Pijat Erotis Ala Beno
Rasanya tidak ada yang lebih mengasyikan daripada menikmati pijatan tangan lelaki yang kuat setelah
letih berolahraga atau sehari beraktivitas. Itu sebabnya gue tidak segan segan mengeluarkan uang untuk
membayar pemijat pria yang tahu cara mengendurkan otot otot tubuh yang kaku sekaligus membuat gue rileks abis.
Sayangnya tidak banyak pemijat pria yang benar benar terampil. Terpaksa akhirnya gue sering memakai jasa
pemijat wanita di spa spa yang sekarang makin menjamur. Apa boleh buat, meski sebenarnya gue lebih
menyukai pijatan maskulin lelaki.
Itu sebabnya ketika gue baca iklan baris tentang seorang pemijat pria yang khusus melayani klien
lelaki, gue tergoda untuk menghubungi nomor teleponnya dan membuat janji. Terus terang gue suka khawatir
menanggapi iklan yang sering kali tidak jelas kebenarannya. Salah salah bisa menjadi korban
pemerasan atau bahkan perampokan. Tetapi dari pembicaraan kita di telepon, tampaknya Beno (nama
pemijat tsb) cukup sopan dan profesional.
Tempat “praktek” Beno ternyata terletak tidak jauh dari salah satu pusat pertokoan di pusat kota sehingga
mudah dicari. Apalagi letaknya tidak terlalu jauh dari kantor sehingga kunjungan bisa dilakukan dengan mudah
sehabis jam kantor. Rupanya Beno lumayan laris juga sehingga kita tidak bisa langsung datang tanpa membuat
perjanjian sebelumnya.
Untuk sesi pertama gue ama Beno, gue sengaja pulang dulu untuk mandi. Maklum, gue masih malu malu dan
takut bau badan gue bikin Beno terganggu. Dalam perjalanan ke tempat Beno, perasaan gue bercampur baur
dari excited, nervous sampai worried. Tetapi sesampainya di dalam ruko tempat Beno bekerja, gue
mulai tenang. Tempatnya bersih dan Beno sendiri berpakaian rapi menyambut gue dengan ramah dan sopan.
Kekhawatiran gue langsung pupus. Rasanya tidak mungkin Beno melakukan pemerasan atau sejenisnya. Beno
ternyata berpenampilan jauh lebih muda dari umurnya yang 35 tahun. Parasnya sangat jantan, klimis dengan
otot otot yang bersembulan dibalik kaos ketatnya. Rasanya sudah tidak tahan ingin merasakan sentuhan
jantan dari Beno.
Beno menyilakan gue masuk ke dalam ruangan pijat yang bercat putih dengan aroma eucalyptus yang menenangkan.
Cahaya redup dan musik klasik yang mengalun lembut menambah suasana yang bikin gue makin rileks. Beberapa
lilin aromatherapi dinyalakan sambil Beno mengoleskan minyak ke tangannya yang kekar dan sedikit berbulu.
Dia mempersilahkan gue membuka baju dan celana gue dan tidur menelungkup di meja pijatnya yang dilapisi kain
katun lembut. Awalnya gue agak malu malu bertelanjang di depan lelaki jantan seperti Beno, apalagi melihat
bentuk tubuh gue yang jauh dari seksi. Masih dengan bercelana dalam, gue berjalan mendekati meja pijat
sampai Beno menghentikan gue. Dia meminta gue melepaskan bikini ketat Calvin Klien gue. “Terapi saya
dilakukan tanpa busana”, katanya. Dengan agak canggung, akhirnya kulepaskan kain penutup aurat tsb.
Karena tegangnya, tidak terasa kontol gue sudah sedikit mengeras namun gue tutupi dengan tangan sampai
gue menelungkup di meja pijat. Beno sendiri tetap terbalut kaos putih dan celana jeans yang sama sama
ketat membalut dada dan paha kekarnya.
Pijatan Beno memang benar benar membuat ketegangan otot gue sirna. Dimulai dari leher, turun ke punggung
dan pinggang, tangan Beno dengan terampil melakukan gerakan memutar, menekan dan menarik dengan ritme yang
berganti antara lembut dan keras. Perlahan tangan Beno bergerak menyentuh pantat dan paha atasku. Tak terasa
birahi gue mulai bangkit seiring dengan sentuhan sentuhan Beno yang makin terasa erotis. Setelah 30
menit, Beno memintaku untuk berbalik dan tidur terlentang. Kembali rasa maluku muncul, apalagi
setelah melihat kalau batang kemaluan gue sudah mulai mengeras lagi.
“Tidak usah malu”, suara Beno menepis keragu-raguanku. Gue mencoba menekan gejolak birahiku
agar kontol gue tidak ngaceng. Rupanya usaha gue cukup berhasil. Gue mulai rileks saat belaian jantan Beno
mulai menyentuh kaki gue. Tetapi sayangnya hal itu tidak bertahan lama, ketika pijatan sudah menyentuh
paha atas gue, batang kejantanan gue sudah mulai bangkit. Akhirnya pada saat tangan Beno sudah mulai
memijat dadaku yang berbulu, kontol gue yang 14 centi (memang tidak panjang untuk ukuran lelaki asia) sudah
tegak berdiri. Beno tampaknya tenang tenang saja dan tidak memberikan reaksi yang menambah rasa malu. Dia
dengan tenang terus memijat dada dan perut sampai ke daerah selangkangan.
Terus terang dari pengalaman gue terdahulu, tidak semua pemijat mau melakukan pijatan alat vital, bahkan
diminta sekalipun. Gue sendiri tidak berani memintanya kepada Beno. Gue pikir setelah bagian kepala, biasanya
pijatan berakhir. … tetapi ternyata tidak.
Setelah seluruh tubuh gue berlumur minyak dan otot otot gue lemas karena pijatan, Beno berbisik ke
telinga dan berkata “Kontol bapak sangat jantan, mau saya pijat juga ? Tanpa bayaran lebih kok”. Gue
mengangguk tanpa mengeluarkan satu katapun. Kupejamkan mataku saat kurasakan belaian halus di atas batang
kemaluanku.
Perlahan belaian Beno menyusuri batang kejantanan gue, mulai dari bagian kepala, badan sampai ke bagian
bawah dekat kantong zakarku. Karena kontolku tidak disunat, Beno mulai memainkan kulupku diselingi dengan
centilan lembut ke biji zakar kiri dan kanan secara bergantian. Ya Tuhan, birahiku benar benar memuncak
dan belum pernah gue merasakan kenikmatan sentuhan pada alat kejantananku seperti saat itu.
Kontolku makin membesar dan mengkilat dari lumuran minyak. Satu tangan Beno mulai membelai bulu bulu dada
dan pentil susu gue yang juga sudah mengeras. Selagi satu tangan mulai bergerak dari kantor zakar ke arah
bawah. Tidak terasa jari jarinya mulai memasuki tubuhku dan kontolku mulai berdenyut denyut hendak
menyemburkan peju yang sudah tertahan sendari tadi. Pijatan di dada dan permainan jari di lubangku benar
benar membuat gue lepas kendali dan mulai mengeluarkan desahan desahan yang tak tertahankan. Beno dengan
lembut membisikan kata kotor yang makin membuatku birahi. Tak kusangka kalau ucapan kotor bisa menambah
kenikmatan beronani.
Tangan Beno kini sudah kembali menyentuh batang kejantananku. Naik – turun – naik – turun. “Ahh…
kontolku, Ben.. kontolku.. Ben” desahku. Kulupku mulai tertarik naik dan turun, sesekali memperlihatkan
kepala kontolku yang biasanya tertutup. photomemek.com Gerakan naik turun makin keras dan cepat, berubah menjadi gerakan
mengocok yang benar benar membawa gue ke surga dunia. Beno memintaku menaruh kedua tanganku di atas kepalaku
sehingga bulu bulu di ketiakku terlihat olehnya. “Sangat seksi”, katanya.
Keringat mulai mengucur dari pelipis Beno. Tidak tahan akhirnya dia melepaskan kaos ketatnya. Nafsu
birahiku makin memuncak melihat dadanya yang bidang berotot dengan bulu bulu halus yang menyelumuti
seluruh tubuhnya. Rupanya Beno terangsang pula, terlihat dari jendolan besar dibalik celana jeansnya.
Pemandangan dada seksi nan jantan dari Beno, ditambah dengan kocokannya yang erotis benar benar membuat gue
tidak tahan lagi dan gue berteriak “Ben, kontol gue, kontol gue.. udah mau muncrat… ah, kontol gue….. “,
“Crot… crot… crot…” Pejuku langsung muncrat, sebagian terlontar bak meriam, menghujani dada berbulu Ben,
sebagian muncrat ke muka dan dada gue sendiri. “Ahhh….”. Rupanya ejakulasi gue yang pertama masih
belum cukup memuaskan bagi Beno.
Tangannya masih terus mengocok pelerku, kali ini makin keras. Kulupku sudah tertarik sampai kepala
kontolku kini telanjang, terekspose, basah dengan cairan peju dan minyak. Rasa nikmat bercampur dengan
rasa sakit karena saraf yang amat sensitif ini kini tergesek oleh tangan Beno yang dengan jantan mengusap
dan menggosoknya. “Oohhh.. Ben, sakit, Ben… titit gue sakit….”. Tetapi Beno tetap mengocok, kali ini dengan
satu tangannya mulai mengocok batang kontolnya sendiri – yang disunat dan tegak berdiri dengan jantan, 18
centi dengan diameter 5 centi. Besar, hitam dan… sangat maskulin ! Kita sama sama mulai mendesah… dan.
“Crootttt, … crootttt… croootttt…” baik kontol Beno dan kontol gue sama sama memuncratkan peju yang kali
ini benar benar membuat kedua dada dan perut kita berlumuran cairan mani tsb. “Aahhhh…………!”.
Setelah itu Beno mengambil handuk hangat dan mulai membersihkan tubuhku dari minyak dan peju. Setelah
bersih dan berpakaian, kuberikan tip yang besar dan berjanji untuk kembali lagi minggu depan untuk sesi
pijat berikutnya. Sejak itu, Beno sudah menjadi pemijat langgananku………………………….