Cerita Seks – Tante Yang Mencari Kepuasan Lahir Batin

Cerita mesum terbaru, Aku telah* berlangganan dengan warung sebelah. Aku bila** tdk membawa** uang atau saat melakukan pembelian* barang* uangnya tidak cukup* aku telah* tdk sungkan-sungkan guna* hutang.

Warung tersebut* milik Ibu Lis (tapi aku memanggilnya Tante Lis), seorang janda cerai beranak satu yg tahun ini baru masuk TK nol kecil. Warung Tante Lis buka pagi-pagi selama* jam lima, terus tutupnya pun* sekitar jam 9 malam. Warung tersebut* ditungguin oleh Tante Lis sendiri dan keponakannya yg SMA, Bima namanya.

Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, gunakan* sarung terus telah* stand by di depan TV, seraya* ngobrol bareng* teman-teman kost. Aku bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng, namun* rasanya terdapat* yg kurang.., aku lihat jam dinding sudah mengindikasikan* jam 9 tidak cukup* 10 menit (malam), Aku terbit* Rumah mengarah ke* warung Tante Lis ,aku jadi ragu, apa warung Tante Lis masih buka yah.., aku hendak* membeli rokok. Oh, ternyata warung Tante Lis belum tutup, namun* kok sepi.., “Mana yg jualan”, batinku.

“Tante.., Tante.., Dik Bima.., Dik Bima”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi laksana* ini,

Ah kucoba panggil sekali lagi,

“Permisi.., Tante Lis?”.
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli cerutu* akhirnya.

Yg terbit* ternyata Tante Lis, Tubuhnya melulu* menggunakan handuk yg dililitkan di dada, jalan tergesa-gesa seraya* mengucek-ngucek rambutnya yg sepertinya* baru berlalu* mandi juga berakhir* keramas.

“Oh.., maaf Tante, Saya inginkan* mengganggu nich.., Saya mo beli cerutu* gudang garam inter, lho Dik Bima mana?
“O.., Bima sedang diangkut* ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Dani Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru berakhir* mandi sich”.

“Tdk apa-apa kok Tante, sekilas mataku menyaksikan* bagian tubuh yg beda* Tante Lis yg tdk terbungkus handuk.., kulitnya putih mulus, laksana* masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat mayoritas* tubuh Tante Lis, soalnya seringkali* Tante Lis tidak jarang* kali* pakai baju kebaya. Dan lagi dengan melulu* handuk yg dililitkan di atas dadanya berarti Tante Lis tdk menggunakan* BH. Pikiran kotorku mulai kumat.

“Malam gini kok belum tutup Warungnya Tante..?”
“Iya Mas Dani, kini* ini inginkan* saya tutup, namun* permisi dulu ya, saya inginkan* ganti’ pakaian dulu?
“Oh biar Saya tolong* ya Tante, sedangkan* Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu memblokir* warung dengan susunan* papan-papan.
“Wah ngerepoti Mas Dani “ kata Tante Lis.., “sini biar Tante ikut tolong* juga”. Warung telah* tertutup, Dan aku kembali* lewat pintu.belakang warung
“Trimakasih lho Mas Dani..?”.
“Sama-sama..”kataku.
“Tante saya lewat belakang saja”.

Saat aku dan Tante Lis berpapasan salah satu* rak-rak dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diperkirakan* handuk penutup di dadanya terlepas, dan Tante Lis terlihat melulu* mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Lis menjerit seraya* secara reflek memelukku.

“Mas Dani.., bantu* ambil handuk yg jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante dengan muka merah padam.

Aku jongkok memungut* handuk tante yg jatuh, ketika* tanganku memungut* handuk, di depanku serupa** ada pemandangan yg paling* indah, celana dalam merah muda, dengan background hitam rambut-rambut halus di dekat* memeknya yg terhirup* harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membungkus* tubuh tante dengan handuk yg jatuh tadi. Tapi saat* aku inginkan* melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yg telah* bangun semenjak* tadi menyentuh tante.

“Mas Dani.., burungnya bangun ya..?”.
“Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., berakhir* Saya lihat Tante laksana* ini bau parfumnya harum lagi, jadi nafsu dan terangsang Tante..”.
“Ah tdk apa-apa kok Mas Dani tersebut* wajar.,berarti mas Dani laki-laki normal.”.
“Eh ngomong-ngomong Mas Dani kapan mo nikah..?”.
“Ah belum terpikir Tante..”.
“Yah.., bila** mo’ nikah me*sti siap bermunculan* batin lho.., tidak boleh* kaya’ mantan suami Tante.., tdk bertanggung jawab untuk* keluarga.., nah akibatnya kini* Tante me*sti bersetatus janda. Begini tdk enaknya jadi janda, malu.., namun* ada yg lebih menganiaya* Mas Dani.. keperluan* batin..”.
“Oh ya Tante.., terus gimana metodenya* Tante memenuhi keperluan* itu..”, tanyaku usil.
“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.

Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan olehnya ,biar memenuhi keperluan* batin Tante Lis.., ough.., pikiranku tambah usil.

Waktu itu format* sarungku telah* berubah, agak kembung, rupanya tante pun* memperhatikan.

“Mas Dani burungnya masih bangun ya..?”.

Aku hanya* megangguk saja, di luar dugaanku, tiba-tiba tangan Tante Lis meraba burungku.

“Wow besar pun* burungmu, Mas Dani.., burungnya telah* pernah ketemu sarangnya belom..?”.
“Belum..!!”, jawabku bohong seraya* terus diraba dibelai* turun naik, aku mulai merasakan kesenangan* yg telah* lama tdk pernah kurasakan.
“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab, Tante Lis sudah unik* sarungku, praktis bermukim* celana dalamku yg terbelakang* plus kaos oblong.
“Oh.., sampe’ terbit* gini Mas..?”.
“Iya emang bila** burungku lagi bangun panjangnya suka melalui* celana dalam, Aku sendiri tdk tahu serupa** berapa panjang burungku..?”, kataku seraya* terus merasakan* kocokan tangan Tante Lis.
“Wah.., Tante yakin, yg nanti jadi istri Mas Dani pasti akan* seneng dapet suami kaya Mas Dani..”, kata tante seraya* terus mengocok burungku.

Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yg halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Tante Lis sudah mencungkil* lagi handuk yg kulilitkan tadi, dan burungku ditempelkan di belahan dadanya ternyata telah* digosok-gosokan diantara buah dadanya yg tdk terlampau* besar itu.

“Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku seraya* bersandar memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke bibirnya yg kecil, dengan lahapnya dia keluar-masukkan burungku di mulutnya seraya* sekali-kali menyedot.., ough.., laksana* Tante Lis menikmati* cairan encer maniku ,Asin rasanya Aku laksana* terbang rasanya.

Kadang-kadang pun* dia sedot berakhir* buah salak yg dua itu.., ough.., sesshh.

Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku ditariknya seraya* berjalan ke meja barang-barang* yg terdapat* di sudut, Tante Lis naik keatas meja seraya* nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.

“Mas Dani.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.

Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini indah, memek dengan bulu halus yg tdk terlampau* banyak. photomemek.com Aku jadi tdk percaya bila** Tante Lis telah* punya anak, aku langsung saja mejilat memeknya, harum, dan terdapat* lendir asin yg begitu tidak sedikit* keluar dari memeknya. Aku lahap rakus memek tante, aku mainkan lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang memeknya.

“Ough Mas.., ough..”, desah tante seraya* memegangi susunya sendiri.
“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi masa-masa* aku masukkan lidahku ke dalam memeknya, terdapat* rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.

Kemudian Tante Lis mengembalikan* badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.

“Ayo Mas Dani.., Tante telah* tdk tahan.., mana burungmu Mas.. burungmu telah* pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Dani.., burung Mas Dani bila** bangun dongak ke atas ya..?”. Aku nyaris* tdk dengar komentar Tante Lis soal burungku, aku menyaksikan* pemandangan demikian menantang, memek dengan tidak banyak* rambut lembut, diairi* cairan harum asin demikian tampak* mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir memeknya.
“Aughh..”, teriak tante.
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.
“Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di memeknya, sempit sekali.
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.
“Tdk apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya telah* lama sich Tante tdk ginian.., ntar pun* nikmat..”.
Yah.., aku paksakan tidak banyak* demi sedikit.., baru separuh* dari burungku amblas.., Tante Lis sudah laksana* cacing kepanasan gelepar ke sana ke mari.
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.

Begitu pun* aku.., walaupun burungku masuk ke memeknya hanya* setengah, namun* sedotannya oughh luar biasa.., berdenyut nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku telah* amblas dimakan memek Tante Lis. Keringat mulai mengairi* badanku dan badan Tante Lis. Tiba-tiba tante terduduk seraya* memelukku, mencakarku.

“Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Dani..”, katanya seraya* merem-melek.
“Kayaknya ini yg namanya orgasme.., ough..”, burungku tetap di memek Tante Lis.
“Mas Dani telah* mau terbit* ya..?k0ntolnya rasanya menggembung ”. Aku menggeleng.

Ternyata kurasakan geli amat paling* tersa terbit* mani encer creet,..” Enak geli rasanya , cairan Mas Dani “ kata Tante Lis .Kemudian Tante Lis telentang kembali, aku laksana* kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yg bergelantungan bergoyang-goyang sebab* gerakanku, aku membungkuk* dan kucium putingnya yg coklat kemerahan. Tante Lis semakin mendesah,

“Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Lis memelukku tidak banyak* agak mencakar punggungku.
“Oughh Mas.., aku terbit* lagi..”, lantas* dari kewanitaannya aku rasakan semakin licin dan semakin besar, namun* denyutannya semakin terasa, aku diciptakan* terbang rasanya.

Ach rasanya aku telah* mau keluar, seraya* terus menggoyang kutanya Tante Lis.

OughhMas …aku terbit* lagi..

“Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.
“Terrsseerraah..”, desah Tante Lis. Ough.., aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, terasa menggembung membesar didalam memek Tante Lis terdapat* sesuatu yg bakal* dimuntahkan oleh burungku.

Uhghhh, cruutt… . ada kesenangan* yg paling* luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam memek Tante Lis hingga* tuntas, dan aku masih tak berhenti memompa menggerakkan badanku rupanya kali ini Tante Lis menggeliat orgasme kembali, dia gigit dadaku.
Lantas kutarik k0ntolku dari lobang memek yg basah oleh sperma.

“Mas Dani.., Mas Dani.., hebat Kamu Mas”.

Kulihat spermaku meleleh terbit* dari lobang memek Tante yg masih menganga, sperma kental putih tersebut* merembet diselakangan dan menetes kemeja.

Aku pulang* kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Lis masih tetap telanjang telentang di atas meja.

“Mas Dani.., bila** mau beli cerutu* lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah bila** sudah tutup digedor saja.., tdk apa-apa.., malah bila** tdk digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku seraya* memainkan puting dan clitorisnya yg masih nampak bengkak.

“Tante hendak* Mas Dani tidak jarang* bantuin Tante tutup warung”, kata tante seraya* tersenyum genit.

Lalu aku pulang.., baru terasa loyo sekali badanku, tapi tersebut* tdk berarti sama sekali dikomparasikan* kenikmatan yg baru kudapat. Keesokan harinya saat* aku berkeinginan* berangkat ke kantor, ketika* lewat di depan warung Tante Lis, aku di panggil tante.

“Rokoknya sudah berakhir* ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya sarat* pengharapan, sebenarnya* pembeli sedang banyak-banyaknya, namun* mereka tdk tahu apa maksud ucapan* Tante Lis tadi, akupun pergi ke kantor dengan sejuta memori* kejadian kemarin malam.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts