Gairah dan Dendam Yuni – Cerita Bokep
Ini malam ketiga pernikahanku, dan malam keduaku di kota ini, dan kembali aku kecewa lagi, ketika sekali lagi suami dari perjodohan kedua orang tuaku, tak mampu menuntaskan hasrat birahiku. Aku menerima perjodohan ini karena aku tahu, dengan pernikahanku ini, aku bisa membantu kelangsungan bisnis hotel milik papaku di Bali, karena orangtua ko Andrew setuju memberikan modal usaha jika aku mau menikah dengan anaknya, yang saat ini sudah berusia 35 tahun.
Tentu saja awalnya aku menolak keras perjodohan ini, namun kenyataan menghadapkanku pada keadaan dimana usaha hotel papa yang terancam bangkrut, sangat membutuhkan suntikan modal, dan sebagai sumber penghasilan keluarga satu-satunya tentu aku juga tidak bisa bersikap masa bodoh.
Akhirnya dengan berat hati kuterima juga perjodohan dengan pria yang usianya 11 tahun lebih tua dariku, pria yang secara fisik jauh dari bayangan pria impianku, bahkan jauh dari pria-pria yang selama ini sering menghabiskan malam bersamaku.
Sebagai gadis yang besar di tempat seperti Bali, dan ditunjang dengan penampilan fisik yang banyak orang bilang cantik dan seksi, serta wajahku yang oriental, aku sangat tidak kesulitan untuk mendapatkan teman pria, dan seperti kehidupan remaja disini pada umumnya, keluar masuk diskotik dan seks bebas sudah jadi hal biasa buatku.
Aku sangat menyukai seks, dan hampir tiap hari aku selalu menikmati disetubuhi oleh para pria yang menemani hari-hariku. Namun kini aku harus menikah dengan pria yang secara kemampuan seksual sangat payah sekali, aku benar-benar merasa kecewa, dua malam sudah disetubuhi, dua malam sudah memekku disiram cairan spermanya, tapi selama itu juga aku tidak pernah sekalipun mengalami orgasme. Entah apakah aku bisa bertahan dengan semua ini.
“Pagi ci..” sapa si mbok, pembantu yang kerja di rumah ini, ketika aku baru saja keluar dari kamarku.
“Yang lain sudah pada berangkat mbok..?” Tanyaku, karena aku tinggal di sini tidak hanya bersama suamiku tapi juga papa mertuaku.
”Sudah ci, Ci Yuni mau sarapan.?” tanyanya lagi.
“Saya minta teh aja ya mbok, nanti saya tunggu diteras samping..”
Rumah ini cukup besar dengan halaman yang luas dan indah dimana halaman samping menghadap matahari terbit, mengingatkan akan keadaan ketika masih di Bali dulu. Kubuka situs forum dari tab ku, sudah hampir lumayan lama aku bergabung disini, aku biasanya menuliskan pengalamanku bersama para bule, dalam bentuk cerita panas.
Namun kali ini aku ingin mencoba melihat-lihat cerita tentang obat untuk ejakulasi dini, yang mungkin bisa kuberikan pada ko Andrew, tapi tulisan new pm mengalihkan tujuanku, kubuka pm baru itu, dan ada pesan dari seseorang yang selama ini suka ssi (speak-speak iblis) ke aku, isinya menanyakan apakah aku sudah di Jakarta dan memintaku untuk menghubunginya jika sudah di Jakarta.
Kubatalkan niat mencari obat untuk suamiku, karena tiba-tiba terbesit pikiran nakal untuk menemui orang itu. Kukirim pesan untuk mengabarkan kalo aku sudah di Jakarta, dan tak lama langsung ada balasan yang menanyakan apakah bisa bertemu, dan kamipun janjian ketemu siang ini.
Cerita Sex – Gairah dan Balas Dendam Yuni
“Permisi ci, ini teh manisnya dan ada goreng pisang untuk temannya..” si mbok membuyarkan lamunanku.
“Oh iya makasih mbok..”
Selesai sarapan dan mandi aku langsung berangkat ke tempat yang dijanjikan, karena memang aku disediakan mobil dan sopir, aku jadi tidak kesulitan menuju ke alamat janjian tadi. Beberapa pasang mata memandangku saat aku memasuki cafe ini. Karena aku memakai celana pendek ketat dan tanktop yang kupadukan dengan cardigan kuning, pakaian yang memang sehari-hari biasa kupakai waktu masih di Bali. Belum sempat aku mencari tempat duduk seseorang sudah menyapaku dari belakang.
“Yuni yah..” katanya, dan ketika berpaling kutahu.
Kalau ini adalah orang yang ku janji ketemuan, karena kami sudah sering bertukar foto, bahkan foto bugil. Untuk sesaat keakraban di email berubah menjadi kecanggungan di pertemuan pertama ini.
“Silakan…” suara pelayan yang menyajikan pesanan kami, membuyarkan kecanggungan kami.
“Kamu ga kerja, bisa ketemuan jam segini..?” tanyaku, pada pria didepanku.
“Ga, aku kerja shiff malam..!” jawabnya.
“Oowh satpam kah.. Hihihi..” kataku menggodanya, karena kalau dilihat dari postur tubuhnya, cocok jadi satpam.
“Hehe.. Aku kerja di pabrik…!” serunya..
Sambil menikmati hangatnya cappucino, kami pun mulai larut dalam obrolan, ternyata dia ini nama aslinya Junno, entah bener atau tidak, karena untuk ukuran orang Indonesia nama Junno agak terkesan janggal, begitu juga ketika dia bercerita soal ayahnya yang Batak dan ibunya yang Jepang, jujur kalo diliat dari tampangnya, sulit menemukan bagian Jepang dari dirinya hihihi..
Dan seperti yang sudah kuduga pembicaraannya pun mulai mengarah ke arah seks, dan menggodaku untuk main ke kontrakannya, siapa takut.
“Yakin gak apa, kalo kamu diantar sopir ke tempatku, nanti kalo dia bilang ke suamimu..!?” tanya Junno ragu ketika aku mengajaknya ke mobil.
“Udah gak apa, sopirku nanti aku yang urus!” kataku sambil menarik tangannya, toh kalaupun Pak Sodik ngadu ke suamiku juga pastilah yang dicari si Junno ini pikirku enteng Hihihihi…
Pak Sodik terlihat terkejut ketika aku membawa seorang pria ke mobil.
“Pak, tolong antar ke tempat teman saya..” kataku pada Pak Sodik, sambil mengedipkan mata memberinya kode untuk tidak banyak bicara.
“Dimana alamatnya Jun..?” tanyaku pada Jun.
Dan Pak Sodik pun melajukan mobil ke alamat yang disebutkan Junno.
Kontrakannya tidak masuk mobil, terpaksa kusuruh Pak Sodik untuk menunggu di parkiran minimarket dan kuberi uang untuk makan siang. photomemek.com Menyusuri gang kecil sekitar 100m dari jalan raya, akhirnya sampai juga di deretan rumah petak, dan Junno mengajakku masuk ke salah satu yang berada disisi kiri.
“Sorry yah, tempatnya cuma kaya gini..” katanya ketika aku sudah di dalam.
“Gak apa..” kataku sambil menuju ke kaca jendela belakang, ternyata di belakang kontrakan ini, ada sungai, dan di seberang sungai ada banyak rumah-rumah kumuh.
Ketika pandanganku terpaku melihat sekelompok anak kecil berlarian di seberang sungai, kurasakan tangan Junno memelukku dari belakang dan sebelum sempat aku tersadar, tubuhku sudah dibalikkan menghadapnya, ternyata dia sudah bugil.
Bibirku dilumat habis, dan kubalas dengan lumatan yang tak kalah panas, tangannya menyelusup ke dalam bajuku, dan meremasi kedua payudaraku. Tak mau kalah, tanganku juga memegang dan meremas kontolnya yang tergantung bebas.
Ujung kontolnya terasa sudah berlendir, dilepas lumatannya dan diangkatnya kedua tanganku ke atas, dilolosi semua pakaianku hingga payudaraku terpampang bebas, didorongnya tubuhku ke tembok, dan Junno berjongkok di kakiku, dipelorotkannya celana pendek beserta g-string hitamku, diangkatnya kaki kananku ke pundaknya, dan kepalanya langsung terbenam di rimbunnya selangkanganku.
“Akh.. Eahh.. Terus..akh…ah..!” aku mendesah keenakan menikmati sentuhan lidahnya menjilati bibir memek yang sudah basah oleh cairan nafsu.
“Akhhh….” aku kembali menjerit kecil ketika clitku terasa disentuh oleh lidahnya, kugerakkan pantatku, mengimbangi setiap sentuhan lidahnya, sungguh nikmat sekali, hingga tanpa sadar aku meremas dadaku sendiri.
Dituntunnya aku untuk rebah di kasur tipis yang tergeletak di lantai itu, aku telentang dan ia mengangkangi wajahku, disodorkan batang beruratnya ke mulutku, aku tahu apa yang dia mau, kulumat batangnya, kujilat dan kuhisap dan kunikmati batang itu, “Aarrghh..” suaranya mengerang keenakan, dan erangannya semakin jadi ketika dua bijinya ku kulum bergantian.
“Masukin sekarang.. ” Pintaku sambil meremas pantat nya, dan sepertinya juga dia pun ingin, diposisikan dirinya di antara kedua kakiku yang ditekuknya, dan mengarahkan kontolnya ke memekku yang sudah terbuka dan basah, dan “bless..”
Batangnya terbenam ke dalam lobangku, dan mulai bergerak keluar masuk dengan irama yang terkadang cepat dan terkadang lambat sungguh nikmat rasanya, inilah rasa yang kuinginkan, kenikmatan persetubuhan yang tak kurasakan bersama suamiku. Dan selang beberapa menit aku pun merasakan orgasme, disusul Junno tidak lama kemudian.
Seharian itu aku menuntaskan hasrat birahiku dengan Junno, dan bahkan aku pun rela Junno memfoto tubuh bugilku, memfoto memekku yang berlumur spermanya, untuk di postnya di forum dewasa. Sekitar jam 5 sore aku kembali ke rumah, ko Andrew dan papah mertuaku belum pulang, aman pikirku.
“Pak Sodik tolong jangan cerita kemana kita tadi.” kataku kepada pria paruh baya yang jadi sopirku itu.
“Iya ci saya ngerti..” katanya.
Dan sebelum masuk rumah, kuberi dia dua lembar seratus ribuan untuk tutup mulut. Seperti malam-malam sebelumnya, Ko Andrew tidak mampu memuaskanku, dan seolah tanpa beban dia langsung tidur setiap kali habis menggauliku.
“Koko.. Usaha kenapa, minum obat atau ke Dokter, aku juga butuh dipuaskan ko, aku bukan pelacur yang hanya dijadikan tempat buang sperma, aku istrimu..” kataku dengan emosi, ketika Ko Andrew hendak tidur sehabis menyetubuhiku.
“Dengar ya, aku tahu kau menjadi istriku hanya untuk uang, agar usaha orangtuamu tetap berjalan, jadi jangan menuntut macam-macam, terima saja, aku juga menggaulimu hanya karena papa ingin punya cucu…” kata-kata yang sungguh tidak kuduga keluar dari mulut ko Andrew.
“Kamu keterlaluan ko, bicara seperti itu..” entah kenapa aku merasa begitu sedih.
“Setelah kamu hamil dan melahirkan, kamu bisa pergi, kembali menjadi pelacur di Bali, kamu pikir aku tidak tahu kelakuan kamu, perempuan sundal..” katanya lagi, dan langsung pergi meninggalkan keluar kamar meninggalku yang menangis, aku sungguh sakit hati dengan kata-katanya itu, bahkan ketika paginya Ko Andrew meminta maaf atas perkataannya itu aku hanya diam dan tidak bisa memaafkannya.
Sejak kejadian malam itu, aku pun mulai tidak perduli lagi aku mulai mempunyai teman di sini, sehari-hari yang kulakukan hanya ke salon, shoping, jalan-jalan, clubbing, atau menuntaskan gairah bersama orang yang kukenal di dumay. Dan setiap pulang aku pasti bertengkar dengan suamiku itu.
Mister Sange – Cerita Dewasa Majikan dan Supir
“Mungkin kalo koko bisa menjadi lelaki sejati, aku bisa betah dirumah..” kataku suatu malam ketika aku baru saja pulang dan Ko Andrew menegurku, entah apa yang terjadi belakangan ini Ko Andrew selalu diam menanggapi perkataan ketusku. Dia lebih memilih pergi dan tidur dikamar lain.
Seperti kebiasaanku selama ini, jika tidur, aku selalu tanpa mengenakan sehelai pakaianpun, dan karena malam ini papa mertuaku di luar kota, aku cuek aja keluar dalam keadaan bugil, ketika hendak mengambil handphoneku yang tertinggal di mobil.
“Pak Sodik..” aku terperanjat ketika membuka pintu garasi ternyata sopirku itu, masih di sana.
“Ci Yuni..” dan diapun terlihat gugup melihatku yang telanjang bulat di depannya.
“Pak Sodik ga pulang?” tanyaku.
“Eh anu eh besok kan mau jemput Bapa pagi-pagi, jadi saya tidur disini biar ga telat..” katanya, sambil berdiri dan merapikan kain sarungnya, saat itu ia mengenakan kain sarung dan kaos singlet.
“Hp saya ketinggalan di mobil, tolong ambilkan..” dan ia pun bergegas membuka pintu mobil.
Dan pandanganku tak bisa menghindari untuk tak melihat tonjolan dibalik sarungnya ketika ia berjalan menyerahku handphone kepadaku.
“Ini ci…” katanya menyodorkan hp ku.
Tapi tanganku malah memegang tonjolan di sarungnya.
“Ci…” dia kaget dan berusaha mundur namun terlanjur kugenggam erat batang nya.
“Udah keras gini, kasian kalo ga dilemesin pak…” kataku sambil menggerakkan tanganku maju mundur.
Dan rupanya Pak Sodikpun sudah terangsang, tangannya langsung menyentuh selangkanganku.
“Jembut ci Yuni.. Lebat.” putri77.com katanya sambil menggosok rambut diselangkanganku itu..
“Pak, ngewe yuk..” desahku pelan di telinganya sambil lidahku menjilat daun telinganya.
Aku lalu berjalan untuk merebahkan diri di bangku sandar yang terbuat dari bambu itu, dimana tadi Pak Sodik tidur. Satu kakiku aku tekuk di atas sandaran samping mempertontonkan liang merekahku.
“Ayo pak..! Masukan kontol bapak..” sambil kupancing dengan mengusap lobangku menggunakan tangan yang sudah kubasahi ludahku sendiri.
Pak Sodik yang sudah telanjang itu langsung mengarahkan batang besarnya ke memekku dan menghujamkannya dengan penuh nafsu.
“Ah..ah.. Terus pak.. Ah..” suaraku keenakan, dan gerakan Pak Sodik yang mulai di luar kendali, menimbulkan suara derit yang lumayan kencang dari bangku bambu ini, ternyata usia tak mempengaruhi kemampuan seksual seseorang, Pak Sodik yang paruh baya ini cukup tangguh menggenjotku.
“Ayo.. Pak.. Ah ah.. Terus.. Kontolin aku ah..” sengaja aku teriak agak keras karena aku melihat ada bayangan di balik pintu garasi yang terbuka separuh itu, aku yakin itu Ko Andrew.
Selang 20 menit Pak Sodikpun mengalami ejakulasi dan menyemprotkan cairan spermanya di memekku, sementara aku sudah sejak tadi mencapai puncak kenikmatan. Kutinggalkan Pak Sodik yang masih terkapar dilantai, dan ketika aku memasuki rumah kulihat Ko Andrew duduk di ruang tengah.
“Menjijikan..” katanya sinis.
Kubalas kesinisannya dengan menyentuh memekku yang masih berlumuran sperma Pak Sodik, dan kujilat di depan nya dengan gaya seolah menikmati makanan lezat. Kejadian dengan Pak Sodik malam itu, cukup membuat murka ko Andrew, aku disuruh pindah ke rumah yang lain.
Karena dia mengatakan, tidak ingin papanya melihat kelakuan bejadku. Tak masalah buatku, karena dengan begitu aku bisa semakin bebas.
“Tet..tet..” suara bel di pagar depan mengangguku yang baru saja selesai mandi, karena tidak memiliki pembantu dan Pak Sodik juga belum datang, terpaksa dengan hanya masih mengenakan handuk melihat siapa yang memencet bel, ternyata papa mertuaku. Dengan sedikit bergegas aku menuju gerbang.
“Maaf pah, lama, tadi Yuni lagi mandi..” kataku.
“Iya ga apa..” jawabnya, sambil matanya melirik ke dadaku, handuk yang melilit tubuhku ini tidak mampu menutupi seluruh payudaraku.
Setelah pamit sebentar untuk memakai baju kutemui kembali papa mertuaku itu. Ternyata kedatangannya untuk menanyakan masalah diantara aku dan anaknya, akhirnya aku pun menceritakan semua dengan jujur termasuk kejadian dengan Pak Sodik, aku sudah pasrah jika papah mertuaku ini juga memandang jijik padaku.
“Maafin papah ya, karena menikah dengan Andrew, Yuni jadi tersiksa..” katanya pelan, sambil menepuk pahaku, karena memang saat itu aku mengenakan celana pendek, sentuhan tangannya yang langsung menyentuh kulit pahaku, menimbulkan sensasi berbeda didiriku. Untuk sesaat mata kami bertatapan.
“Yuni sabar aja dulu ya. Nanti papa yang coba bicara ke Andrew!” katanya sambil tangannya yang di pahaku bergerak mengelus pelan.
Aku tidak lagi fokus akan ucapannya, sentuhan tangannya di pahaku telah membuat birahiku terpancing.
“Apa yang Yuni ingin papa lakukan..?” tanyanya lagi, dan kali ini tangannya membelai wajahku menyusuri leher dan bahuku.
“Yuni mau papa masukin tangan papa ke baju Yuni..” kataku dengan nafas memburu.
“Seperti ini..?” katanya ketika tangannya sudah mengusap perutku..
“Iya Remas dadaku pah…” kataku semakin tak bisa lagi mengontrol diri.
Tangannya meremas tetekku yang masih terbungkus bra itu. Merasa sudah kepalang tanggung, kuputuskan untuk melepas kaos juga bra yang kukenakan, dan kini kedua gunung kembar 34c miliku ini terpampang bebas di hadapan mertuaku yang duduk di sampingku.
“Akh.. Terus pah..” rintihku dengan mata terpejam menikmati setiap remasan tangannya.
“Yuni suka teteknya papa remas..?” tanya dirinya.
“Iya pah.. Yuni suka..” jawabku mendesah.
“Sekarang apalagi yang Yuni mau papa lakukan..?” tanyanya lagi.
“Yuni mau disentuh di dalam sini..!” ujarku mengarahkan tangannya ke selangkanganku dan menatapnya dengan tatapan memohon. Dan tangannya langung menyelusup ke dalam celanaku.
“Wow.. Basah sekali disini..!” ucapnya ketika jemarinya sudah menyentuh bibir memekku.
“Hu’um” desahku.
“Apa yang Yuni pikirkan sampai bisa sebasah ini..?” tanyanya lagi sambil terus mempermainkan jarinya di celah basah selangkanganku.
“Yuni memikirkan papah..!” jawabku sambil menatapnya..
“Apa yang ada di pikiran Yuni…?”
“Wajah tampan papah, berada di selangkangan Yuni…” jawabku sambil membelai mesra wajahnya.
Dan segera dia bangkit dari sampingku berjongkok di depanku, dan memelorotkan celana pendek dan juga celana dalamku bersamaan. Dilebarkannya kedua kakiku.
“Seperti ini..!?” serunya menatapku sebentar lalu membenamkan wajahnya di memekku.
“Iya.. Pah.. Seperti itu.. Ah..ah..” jeritku ketika merasakan nikmatnya sentuhan lidah di bibir memekku.
“Enak..?” tanyanya..
“Enak banget pah…” jawabku sambil tanganku menekan kepalanya untuk kembali menjilat.
Dan memang permainan lidahnya sungguh hebat.
“Papah enak banget jilatannya, belajar sama siapa.. ah..ah.. Ah.. Terus ah..” aku meracau keenakan.
“Belajar sama gadis-gadis nakal..” jawabnya.
“Yuni mau jadi gadis nakalnya papah…” kataku sambil meremasi buah dadaku sendiri.
Semakin terbawa rangsangan birahi, akupun bangkit dari dudukku, dan papa mertuaku juga berdiri, sementara ia melepas bajunya, aku juga memelorotkan celananya.
“Ini apa pah..?” tanyaku ketika melihat beberapa bulatan seperti kelereng kecil di ujung kontolnya yang sudah sangat tegang itu.
“Itu yang akan memberi Yuni kepuasan yang selama ini Yuni cari..!” jawabnya sambil menelentangkan tubuhku di atas karpet lantai.
Digosok-gosokan ujung kontolnya yang bergerenjul itu di celah rongga memekku..
“Masukin pah..” pintaku.
Dan perlahan batang keras itu terbenam ditelan memekku, dan rasa dari ujung kontolnya benar-benar menimbulkan sensasi berbeda ketika menyentuh rongga bagian dalam memekku.
“Ah..ah..ah.. Terus pah.. Akh..” suaraku disertai rintihan ketika batang kontol mertuaku itu mulai menggenjot memekku.
“Aakh..ah..ah..” suara desahan dan deru nafas mengiringi persetubuhan terlarang pagi itu. Dan tak sampai lama akupun mencapai orgasmeku, sementara papa mertuaku masih terus menggenjotku sampai beberapa menit kemudian juga ambruk menindih tubuhku.
Dan sejak itulah aku seolah menemukan suami pengganti yang bisa selalu memuaskanku, dan imbasnya hubunganku dengan ko Andrew semakin jauh, apalagi ketika dia harus ke Singapura untuk urusan bisnis selama 3 bulan, kami totally lost contact.
“Ah.. Siapa sih.. Ganggu aja..” gerutuku ketika suara bel mengganggu niatku untuk makan siang.
“Astri..” aku sedikit berteriak ketika melihat siapa yang datang, sahabat karibku waktu di Bali.
“Kenapa semalam ga bilang kalo mau kemari sekarang, aku kan bisa jemput..!” kataku setelah kuajak dia masuk.
“Ga apa kok Yun..!” jawabnya letih.
“Lo keliatan letih, ya udah istirahat dulu, gua udah siapin kamar buat lu..” kataku sambil mengajak nya untuk ke kamar.
Senang juga ada Astri di sini aku jadi ada teman mengobrol, cuma sejak kedatangannya kunjungan birahi mertuaku jadi terhenti, dan ketika aku bilang sahabatku itu ke sini untuk kerja, langsung saja ia memasukkan kerja di salah satu hotel miliknya.
Dan kembali hubungan terlarang kami berlanjut, karena Astri memilih untuk kost di dekat tempat kerjanya. Hubunganku dengan ko Andrew sudah tak bisa lagi dipertahankan, bahkan ketika dia kembali dari luar negeri, dan bekerja di Jakarta lagi, kami sudah tidak pernah saling ketemu, aku semakin larut dalam hura-hura dan berpetualang dalam nafsu birahi.
Sejak papah mertuaku kerap meniduriku aku jadi semakin tidak masalah dengan kondisi keuanganku dan aku jadi semakin tidak memperdulikan Ko Andrew, termasuk ketika aku mendengar tentang gosip dia ada main dengan pegawainya.
Bahkan ketika aku tahu ia sudah membelikan rumah untuk perempuan itu aku masih tidak perduli, namun emosi ku menjadi tidak terkendali ketika ku tahu kalau wanita itu Astri, teman baikku sendiri, teman yang sering kutolong sejak di Bali dan juga ketika ia mempunyai masalah lari dari Bali aku yang menampungnya dan kini balasannya ia merebut pria yang masih berstatus suamiku.
Dengan tanpa merasa malu, kulabrak Astri di cafe itu, ku tampar, kujambak rambutnya dan ia hanya diam menangis bertingkah seolah tak tahu apa yang terjadi, aku terus meradang memaki dan memukulinya hingga beberapa orang menarikku keluar dari cafe itu.
Dengan emosi kutemui papa mertuaku, bermaksud meminta dukungannya, tapi yang kudapat sungguh di luar dugaan, setelah semua yang dia lakukan padaku dengan teganya ia berkata bahwa ia tidak keberatan hubungan mereka.
“Kau pikir aku akan terus membiarkan anakku dengan wanita binal sepertimu, sudah jauhi keluarga ini, dan ini uang, kurasa sangat cukup untuk hidupmu..!” sambil memberikan selembar cek yang entah berapa jumlahnya.
Aku hanya diam benar-benar tak bisa mengerti semua ini, dan aku hanya mengemudikan mobilku pergi dari rumah itu, dan tiba-tiba tanpa sadar aku merasakan benturan keras, dan rasa sakit diperutku..
“Anda sudah sadar..?” suara dari seorang perempuan yang terdengar disisiku.
“Dimana aku..?” tanyaku sambil mengitari pandanganku di tempat yang penuh warna putih ini.
“Anda mengalami kecelakaan, dan sudah 2 hari anda tidak sadar..” jelas suster itu.
Aku sungguh tidak ingat, ah iya aku ingat benturan itu dan sakit di perutku.
“Akhh..” sakit sekali ketika tanganku menyentuh permukaan perutku yang diperban itu.
” Anda terluka di bagian perut.. Nanti Dokter akan menjelaskan secara rinci kondisi anda..” jelas suster itu lagi, sambil memeriksa infus di tanganku.
Satu persatu bagai rangkaian puzzle aku kembali mengingat semua yang terjadi, ya Astri lah yang menyebabkan semua ini..
“Apaa..? Jadi.. Jadi.. Saya ga akan bisa hamil dok…!” aku setengah berteriak mendengar penjelasan dari Dokter Bagas.
“Maaf kami tidak punya pilihan lain untuk menyelamatkan anda, besi yang menusuk anda tembus ke rahim dan membuat pendarahan yang sulit dihentikan, satu-satunya cara hanya mengangkat rahim anda, atau anda tidak tertolong..”jelas Dokter itu.
“Jangan salahkan Dokter, saya yang menyetujui operasi itu, karena saya tidak bisa menghubungi keluargamu, dan waktu itu sangat dibutuhkan tindakan cepat,.” suara seorang wanita paruh baya yang tak kusadari kehadirannya.
“Siapa Anda…?” Tanyaku bingung.
“Mobil yang terlibat kecelakaan dengan kamu adalah milik perusahaan saya. Hasil penyelidikan sementara, kecelakaan terjadi karena mobil truk yang membawa pipa besi itu berhenti mendadak, jadi dengan itu atas nama perusahaan dan saya pribadi, akan bertanggung jawab sepenuh nya.!” kata wanita yang dari penampilannya terlihat sangat elegan itu..
Mister Sange – Kumpulan Kisah Porno Dewasa
Aku juga menyadari kondisiku saat itu, jadi akupun tidak ingin memperpanjang lagi masalah, mungkin ini sudah takdirku yang ada dalam niatku sekarang adalah bagaimana membalas dendam terhadap Astri.
“Jadi seperti itu, tante mengerti apa yang kamu rasa, tapi keinginanmu untuk membalas dendam tante tidak setuju..” kata tante Anna menasehatiku, ketika aku sudah dinyatakan sembuh dan bisa pulang.
Tante Anna adalah pengusaha properti yang lumayan sukses, sejak kecelakaan itu, dan mungkin karena rasa tanggung jawabnya ia hampir setiap hari menjengukku, dan ketika aku dinyatakan sembuh ia memintaku untuk tinggal dengannya.
“Tante tahu, kamu tidak terima atas perlakuan keluarga suamimu, untuk itu kamu harus bisa menunjukan kepada mereka kalau kamu tidak serendah pandangan mereka…”
“Lalu Yuni harus bagaimana tante..?”
“Sudah, nanti kita bicarakan di rumah, sekarang ayo pulang. Nah tuh Dokter Bagas datang bisa sekalian pamitan..” kata tante Anna ketika Dokter muda yang selama hampir sebulan ini merawatku masuk ke kamarku.
“Ingat seminggu sekali masih harus kontrol..!” katanya mengingatkan sambil menjabat tanganku. “Sudah.. Sudah nanti juga ketemu lagi..” Tante Anna berkata menarik tanganku yang masih digenggam Dokter Bagas, hal itu membuat kami berdua menjadi tersipu.
Tante Anna membawaku ke rumahnya di kawasan Menteng Jakarta, rumahnya tidak terlalu besar namun kesan mewah tidak bisa terlepas dari rumah ini.
“Nah ini rumah tante, disini hanya ada tante dan pembantu..” katanya ketika kami sampai.
“Siang bu, non..!” sambut seorang gadis muda seusiaku, yang keluar dari dalam rumah.
“Ini Ratna, dia yang ngurus rumah ini, dia juga yang tadi ngambil barang-barangmu di rumahmu..” tante Anna mengenalkan kami. Memang kemarin tante Anna meminta ijin untuk memindahkan barang-barangku ke rumahnya.
“Ya sudah kamu istirahat dulu, Ratna antarkan non Yuni ke kamarnya..” perintah tante Anna.
Dan akupun mengikuti, ternyata semua barang-barangku sudah ditata rapi di kamar itu..
“Makasih ya Rat..”
“Iya sama-sama non, kalau perlu apa-apa bilang saya aja..” katanya lalu pamit meninggalkanku.
Selama dua hari di rumah itu, tante Anna belum menceritakan rencananya padaku, dan akupun tidak bertanya dulu, karena kulihat dia sangat sibuk.. Baru di hari ketiga ia memanggilku dan mengatakan aku harus kuliah bisnis diluar negeri selama 1 tahun.
Aku pikir tidak ada ruginya sekalian melupakan sedikit kenangan buruk disini, dengan kemampuan bahasa inggrisku tidak sulit buatku beradaptasi menempuh pendidikan singkat disalah satu kota di Inggris.
Dan akupun benar-benar memfokuskan diri untuk belajar. Satu tahun kemudian, Sengaja aku tidak bilang kepulanganku pada tante Anna, karena ingin memberikan kejutan padanya karena hari ini ulang tahunnya. Saat hendak mencari taksi ada suara pria memanggil namaku.
“Ci.. Ci Yuni..!”
“Pak Sodik..!” teriakku ketika melihat pria paruh baya bekas sopirku itu,
“Ayo ci, mau naik taksi kan..”
“Pak Sodik jadi supir taksi sekarang?” tanyaku ketika sudah didalam taksinya,
“Iya ci.. Maaf ya ci waktu itu saya ga datang lagi jadi sopir ci Yuni, karena Pak Nugraha memecat saya. Saya dengar ci Yuni kecelakaan.. ”
“Iya lupain aja, dah berlalu, sekarang tolong antar saya ke Menteng..!” kataku tidak ingin mengungkit lagi hal itu.
Ketika sampai di rumah, tante Anna belum pulang, bersama Ratna kuatur pesta kejutan untuk tante Anna nanti.
“Tinggal cari kue tartnya Rat, dimana yah yang dekat ?” tanyaku pada Ratna,
“Di dekat perempatan sana ada non, dekat kok, kalau non mau biar saya beli..” tawar Ratna.
“Biar aku aja, kamu bersih-bersih aja..”
Toko kue itu memang tidak lah jauh, dan dengan jalan kaki pun aku bisa mencapainya dan ketika hendak kembali aku berpapasan dengan seseorang yang sudah lama tak bertemu.
“Yuni.!” sapanya.
“Dokter Bagas..!”
“Kapan pulang, kata Bu Anna kamu di London..!”
“Baru tadi siang dok..!”
“Gimana kabarnya baik-baik aja kan..”
“Iya baik.. Dokter gimana, kok ada disini..?” aku balik bertanya.
“Sekarang saya tinggal di sekitar sini, dua blok dari rumah Bu Anna..”
“Owh.. Kalau gitu bisa dong nanti malam datang ke rumah, tante Anna ulang tahun hari ini..” upps aku tanpa pikir panjang mengundangnya apa nanti pikir tante Anna.
“Oh ya, bisa bisa..” jawabnya, senang juga mendengar jawabannya, walau bingung juga gimana nanti jelasin ke tante.
Dan kejutan ultah serta kepulanganku benar-benar membuat tante terkejut dan terharu, ternyata ini adalah kali pertamanya ia merayakan ulang tahun setelah kematian suaminya 5 tahun lalu.
“Siapa itu Rat, coba lihat..?” perintah tante pada Ratna.
“Mungkin Dokter Bagas..” ucapku
“Dokter Bagas..?” tante Anna memandangku dengan pandangan menyelidik.
“Tadi Yuni ketemu pas beli kue, terus sekalian deh diundang kesini..” jawabku sedikit malu.
“ehm.. Ternyata ada yang bergerak cepat ya..” guman tante Anna sambil mencubit pipiku.
Malam itu kami rayakan ultah tante Anna dengan makan malam bersama, dan selesai makan malam Tante Anna pamit untuk istirahat, sementara aku masih menemani Dokter Bagas ngobrol.
“Ga usah pakai Dokter lah, Bagas saja.” protesnya ketika aku terus menggunakan sebutan dok didepan namanya.
“Nanti kalo panggil mas, ada yang marah lagi..” godaku.
“Bagas aja.. Lagipula kalo kamu yang panggil mas, nanti malah dikira aku tukang bakso..”
“Masa ganteng gini.. tukang bakso..” ah kenapa aku berkata seperti itu..
“Jadi aku ganteng ya..” kali ini dia yang balik menggodaku dengan tatapannya.
“Ga tau ah..” kataku bingung dan salah tingkah, tapi ia malah semakin mendekatkan wajahnya dan kamipun berciuman, bibir kami saling lumat dan lidah kami bertautan saling menjilat.
Tangannya mulai memelukku, tubuh kami berpelukan semakin erat, dan kini ciumannya telah berpindah dari bibirku, jadi menyusuri leherku, menjilati daun telingaku dan bergerak ke wajah, dan kembali bibir kami bertautan.
“Di kamar aja yuk..” kataku menahan tangannya yang ingin melepas kancing bajuku.
Kutuntun tangannya menuju kamarku, dia sedikit menghentikan langkahnya ketika melihat Ratna yang baru dari dapur. Kutempelkan telunjuk di bibir memberi kode pada Ratna untuk diam, dan ia balas dengan senyum mengerti. Sesampainya di kamar kami saling melucuti pakaian hingga sama-sama bugil, dan kembali bergumul Bagas menindihku.
“Aah..ah..eah..” aku mengerang menikmati sentuhan lidahnya di ujung putingku dan juga remasan di payudaraku.
“Akh..eah..” kedua tanganku turut menekan kepalanya.
“Kamu cantik sekali Yun..!” katanya lalu beringsut turun ke bawahku, dan menjadikan memekku sasaran kenakalan lidahnya.
Jilatannya membelah liang itu, menyusuri bagian bergerenjul di dalamnya, yang entah kenapa begitu cepat basah.
“Yeah.. Terus… Jilat .. Akh….” setelah sekian lama tak ada yang menyentuhnya, kini hangatnya lidah Bagas terasa begitu nikmat di memekku.
Mungkin kalau Bagas tak segera menghentikan jilatannya dan mengarahkan batangnya ke mulutku, aku sudah orgasme. Setelah hampir setahun tidak pernah merasakan lagi, kini aroma khas dari kontol itu, seolah menjadi pembangkit birahi yang luar biasa, kujilati dengan penuh kenikmatan batang berurat itu..
“Ya ah.. Hisap.. Terus.. Ah..” Bagas meracau sambil menekan masuk kontolnya di mulutku.
Kuemut, kuhisap dan kujilati batang itu hingga erangannya begitu terkesan memburu..
“Aku masukin yah..” katanya ketika kontolnya ditarik dari mulutku.
“Ya masukin ke memekku, cepat..” bisikku.
Dan dalam hitungan detik kontolnya sudah bersarang di lubangku. Dan perlahan ia mulai bergerak naik turun, menggerakkan kontolnya mengocok memekku.
“Ah..ah..ah.. Yeah.. Ah..” suara erangan tertahan di antara beratnya dengusan nafas mengiringi setiap hentakannya yang selalu kusambut dengan goyangan.
“Kamu tahu ga.. Waktu pertama kali melihat tubuh telanjangmu, di meja operasi dulu dan melihat bagian memekmu, aku yakin sangat nikmat untuk disetubuhi, dan ternyata emang nikmat sekali..” katanya sambil menekan lebih.
“Dasar Dokter mesum..” kataku sambil memeluk lehernya dan langsung kugigit bahunya.
“Akh.. Sakit..” protesnya
“Biar hukuman untuk Dokter mesum..” kataku sambil merajuk.
Gerakannya semakin lama semakin cepat, akupun juga semakin cepat menggerakkan pinggulku dan aku merasakan sedikit lagi orgasme menggapaiku dan “akhhhh..” akupun mencapai klimaksku. Sementara nafas Bagas pun semakin memburu dan ku tahu ia juga sedang di ambang klimaks, tiba-tiba Bagas menarik kontolnya, dan mengocoknya di atas perutku sebelum akhirnya cairan putih kental itu memuncrat dari ujung kontolnya, beberapa kali membasahi perutku.
Ia lalu ambruk disisiku. Jujur aku memang lelah sehabis orgasme tadi, tapi kelakuannya itu benar-benar membuatku tak bisa menahan tawa.
“Kenapa..?” tanyanya bingung dengan nafas yang masih terlihat ngos-ngosan.
“Kenapa dikeluarin di luar..?” tanyaku sambil tertawa.
“Aku takut nanti kamu…” dan ia pun tidak meneruskan ucapannya, baru ingat rupanya kalau aku tak mungkin bisa hamil, lalu ia pun turut tertawa menyadari kebodohannya itu.
Hari-hari berikutnya Tante Anna mengajariku untuk berkerja di kantor, dan akupun sungguh-sungguh mempelajari setiap ilmu yang diberikannya, dalam 2 bulan aku sudah cukup pandai untuk menangani proyek-proyek kecil, hingga akhirnya siang itu di kantor, tante Anna memanggilku.
“Ini proyek besarmu, mungkin secara nilai tidak terlalu besar, tapi Tante tahu, ini yang kamu tunggu selama ini..” katanya sambil menyerahkan sebuah map kepadaku.
“Ini proyek hotel milik ko Andrew..?” tanyaku ketika melihat isi berkas di map itu.
“Iya, dan jika kita sepakat untuk mendanai proyek pengembangan hotel itu, secara otomatis 65% sahamnya, menjadi milik kita dan itu cukup untuk membuat mantan suamimu itu mengikuti segala perintah dan keputusanmu karena seluruh operasional manajemen akan berada dibawah kendalimu..!” jelas tante Anna.
“Tante.. Makasih..” aku bangkit dan memeluk Tante Anna, aku sangat terharu, ini jauh sekali melebihi apa yang kubayangkan.
“Oah..ah..ah..” desahan disertai nafas memburu dr. Bagas, yang sedang menindih dan menggagahi tubuhku.
“Terus…yeah..ah..ah.. Aku…aku… Udah mauu nyampee.. Ahh..!” desahku merasakan detik-detik puncak kenikmatan yang akan sebentar lagi menderaku akibat gesekan batang nikmat dr. Bagas, yang keluar masuk di dalam rongga kelaminku.
“Akhh..ahh..” aku menjerit dalam kepuasan ketika tubuhku, tak mampu lagi menahan gelombang puncak kenikmatan dari pergesekan kelamin ini.
Tubuhku mengejang sesaat sebelum akhirnya tubuhku lemas tak berdaya, dan hanya bisa pasrah membiarkan ikut terbawa gerakan dari dr. Bagas yang semakin cepat memompa batangnya di memekku.
“Jangan di situ.. Keluarin di mulutku..!” kataku sambil mendorong tubuh dr. Bagas ketika kulihat ia hampir sampai.
“Aku ingin merasakan spermamu..” kataku, dan dia pun beranjak, mengangkangi tubuhku, sambil menggenggam batangnya, dikocok-kocoknya batang yang terlihat sudah sangat basah karena baru saja terbenam lama di memekku itu, lalu dimasukan k edalam mulutku yang sudah ternganga sejak tadi menanti.
“Ahhh..” ia gerakkan batang itu keluar masuk di mulutku beberapa kali sebelum akhirnya dibenamkan seluruhnya ke dalam mulutku hingga menyentuh rongga tenggorokanku, dan memuncratkan beberapa kali cairan hangat kental yang langsung tertelan dan kuhisap serta kujilati hingga tiada tersisa, karena setelah malam ini entah kapan kami bisa melakukan hal ini lagi.
Kami berbaring tanpa busana dalam lelah berbalut nikmat memandang kosong langit-langit kamar ini, entah apa yang ada di pikiran kami yang jelas untuk sesaat kami diam.
“Setelah urusanmu di sana selesai, apakah kau akan kembali kesini..?” tanya dr. Bagas memecah keheningan.
“Entahlah.. Setelah semua selesai, aku juga tidak tahu apakah akan kembali ke sini atau tetap di sana, atau pergi memulai sesuatu yang baru di tempat baru..” jawabku datar.
“Jika aku katakan aku akan menunggumu, apakah kamu akan kembali?”
“Jangan menungguku, aku bukanlah orang yang pantas kau tunggu, cari wanita lain, wanita baik yang bisa kau ajak untuk membangun sebuah keluarga yang sempurna, keluarga yang penuh tawa dan canda riang anak-anak..” ucapku lirih.
“Apakah kau tidak ada perasaan padaku.?” tanya nya..
“Perasaanku padamu biarlah menjadi rahasiaku, nanti jika kukatakan aku mencintaimu kau akan galau, jika ku katakan aku tidak ada perasaan apa-apa, kau patah hati, jadi karena aku tidak mau meninggalkanmu dalam kegalauan ya aku ga mau jawab..” kataku menggodanya, untuk menutup rasa sesungguhnya di hati ini.
Mr Sange – Kumpulan Cerita Dewasa Menantu dan Mertua
Kurubah posisiku menyamping agar bisa menatap wajahnya, kami saling tatap, tangannya membelai wajah dan rambutku.
“Aku merasa nyaman jika bersamamu, andai saja ada yang bisa kulakukan untuk menahanmu agar tetap disini..!” ucapnya pelan disertai tatapan mata yang begitu tulus, dadaku terasa bergemuruh mendengarnya.
“Hey katakan apa yang paling kau rindukan dari tubuhku nanti..?” tanyaku berusaha mengalihkan.
“Aku akan merindukan bibirmu yang begitu manis saat dikulum, terasa begitu hangat saat mengulum..” ujarnya sambil jarinya menyentuh bibirku dan lalu masuk ke mulutku.
“Lalu apa lagi..?” tanyaku lagi.
“Aku akan merindukan payudara ini, yang begitu hangat, dan lembut saat disentuh dan diremas juga puting ini yang terasa begitu menggelitik ketika dimainkan dengan lidah,.” ucapnya sambil meremas pelan buah dadaku dan menarik puting..
“Dokter kau benar-benar mesum. Lalu apalagi..?” kataku sambil meremas batangnya yang mulai mengeras lagi, namun entah kenapa suaraku terdengar parau dan mataku berkaca-kaca.
“Dan yang akan paling kurindukan adalah ini..” katanya sambil menyentuh kemaluanku “Benda ini selalu terasa lembut jika disentuh, begitu mudah basah, dan sangat rapat jika dimasuki..” lanjutnya sambil menyelipkan jemarinya kesela lubang selangkanganku.
“Kau sangat mesum Dokter..” kataku sambil memukul dadanya dan ia balas merangkulku membenamkan wajahku di dadanya.
Aku tak kuasa lagi bertahan aku menangis dalam pelukannya, andai saja aku masih sempurna, aku tidak akan pernah mau pergi darinya.
Ada seseorang di sana yang harus membayar deritaku ini, orang yang telah membuatku tidak berani bertahan di sisi orang yang kusayangi, orang yang telah membuatku tidak lagi bisa meneruskan garis keturunan keluargaku, mereka akan membayar semua ini, aku akan membuat mereka membayar dengan airmata dan darah. Akhirnya setelah sekian lama, aku kembali lagi ke sini, Bali tempat sebagian besar hidupku kujalani.
“Ibu Yuni..” tanya seorang pria yang membawa papan bertuliskan namaku ketika kuhampiri.
“Iya.” jawabku.
Ia lalu mengambil tas yang kupegang.
“Saya Giman Bu, saya yang akan jadi sopir ibu..” katanya mengenalkan diri, usianya mungkin sama denganku, kulitnya hitam, asalnya dari Jogja. Dari bandara aku langsung menuju rumahku, sudah sangat kangen dengan papa dan mama.
Tangis haru mewarnai pertemuanku dengan kedua orangtua ku, mereka memang sudah tahu semua yang terjadi padaku, bahkan mama juga pernah melabrak ibunya Astri setelah tahu bahwa Ko Andrew menceraikanku dan menikahi Astri, aku dapat merasakan betapa terpukulnya mereka.
Kuputuskan untuk menginap di sini dulu melepas semua kangen dan sedikit belajar tentang manajemen hotel pada papa, hotel punya orangtuaku ini adalah hotel kecil namun posisinya, tepat di tepi hamparan pasir pantai, papa juga bercerita bahwa ko Andrew sempat berniat mengambil hotel ini, untunglah papa bisa mengembalikan bantuan modal yang pernah diberikan perusahaan Ko Andrew dulu.
Sungguh tak bisa diceritakan betapa nyamannya duduk di hamparan pasir ini, memandang laut yang luas..
“Nak Yuni…” suara seorang wanita memanggilku dan aku sangat terkejut ketika melihat siapa wanita itu.
“Ibu..!” ucapku setengah berteriak ketika melihat sosok paruh baya itu yang tak lain adalah ibunya Astri.
“Maafkan Astri ya nak.. Ini semua salah ibu yang tidak bisa mendidiknya dengan benar, ibu tidak menyangka dia bisa seperti itu sama nak Yuni..” ucapnya dengan nada penuh penyesalan.
Aku sedikit heran mendengarnya, dan semakin heran ketika melihatnya masih membawa keranjang berisi sovenir.
“Ibu masih jualan souvenir..?” tanyaku.
“Iya nak” jawabnya pelan.
Aku sangat akrab dengan keluarga Astri, aku tahu bagaimana sifat ibunya.
“Ibu gimana kabarnya, sehat..?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“Sehat nak..” jawabnya, aku dekati dia, kupeluk tubuhnya.
“Udah lama banget ya kita ga ketemu, Yuni kangen makan petis bikinan ibu..” kataku, ia terdiam air mata menetes di wajahnya, kuusap dengan tanganku.
“Yuni udah ga apa-apa, ibu jangan banyak pikiran nanti sakit..” ucapku.
Ia hanya mengangguk
“Terimakasih nak,.” katanya terisak.
“Ibu..” kami tersentak sejenak, ternyata seorang gadis muda.
“Diah..” aku mengenalinya, dia adiknya Astri, wajahnya terlihat ketakutan, aku yakin di usianya sekarang ia pasti sudah tahu dan mengerti apa yang terjadi antara aku dan kakaknya.
“Enggak kangen sama cici..?” Kataku menyapanya, ia memandang ibunya, dan mendekatiku, kupeluk dia, dulu memang kami cukup dekat, ternyata Diah juga berjualan souvenir membantu ibunya seperti Astri dulu, Diah sudah lulus sma dan tidak kuliah.
Aku yakin jika ia mau kuliah Astri pasti akan membiayainya, kurasa ibunya lah yang melarang. ketika kutawarkan akan mencarikan pekerjaan ia terlihat sangat senang. Bersiaplah Astri, pertama-tama akan kubuat kau kehilangan keluargamu.
Hari yang dinanti tiba. Semua staf yang akan membantuku sudah datang semua sebagian dari Jakarta dan sebagian dari Bali. Kubagi dua grup mereka. Satu fokus di bagian konstruksi dan satu lagi mempelajari manajemen hotel, setelah semua mengerti, kami berangkat beiringan dengan 5 mobil yang cukup mewah.
Tante Anna benar-bener membuatku merasa begitu percaya diri dengan semua ini. Sesampai nya di hotel beberapa staf menyambutku, ada beberapa yang kukenal, salah satunya Niken temanku satu sekolah dulu, yang menatapku dengan pandangan bingung. Kami langsung menuju ruang meeting dimana staf dan direktur hotel sudah menunggu. Dan inilah setelah sekian lama, aku kembali bertemu Ko Andrew, ia tampak tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
“Apa kabar Pak Andrew..!” sapaku sambil menyodorkan tangan mengajak berjabat tangan, beberapa staf mamandang ke arah kami, ketika untuk sesaat Ko Andrew diam tak menjabat tanganku. Namun menyadari tatapan dari semua ia pun menjabat tanganku.
Kendati masih tampak jelas kebingungan di wajah Ko Andrew, namun meeting itu berakhir sukses dengan resmi ditandatanganinya perjanjian kerjasama antara dua perusahaan, dimana mulai hari ini, akulah yang menjadi direktur utama dihotel ini.
Setelah itu akupun menuju ruanganku, karena letaknya satu lantai dengan ruang Ko Andrew, kuputuskan untuk menyapanya, kumasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu, karena memang pintunya tidak tertutup rapat. Ia sedang duduk di balik meja kerjanya, matanya menatapku dengan tatapan penuh amarah.
“Apapun rencanamu, aku akan mengawasimu..!” katanya dengan nada bergetar.
“Kenapa ko, kok berfikiran buruk ke aku..!” kataku sambil mendekatinya dan duduk di atas meja di depannya.
“Aku tahu kamu punya rencana buruk. Jangan harap aku bisa mempercayaimu..” katanya lagi, aku dapat melihatnya begitu emosi, wajahnya begitu berkeringat.
Aku mendekat ke sampingnya, kudekatkan wajahku ke telinganya.
“Dengar baik-baik, aku hanya ingin mengembalikan apa yang pernah kalian berikan padaku..” bisikku di telinganya, kujulurkan lidahku menjilat daun telinganya dan tanganku menyentuh depan celananya kugenggam tonjolan kelaminnya itu.
“Bersiaplah ko..” kataku sambil meremas gundukan di depan celananya itu, lalu kutinggalkan, tapi sebelum keluar, kubalikan tubuhku dan berkata,. “Ternyata yang itu belum bisa tumbuh besar juga ya. Upps lupa kan sarangnya juga kualitas rendah, kurang gizi, mana ada vitamin nya..!” ejekku dan langsung meninggalkannya.
Hari-hari berikutnya aku sibuk dengan rutinitas baruku di kantor ini, sambil berusaha mencari hal yang bisa kugunakan untuk menjatuhkan Ko Andrew, ternyata tidak butuh waktu lama untuk menemukannya.
Selang seminggu kemudian aku tahu, kalo Ko Andrew tertipu oleh kontraktor yang sebelumnya direncanakan menjadi pengembang di hotel ini, uang muka proyek sebesar 10 milyar yang berasal dari orang yang diajak join sudah dibayarkan namun tidak jelas rimbanya, dan kini si pemilik modal hanya tahu kalau Ko Andrew lah yang bertanggung jawab.
“Apa maksud semua ini? Ini hutang pribadi saya, dan jadi tanggung jawab saya…” Ko Andrew berkata penuh emosi di depan rapat direksi, yang kuadakan untuk membahas masalah hutangnya.
“Oleh sebab itu, sebelumnya kami telah memutuskan bahwa sebelum anda menyelesaikan hutang ini, sebaiknya anda non aktif dulu, dari posisi anda, karena kami tidak ingin nanti masalah hutang ini jadi membawa-bawa hotel ini..” kata salah seorang direksi pada Ko Andrew.
“Ini pasti rencana kamu perempuan sundal…!” katanya menunjukku geram, lalu menggebrak meja dan meninggalkan ruangan.
Akhirnya aku berhasil menyingkirkan Ko Andrew dari hotel ini, namun itu tak cukup buatku, ini baru awalnya. Diam-diam kukirim orang untuk menemui Astri, memintanya menemuiku di hotel.
“Kamu tahu untuk apa aku meminta bertemu..?” tanyaku.
Dia hanya menggeleng.
“Suamimu punya hutang, kamu pasti sudah tahu itu kan, dan kini si pemilik uang ingin melapor ke polisi.!” kataku padanya.
“Tolong yun, kamu sudah mengeluarkannya dari hotel, apa masih kurang cukup..” Astri berkata dengan mata tampak menangis..
“Untuk itu aku memintamu kesini, kesempatanmu untuk menolong suamimu ada di tanganmu sendiri sekarang..”
“Apa yang kamu mau aku lakukan..?”
“Datang lagi ke hotel ini, nanti malam, tanpa sepengetahuan suamimu..!” perintahku.
“Tapi Yun, aku tidak bisa keluar malam, aku punya anak yang masih kecil, terus bagaimana aku memberitahu Ko Andrew..!” protesnya.
“Nanti malam atau lupakan. Sudah aku banyak pekerjaan..” ucapku mengusir nya.
Sepeninggal Yuni kutemui Pak Nyoman, orang yang memberi uang kepada KLo Andrew, Pak Nyoman ini pengusaha terkenal di Bali, memiliki beberapa klub malam dari Kuta sampai Legian, dan yang terpenting, Pak Nyoman adalah seorang yang mata keranjang, sangat mudah dimanipulasi oleh paha dan dada seksi, untuk itulah kugunakan pakaian kantor yang seksi untuk menemuinya rok span mini nan ketat, blouse putih dan blazer.
“Ibu yakin ga perlu saya temani..?” tanya Pak Giman ketika sudah sampai di depan rumahnya.
“Bapak tunggu saja disini, saya bisa sendiri..” ucapku.
Rumah Pak Nyoman lumayan besar dengan taman luas dan dekorasi khas Bali, menunggu sejenak akhirnya pria paruh baya berkumis tebal itu keluar. Setelah berkenalan dan kujelaskan tawaranku untuk mengubah hutang Ko Andrew menjadi kepemilikan saham, iapun menyetujuinya.
“Tapi dengan satu syarat.” katanya, sebetulnya tanpa ia katakan pun aku sudah tahu apa yang ada di otaknya, karena sejak tadi pandangan mata nya menatapku dengan mesum.
“Saya mengerti pak…!”.
“Hahaha.. Pintar, ayo..” ia bangkit dan menuntun tanganku masuk ke dalam rumah, menuju kekamar yang ada di sudut ruang utama.
Kamar ini hanya berisi sebuah ranjang besi dengan sprei bermotif batik berwarna coklat, sebuah meja kecil dan kursi, dan pintu yang mungkin kamar mandi. Pak Nyoman memelukku dari belakang ketika aku masih berdiri terpaku memandang kamar ini, tangannya langsung melingkar di perutku, dengusan nafasnya terasa di leher belakangku.
“Kau seksi sekali..” katanya sambil melepas satu persatu kancingku.
“Kenyal dan lembut..” ucapnya lagi ketika semua kancingku sudah terbuka dan dia meremas dadaku yang masih terbungkus bra, sementara hidungnya ditempelkan di leherku menikmati aroma tubuhku.
“Akhhh.” desahku ketika bra yang menutup dadaku itu ditarik kebawah, dan kedua gundukan daging kembarku itu langsung terekspos bebas, yang lalu diremas oleh tangan kasarnya dan ditarik-tarik putingnya.
“Aahh..” desahku, sambil meremas dan sesekali menarik putingku, lidah Pak Nyoman juga menjilati leherku, dan tak mau hanya diam akupun menggerakan tanganku ke belakang berusaha menyentuh tonjolan di celananya yang sedari tadi sudah sangat terasa begitu keras menggesek pantatku.
“Bagaimana.. Cukup besar untukmu.?” tanyanya ketika tanganku berhasil menggenggam tonjolan di balik celananya.
“Hu..um..” jawabku sambil meremas benda itu.
Sambil menjilati daun telingaku tangannya menyusuri perutku. Menyelinap masuk ke dalam rok, terus menyelusup ke dalam celana dalamku, menyetuh bulu-bulu halus di sana.
“Basah sekali. Sudah tidak sabar ingin dimasuki ya..” ia berkata ketika ujung jemarinya sampai di celah kemaluanku.
“Iyahhh,.” rintihku pelan, ia menarik lagi tangannya, melepas rok itu, lalu membalikkan tubuhku menghadapnya, dilepasnya juga baju dan bra yang sedari tadi sudah tidak pada tempat seharusnya.
Aku juga turut melepas bajunya, karena tingginya lebih dari aku, aku terpaksa mendongak ketika ia ingin mengecup bibirku, memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku. Sementara kedua tangannya begitu aktif meremasi kedua gumpalan daging di dadaku.
Sambil membalas lumatannya tanganku melepas kancing celananya, menurunkan resletingnya dan celananya pun langsung melorot ke bawah, ternyata Pak Nyoman tidak memakai celana dalam, pantas tadi juga ketika masih bercelana begitu terasa ketika dipegang, tanganku langsung meremas benda bulat panjang berurat itu. Ia melepas lumatannya.
“Kau menyukai kontolku..?” tanyanya.
“Iya..besar dan berurat..!” jawabku dengan suara mendesah karena ia bertanya tanpa menghentikan remasan tanganya di payudaraku.
“Apa yang akan kau lakukan pada kontolku..?”
“Aku ingin melumatnya. Aku ingin menghisapnya..!”
“Apakah kau sangat menyukai ketika mulutmu dimasuki kontol..?” tanyanya lagi sambil menarik putingku.
“Akhhh.. Iyah..” jawabku pelan merintih karena sakit.
“Hisaplah sepuasmu..” ia melepas tangannya dari dadaku, dan menyentuh bahu lalu menekan agar aku berlutut, batang itu kini mengacung tepat di depanku, kedua tanganku memegang pahanya, lidahku menjulur menggapai batang itu, menjilati ujungnya, memainkan lidah di lubang kencingnya dan mengulas ke atas ke bawah.
“Akhh.. Yeah.. Akh..” teriaknya menikmati, dari ujung kontolnya, lidahku bergerak menyelusuri urat-urat yang menghiasi batang itu, membasahinya dengan liurku, terus berulang hingga batang itu semua basah, lalu kedua bola kembarnya pun tak luput dari jelajahan lidahku, kumasukkan ke dalam mulut, kukulum bergantian satu persatu, hingga si pemiliknya mengerang “akhhh yeahaa ..”
Kulakukan semua dengan lidah tanpa tanganku menyentuh sedikitpun. Selesai dengan bola-bola kenyal itu, kembali lidahku menjilati batang kontolnya menuju ujung kepalanya, menjilati cairan yang keluar dari ujungnya, lalu kumasukkan semua batangnya ke dalam mulutku, aku menyukai ukurannya yang tidak terlalu besar, dan tidak juga terlalu panjang, terasa begitu pas dimulutku.
Kepalaku bergerak maju mundur, sesekali kudiamkan batang itu di dalam mulut dan kubelai dengan lidah, atau kugigit-gigit kecil, lalu kembali kugerakkan kontol itu keluar masuk di mulut.
“Akh..akh..arrgh.. Hisap teruuss.. Owhh akh..” suaranya bergemuruh di antara dengusan nafasnya, kini tangannya juga sudah menjambak rambutku dan turut menggerakkan kepalaku mengatur irama mulutku yang bergerak keluar masuk di kontolnya.
“Akh..akh.. Luaar biasaa mulutmu..” erangnya, terdengar begitu menikmatinya, sambil terus menggerakkan kepalaku menumbuk di rimbunnya bulu jembut itu, membenamkan batangnya di dalam mulutku.
“Plak..plak..plah.” suara dari kepalaku yang menyentuh dinding atas kemaluannya, juga dari daguku yang bertumbu dengan kedua biji kembarnya, akibat dari tangannya yang menggerakan kepalaku begitu cepat.
“Ah..ahkh..akh,.. Makan nih kontol akh.. Akh..” suaranya begitu dalam, mengiringi gerakannya menikmati kocokan mulutku di kontolnya, aku pun terbawa birahi, tanganku memainkan memekku sendiri dari luar celana dalam yang sudah sangat basah ini, kuelus-elus pelan sambil menikmati kerasnya kontol yang keluar masuk di muluku.
Tak lama kemudian Pak Nyoman menarikku berdiri, dengan menjambak rambutku, kontolnya lepas dari mulutku.
“Sekarang gantian aku yang ingin menikmati kelaminmu..” katanya sambil meremas memekku dari balik cd ku yang basah.
“Nikmatilah pak.. Akhh..” ucapku, ia melumat bibirku, kubalas lumatannya, untuk sesaat kami saling melumat sampai kemudian, tangan satunya memegang pipiku, menekannya agar mulutku terbuka, lalu ia melepas kulumannya mengambil jarak sedikit, lalu “cuih..cuih ..cuih..!” ia meludah ke dalam mulutku yang terbuka dan dengan menggoda kutelan ludahnya itu sambil menatap matanya.
Kutatap matanya, kupegang kontolnya dan menariknya agar ia mengikuti, aku berbaring di ranjang telentang “Lihatlah sudah begitu basah, tak inginkah untuk segera membukanya..” godaku sambil menyentuh celana dalamku yang basah, mengelus dengan jariku “Ehmm nikmat..” desahku sambil menjilat jemariku yang basah oleh cairan memekku..
“Betul..betul binal.. ” ucapnya sambil memelorotkan cdku, lalu ditariknya tubuhku, satu kaki dibiarkan terjuntai disisi ranjang, satu lagi ditekuk di atas ranjang, sementara dia sendiri berlutut tepat di depan memekku. Langsung dibenamkan kepalanya, dan lidahnya langsung menerobos celah basah di selangkanganku itu. Ia mengangkat kepalanya sebentar menunjukkan mulutnya yang belepotan cairanku.
“Sedaapp..” ucapnya sambil menjilat bibir.
“Jilat lagi..” kataku sambil berusaha menggapai kepalanya dan menekannya lagi agar terbenam di lembah kenikmatanku.
“Makan memekku..ouggh,.” erangku, ketika benda lengket itu kembali menjilati bibir sensitif kemaluanku.
“Ah..ah..yeah..akh.” aku mengerang menikmatinya, sambil meremasi payudaraku sendiri..
“Eakhh..terusss.. akhh.. ” nikmat sekali rasanya, dan semakin nikmat ketika daging kecil di celahnya juga ikut tersapu oleh jilatan lidah.
Aku menggelinjang, sambil sesekali mengangkat pantatku agar sentuhan lidahnya terasa lebih dalam. Sedang asyik-asyiknya menimati jilatannya, Pak Nyoman menghentikan kegiatannya itu, ia membalikan tubuhku.
“Nungging…” katanya, tanpa protes akupun menungging di atas ranjang, ia menyusul naik.
“Plak..plak..” dipukul-pukulnya pantatku.
“Akhh.” erangku.
“Rasakan ini anak nakal.” katanya sambil menyelipkan jari tengahnya ke dalam memeku, dan mengocok-ngocoknya.
“Ah..ah..ah..” aku mendesah, dan iapun menambah jadi dua jari yang mengaduk memekku. “Akh..yeah..aowh akh..” irama jari yang begitu cepat membuatku tidak tahan dan menggelinjang.
“Ahh.. Akh…” ia menghentikan kocokan jemarinya, dan mulai menempelkan ujung kontolnya di depan bibir memekku, diusapnya belahan basah itu dengan kepala kontolnya, sebelum akhirnya didorongnya masuk mengisi rongga diselangkanganku itu..
“Akhh..” erangku.
Kontol itu terasa begitu pas di memekku, setelah diam untuk sesaat iapun mulai menggerakkannya perlahan keluar masuk menggesek memekku.
“Akh..akh.. Iya terus akh.. Enak ak..” erangku sambil menggoyangkan pinggul, ia mempercepat gerakannya keluar masuk, sambil kedua tangannya mencengkram pantatku.
“Akh.. Akh..” suara desahan bercampur dengan suara kecipak dari cairan akibat beradunya kelamin kami.
“Akh..ah..ah.. Memekmu benar-benar nikmat..” katanya sambil terus menggenjot.
“Akh..ah.. Kontol bapak juga enaak… Akh..” balasku, sambil terus menikmati genjotannya, aku merasakan tangannya yang sedari tadi mencengkram pantatku mulai membuka belahan pantatku, dan tiba-tiba.
“Arrrggh” aku terperanjat ketika lubang anusku dimasuki jempolnya. Sambil mempercepat gerakannya, ia juga menekan dan menusuk-nusuk duburku dengan jempolnya, sensasinya sungguh luar biasa, rasa sakit dan gesekan kenikmatan itu bercampur aduk, menghantarkan aku lebih dekat ke puncak kenikmatan.
“Akh..akh… Terus.. Pak.. Akh.. ” teriakku dalam desah menjelang puncak birahi.
”Ah..ah..ah..” Pak Nyoman juga terlihat mulai mencapai titik orgasme, ia bergerak semakin cepat, dan aku yang sudah di ujung kenikmatan tak mampu bertahan lagi.
“Akkkkkhh…” teriakku bersamaan dengan orgasmeku.
Dengan sigap Pak Nyoman menahan pantatku agar tetap nungging, dan ia terus mengocokku hingga kurasakan tubuhnya menegang, dan batang di dalam memekku itu terasa membesar sebelum akhirnya kembali mengecil bersamaan dengan menyemprotnya cairan hangat di dalam memekku. Tubuhnya ambruk menindihku.
“Akhhh..nikmat..sekali..” desahnya dan bergulir ke sampingku.
Kami terbaring kelelahan.
“Jika kau memberi servis seperti ini pada setiap partner bisnismu, aku yakin tak akan ada kontrak yang gagal..” ucap Pak Nyoman sambil membelai tubuhku.
“Memang semua pebisnis seperti bapak, yang deal kalo ada memek..” balasku.
“Hahaha.. Aku sepertinya menyukaimu nona manis. Tak pernah ada yang berani bicara seperti itu padaku hahaha..” ia berkata sambil tertawa.
“Tapi benarkan memang seperti itu?” tanyaku lagi.
“Hahaha.. Antara benar dan tidak..” jawabnya sambil tertawa.
“Maksudnya?”
“Mungkin benar aku selalu meminta wanita sebagai imbalan, tapi tidak benar kalau aku yang pakai wanita-wanita itu…” jelasnya.
“Kenapa ?” tanyaku lagi.. Sambil tanganku memegang kontolnya.
“Kamu lihat sendiri, aku baru sekali ngecrotin kamu, sudah terkapar tak berdaya seperti ini. Padahal aku masih penasaran dengan jepitan lubang anusmu…” jelasnya.
“Lalu untuk siapa cewe-cewe bonus itu…”
“Sebentar…” ia membuka laci di meja kecil di samping ranjang itu, mengambil handphone ..
“Suruh Dodo kesini..” ucapnya ditelepon.
“Siapa Dodo..?” tanyaku.
“Orang yang selalu kusuruh menikmati wanita wanita hasil deal bisnis. Dan aku hanya menikmati pertunjukannya saja.” jawabnya.
“Kalau begitu kenapa repot-repot, selalu minta dicarikan wanita, nonton bf aja..” ucapku.
“Hahaha.. Sensasinya beda sayang…” ucapnya sambil menarik pentilku.
“Aww.” teriakku.
“tok..tok..” suara ketukan dipintu.
“Masuk..” perintah Pak Nyoman.
Pintupun terbuka aku, seorang pria bertubuh kurus hitam dan hanya mengenakan sarung bermotif kotak, tanpa baju.
“Inilah Dodo, namanya Alfredo asli Timor, biar gampang aku panggil Dodo. Dodo coba lepas sarungmu dan tunjukkan pada nona cantik ini senjata khas Timor…” perintahnya.
Dan pria itu langsung melepas sarung.
“WOOOOWW GILA..” tanpa sadar aku berteriak, dan beringsut duduk sambil refleks menutup selangkanganku.
“Hahahaha.. Tidak perlu sepanik itu, aku tidak akan menyuruh Dodo mengerjaimu..” ucap Pak Nyoman.
Gila ukuran kontolnya panjang menjuntai nyaris sampai dengkul, dengan diameter yang tidak bisa dibilang kecil juga.
“Apakah sepanjang itu bisa masuk semua ke memek..?” gumamku masih terpana.
Aku pernah tidur dengan bule bahkan negro, tapi tidak ada yang seperti ini.
“Hahaha.. Kalo kamu penasaran nanti bisa mencobanya, setelah dia sembuh…” ujar Pak Nyoman.
“Memang dia sakit…?”
“Dia terkena herpes, entah tertular darimana…”
“Apakah bisa menular..?” tanyaku.
“Tentu saja..” jawabnya.
“Bolehkah aku pinjam dia malam ini…?” tanyaku, tiba-tiba terbesit ide dipikiranku, awalnya aku ingin menawarkan Astri pada Pak Nyoman. tapi orang ini lebih pantas kayanya.
“Jangan gila kamu, berbahaya..” kata Pak Nyoman.
“Bukan untukku. Tenang saja. Dia tidak sakitpun aku belum tentu berani dimasuki kontol nya..” ujarku.
Sambil duduk mengangkangi Pak Nyoman.
“Ayolah…” pintaku merengek manja sambil kugenggam batang kontolnya yang mulai kembali mengeras.
Kuusap-usapkan batangnya di memekku dan sebentar saja batang itu kembali keras.
“Pak.. Boleh ya..” pintaku dengan nada manja.
“Ya ya boleh..” jawabnya.
“Makasi, dan sebagai tanda terima kasih nikmati lubang spesialku,..” ujarku sambil merubah posisi membelakangi Pak Nyoman, si Dodo rupanya masih diam berdiri di situ.
“Sini..” panggilku dan iapun mendekat.
Sementara aku memasukkan kontol Pak Nyoman di lubang anusku agak susah, namun setelah dibaluri cairan ludah akhirnya berhasil juga.
“Ajhkkhh..” erangku sedikit sakit.
“Aku pengen liat kamu ngocok…” kataku mendesah.
Dan diapun langsung memegang tongkatnya itu, dan mulai bergerak mengocok, bersamaan dengan pantatku yang bergerak naik turun.
“Akh..akh.. Terus kocok, bayangkan kontol itu sedang terbenam di memekku…” ucapku sambil mengelus memekku di depan Dodo yang berdiri tepat di sisi tempat tidur.
“Akh..akh..” aku terus bergerak naik turun.
Sambil sesekali kudiamkan sebentar dan kugunakan otot anusku menjepit kontol Pak Nyoman. Sementara itu Dodo juga nampak mulai semakin cepat mengocok kontolnya yang panjang itu.
“Ah..ah..ah.. Terus Do, ah.. Kocok terus bayangkan lagi ngewein aku,..” desahku sambil merojoki memekku dengan tanganku sendiri, dan terus bergerak naik turun.
Terpana dengan kemaluan Dodo, aku tak sadar kalau Pak Nyoman sudah hampir mencapai puncaknya.
“Aakhhhhh…” teriaknya berbarengan dengan keluarnya cairan kontol yang kental hangat itu memenuhi duburku.
Aku berhenti bergerak. Tapi tetap membiarkan kontol Pak Nyoman terjepit di anusku.
“Ah..ah.. Ah..” aku terus mengocok dan memainkan jemariku di memekku sendiri. Sambil membayangkan kontol panjang di depanku itu.
“Akh..ah.. Gila.. Baru bayangin aja bikin lemes akhhh..” dan akupun akhirnya terhempas dalam orgasme, tak berapa lama Dodo juga mempercepat kocokannya sebelum akhir cairan putih menyemprot dari ujung kontolnya membasahi lantai kamar itu.
Jam 8 malam, Astri belum juga datang awas saja kalau berani tidak datang.
“Tok..tok..!”
“Masuk.,.” kataku sedikit keras.
“Permisi bu, ada yang mau ketemu..!” kata belboy itu.
“Ya suruh kesini..” jawabku
“Akhirnya datang juga, tapi apa-apa’an ini, bawa anak segala, mau minta belas kasihan…” bentakku ketika kulihat Astri datang sambil menggendong anaknya.
“Enggak bisa tinggalin anakku di rumah, Ko Andrew ga akan ijinin aku keluar sendiri…” jawabnya
“Tak berguna, ayo.” kataku sambil menarik tangannya.
“Tidurkan anakmu disini.. Setelah itu temui aku..” ucapku menyuruhnya menidurkan anaknya di kamar yang biasa kupakai istirahat.
Kutemui Dodo yang sejak tadi menunggu di salah satu kamar yang ada dihotel ini.
“Ingat kerjai semua lubangnya, kalau perlu masukkan semua kontolmu sampai hancur memeknya..” kataku berpesan pada Dodo.
“Iya bu..” jawabnya.
“Awas kalau ga beres, kulaporkan Pak Nyoman..” ancamku sambil meninggalkannya.
Ketika kukembali di ruangku Astri sudah menunggu.
“Apa yang harus kulakukan…?” tanya nya.
“Layani seseorang..” jawabku.
“Apa.. Tolong Yun, jangan seperti ini, aku punya suami..”
“Ya suami yang kau dapat dari menikam aku..” kataku.
“Kalau tidak ingin suamimu itu masuk penjara. Lakukan perintahku, karena kalau tidak suamimu akan dilaporkan kepolisi…” lanjutku sedikit memberi tekanan.
Astri masih terdiam, kutarik tangannya, ia berjalan mengikutiku, kubawa dia ke depan kamar dimana Dodo sudah menunggu.
“Masuk ke kamar itu, dan layani pria di dalam sana, jika kau ingin menyelamatkan suamimu..” perintahku..
“Tolong Yun jangan seperti ini…” Astri menangis sambil memohon.
“Dengar ya, ini yang bisa kulakukan untuk menolongmu, lagipula kau ini pelacur apa susah melayani satu orang demi menyelamatkan suamimu…” kataku sambil membentak..
Astri diam sejenak lalu melangkah menuju pintu, ia membalikkan badan menatapku dengan pandangan sayu. Kugerakkan tanganku menyuruhnya masuk..
Rasakan Tri, sakit yang kualami karena penghianatanmu, akan kau bayar mahal malam ini, tapi jangan kuatir ini baru awal, hari masih terlalu pagi. Hutangmu kepadaku, masih jauh dari lunas.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,