richard terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Nina, sambil kedua tangannya mendekap badan Nina erat-erat. Dari mulut Nina terdengar suara keluhan, “Sssh.., sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya. Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Richard kemudian merebahkan diri di atas badan Nina yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina Nina. Nina melihat ke saya dan memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat. Aku tidak bisa melihat ekspresi Richard karena terhalang olah tubuh Nina. Yang jelas dari sela-sela selangkangan Nina mengalir cairan mani. Kemudian Ninapun seperti kebiasaan kami membersihkan penis Richard dengan mulutnya, itu membuat Richard mengelinjang keenakan. Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.

Related posts