Cerita Dewasa Tergoda Indahnya Tubuh Perawan Tua
– Sore itu aku menemuinya setelah seharian mengurus surat-surat dan biaya perawatan Budhe ku selama di rumah sakit, untuk mengucapkan selamat tinggal karena esok pagi aku harus pulang ke kota asalku. “Mbak, besok aku mau pulang kampung, jangan nangis ya! kalau aku tinggal nantinya !” Kataku setelah mengobrol lama tanpa topik yang jelas “Lho, sudah selesai, tho!, trus mau pulang jam berapa besok?’ tanya nya dengan bahasa jawa yang medhok
Mungkin sekitar jam 10 an, nunggu jemputan sih” Akhirnya kami jadi mengobrol panjang lebar tentang kebersamaan kami selama ini di rumah sakit ini, tanpa terasa waktu menjadi semakin petang. “Aku mandi dulu ya, Dik! nanti malam kita lanjutkan lagi ngobrolnya, cari tempat yang sepi biar lebih ‘hangat’ ” Katanya sambil menggelung rambut panjang nya dan berlalu ke kamarnya untuk mengambil peralatan mandi ***** “Sini, Dik!, disitu ada kamar kosong yang nggak dipakai” Kata Mbak Imah sambil menarik ku ke sebuah kamar remang-remang yang ada di lantai tiga dari bangsal rumah sakit ini “Heh, apa ngga dimarahi kalau kita kesitu, ntar di tangkep satpam lagi!” Kataku “Ngga ada satpam yang kontrol kesini kalo malam-malam begini” “Masa?” Kataku meragukan sambil melihat jam tanganku menunjukkan pukul 10 malam “Lagian Mbak khan pasien, koq malah keluyuran seperti ini, sih?” Kataku “Mbak khan tinggal pemulihan pasca operasi, jadi udah ngga begitu di khawatirkan lagi!, nah itu ada tikar, kita duduk di situ yuk!” Ajak nya Dan kami pun duduk berdua di keremangan kamar kosong sambil melihat keseberang bangsal lain dan pemandangan taman yang ada di bawah bangsal kami. ***** “Dik,..aku,..sebenarnya mencintaimu!”
Katanya setelah beberapa saat kami mengobrol Aku kaget “Tapi, Mbak…” Sela ku “jangan buat aku kecewa, dik!, sudah lama aku memimpikan hal seperti ini, semuanya ada padamu dan akan kuserahkan semua milik ku buatmu” “Tapi, Mbak..” “Sst…, sudah, jangan ngobrol lagi, besok kamu pulang khan?, kita nikmati malam terakhir kita sebaik-baiknya” Mbak Imah lalu beringsut memeluk diriku, kucium wangi rambut yang membangkitkan gairahku, kusambut pelukannya dan kami saling berciuman dengan ganasnya. Sementara asyik berciuman, kubelai rambut panjangnya yang menjadi kesukaanku, sementara jari- jemarinya menelusup masuk celanaku meraba-raba kemaluan ku yang membesar. “Mbak, ngga salah nih kita begini” Kataku dengan nafas tersengal- sengal “Biar,dik! kuhadiahkan sesuatu yang berharga buatmu” Bisiknya mesra “Apa itu, Mbak?” “Keperawananku, dik!, aku masih perawan sampai seumur ini” Mbak Imah semakin ganas mengulum bibirku,
kubalas dengan meremas payudaranya yang besar, sementara dia semakin kencang meremas kemaluanku. “Ahh..dik!, aku sudah tidak tahan, kurasa sudah ‘basah’, kamu keluarkan punyamu ya!, nanti aku masukkan, nggak usah lepas baju” Katanya tersengal sengal Akhirnya aku memelorotkan celanaku sebatas lutut dan Mbak Imah Melepas celana dalamnya dan mengangkat dasternya. Dibelainya kemaluanku yang besar dengan mata berbinar-binar, lalu dia tiduran telentang. “Ayo, Dik!, kesinikan punyamu” Bisiknya sambil membimbing kemaluanku kebibir yang kecil berbulu lebat itu. Kucolek sedikit, basah!! “Ayo, dong!, dorong pelan, masuk kedalam! Mbak jamin enak !” Bisiknya lagi saat kemaluanku menempel di yang mulai terbuka sedikit. Kutekan perlahan kemaluanku menembus , masuk sedikit-agak susah, masuk setengah mulai licin, masuk semua-mulai terasa kenikmatannya. “Aaaahh…, ohh!” Desah Mbak Imah lirih ketika kemaluanku menembus . Mbak Imah menarikku kedalam pelukannya, melumat bibirku dan berbisik mesra. “Ayo, Dik! yang pelan saja ya!, agak sakit tapi enak” Katanya Secara perlahan kugerakkan pantatku maju mundur menuruti insting yang ada dalam kepalaku. Mbak Imah sendiri melingkarkan pahanya menjepit pantatku sambil berdesah dan mendesis perlahan di telingaku tanda dia sangat menikmati permainan ini. “Ouuch…shh, pelan-pelan, Dik!” Desahnya di telingaku “iiyyah..hhh, mbaakh..” Kataku menahan kenikmatan Kupeluk lebih erat tubuh montoknya, sambil menciumi lehernya, sayang aku tidak bisa mempermainkan payudaranya karena masih mengenakan daster yang sekarang menjadi basah karena keringat akibat panas dari persetubuhan ini. “Ahh…Ohhh…agak cepat sedikit,Dik!, Ooouuch..!” Desahnya lirih “Sshh…mbak juga, doong,..hhh!” Kataku Ditimpahi suara berkecepokan orang bersetubuh, kami saling merayu mesra dengan lirih. Entah sudah berapa lama permainan ini berlangsung, yang jelas lelehan keringat dan cipratan ludah memenuhi wajah kami sementara Mbak Imah sendiri rambut panjangnya sudah mulai awut-awutan dan menutupi sebagian wajahnya. Sampai suatu ketika, jepitan pahanya semakin keras dan aku merasa kemaluanku seakan-akan diremas-remas oleh tangan yang halus yang membuat seluruh tubuhku bergetar dan ujung kemaluanku menjadi gatal sekali yang akhirnya menyemprotkan air mani ku banyak sekali ke dalam liang vagina Mbak Imah yang sudah terkulai lemas duluan. Lalu aku bergulir kelelahan disamping tubuh Mbak Imah, sambil mengatur napas. “terima kasih Mbak!” Kataku “Sama-sama, Dik!” Jawabnya masih dengan mesra walaupun dengan napas naik turun. Disekanya pangkal pahanya dengan saputangan putih yang dikeluarkan dari sakunya, dan diberikannya padaku. “Buat kenang-kenangan kita berdua, Dik!” katanya sambil menciumku. Setelah berbenah sebentar, kami pun turun ke lantai 2 menuju kamar masing-masing. Setelah itu aku mandi dan ku ambil saputangan pemberian Mbak Imah tersebut, kuperhatikan terdapat sedikit bekas air mani kering dan bercak-bercak darah merah yang juga sudah mengering, tanda memang Mbak Imah benar-benar masih perawan ketika terjadi persetubuhan tadi. ***** Akhirnya kejadian itu paling berkesan dalam hidupku. Ketika aku pulang Mbak Imah memberikan alamat rumahnya di Rt 06/07, ka**S***n, Si*****i, K****l, Jateng. Dan sewaktu senggang, kusempatkan mengunjunginya dan mengulang permainan yang membuat ketagihan itu sampai saat ini, sebuah pengalaman dari seorang perawan tua yang masih cantik dan montok yang seharusnya aku memanggilnya dengan tante.