Bukan Kelelahan, dr. Stefanus Meninggal karena Brugada Syndrome
Media sosial pagi ini heboh dengan kabar meninggalnya seorang dokter yang diketahui bernama dr. Stefanus Taofik. dr. Stefanus merupakan dokter yang praktik di RSPI Bintaro Jaya meninggal pada Selasa (27/6) diduga karena bekerja 3 hari nonstop di 3 rumah sakit berbeda.Namun, informasi ini dibantah oleh dr.Arif H. M. Marsaban, SpAn-KAP, Ketua Program Studi SP2 dari Divisi Anestesia Ambulatori dan Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. dr. Arif menjelaskan dr. Stefanus tidak bekerja selama 3 hari nonstop seperti yang diberitakan sebelumnya, tetapi hanya bekerja 2×24 jam. “Saya mau klarifikasi atas kasus meninggalnya TS (dr. Stefanus Taofik) di RSPI. Yang bersangkutan tidak jaga 5 hari berturutan, tapi memang 2×24 jam. Hanya saja saat itu di ICU tidak ada pasien dan tindakan operasi sehingga sebenarnya waktu istirahat cukup,” kata dr. Arif dalam keterangan tertulisnya.
dr. Stefanus meninggal akibat penyakit Brugada Syndrome. Brugada Syndrome merupakan penyakit kelainan genetik pada pembuluh darah di koroner.
“Merupakan kelainan genetik pada pembuluh darah di koroner. Kelainan ini terbanyak pada laki-laki dan sudden cardiac death seringkali terjadi pada saat tidur,” paparnya.