Surat Putus Dari Tuti Herawati

. TUTI HERAWATI SUDAH’ MENGIRIM Tiga pucuk surat kepadaku. Isinya mengandjurkan supaja aku datang kerumahnja. Ajah Tuti ingin penegasan lentang hasrat kami hendak berumah tangga Ketiga surat itu tidak pernah kudjawab Disamping itu sedjak tante meninggal dunia, seka­lipun aku tidak pernah datang kerumah Tuti.

Ketika aku bangun pagi sebuah surat diletak. Kan pembantu rumah diatas medja Surat itu ku ambil. Ternyaata surat itu dari Tuti Heraivati. De ngan perasaan sedikit gemetar kurobek sarnpul surat itu. Apakah gerangan isinja ? Lalu kubuka lembaran isinja. Aku mulai membatja Bidji mata kutatap memandang huruf-huruf diatas kertas dan tidak satupun luput dari mataku.

Hendr’a-,

Tiga kali sudah kutulis Surat ‘padamu. Tetapi tidak, mendapat djawaban. Dan kau tidak pernah muntjul kerUmahku. Ajahku ingin penegasaskan, Ajah merasa djengkel dengan kelakuanmu, Kau tidak bertanggung djawab. Ajah memang sadar kau merasa terpukul dengan rneninggalnja tantemu. Tetapi kau tidak perlu lari dari kenjataan. Kau pengetjutl Kami sudah men­dengar cerita bahwa kau dua bulan terahir ini betul-betul telah terdjerumus. Terdjerumus kejurang kehinaan, Kau sering bersama perempuan Bar yang bernama Flora

Ajah merasa terpukul. Ia sudah memutuskan aku tidak boleh ber- rumah tangga dengan seorang pe muda yang tidak bertanggung dja­wab, seperti kau Hendra. Dengan ini permata yang kaU hadiakan pa­daku kukembalikan, kuselip di dalam amplop, Sekian !

Aku Tuti Herawati

Permata itu memang betul diselipkan dalam amplop. Tanganku gemetar. Isi surat Itu kasar Skali. Tapi aku tidak bisa melakukan apa apa, filmbokepjepang.com

Semua ini, memang hasil dari kebimbangan hatiku Aku bimbang antara tante dan Tuti, setelah tante meninggal aku bimbang pula mengejar Tuti. Ke­bimbangan ini membikin aku terdjerumus ke rumah minum.

Surat Tuti kurobek. Pertama itu kugenggam ditangan. Aku memandang djauh kedepan. Lalu aku berkata sendiri:

jalan didepanku tampak kelam. Aku meraba2 ingin keluar dari kekelaman. Aku mengha­rap seorang lain akan datang membawa pelita.” Tiba-tiba saja timbul keinginan dihatiku membalas surat Tuti Aku harus membalasya, demikian pikirku Sungguhpun balasan itu bukan untuk memperbaik’ yang telah rusak. Aku hanja ingin menegaskan. Kuambil pena lalu menulis :

Tuti.

Suratmu sudah kuterima. Kau benar, aku kini S3dang berjalan ditempat yang gelap. Kau tidak mampu membawa sebuah pelita kehatiku. Dalam kelam. ini aku terjerumus. Tidak per’u aku meminta maaf darimu, ajahmu telah menghukumku. Ajahmu juga benar, aku adalah pemuda yang tidak bertanggung djawab. Itulah ukuran Ayahmu. Sekian

Aku

Hendra

Kubaca kembali surat itu Isinja sudah sesuai dengan maksudku Mungkin Tuti belum djuga bisa menarik kesimpulan, tetapi biarlah Asal dia tahu, sebagai manusia aku masih sadar, bahwa sekarang aku sedang meraba-raba djalan ditempat kelam. filmbokepjepang.com

Kusuruh pembantu rumah mengantar surat itu ke rumah Tuti. Setelah itu pergi mandi. Se­perti biasa pagi ini aku makan pagi bersama Flora. Ia hanya seorang perempuan bar. Flora djuga me ngerti, malah mengerti sekali, hubunganku dengan dia hanya sebagai pelarian Flora memang perem­puan yang kuat dan kukuh. Ia tidak malu-malu untuk mengenal dirinya sendiri. Ia sadar, ia hanja perempuan bar. Kemana dia pergi, dia selalu meng hibur. Menghibur siapa yang senang kepadanya. Bila Flora merasa bahagia ? Flora berbahagia, bila orang yang dihiburnya merasa puas. Hanya itu makna kebahagiaan Flora. Lain tidak!

BERSAMBUNG

Related posts