CERITA DEWASA – THREESOME DUA KAKAKKU YANG SANGE
CERITA DEWASA – THREESOME DUA KAKAKKU YANG SANGE – ini adalah kisah gue waktu kelas 1 SMA, yaitu pengalaman mesum dengan kakak kandung gue sendiri. Oh iya, perkenalkan nama gue Farhan.
Malam jumat pukul 23.00 gue asyik membaca majalah 18+ di tempat tiduryang telah beberapa kali gue pelototin bolak balik. Maklumlah saat itu lagi musim-musimnya buku-buku begituan. gue Lagi doyan membaca hal berbau porno. Buku-buku porno itu gue beli ditoko “Penjual Sex Toys”Sangat banyak Buku yang berbau Sex dan Main pembantu Sex
Lagi asyik-asyiknya membaca, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Kemudian muncul kakak gua yang pertama. Namanya Melisa. Kak Melisa begitu gue memanggilnya. Usia kak Indah terpaut 5 tahun. Dia sekarang sudah Bekerja di SPG *Mobil*.
Gue buru-buru menyembunyikan buku porno di bawah bantal. Sambil berharap kak Melisa tidak mengetahui apa yang gue baca tadi.
“Han., anterin kakak beli nasi goreng yuk.”
“Mmales ah.”
Beginilah kebiasaan kak Melisa. Sering banget ngerasa lapar kalo sudah malam. Ujung-ujungnya gue suruh nganterin ke depan buat beli nasi goreng, atau kadang beli sate, pecel lele atau yang lainnya.
“Ayo dong Han. Kakak Lapar nih.”
“Sendirian aja kenapa. Lagi males nih.”
“Jangan gitu dong Han. Beneran lapar nih.”
“Makanya jangan biasain makan malam. Body udah gemuk juga masih makan malam-malam. Lama-lama juga kayak si Atun.”
“Ini bukan gemuk tahu. Ini namanya seksi. Sok tahu lu anak kecil.”
Kak Melisa memang tidak gemuk, meskipun dia juga tidak langsing. Kak Indah terbilang montok, wajar aja sih kalau dia mengatakan dirinya seksi. Karena memang sangat menarik dipandang.
“Ayo lah,?” kak Melisa menarik lengan gue. Karena gue memang lagi males. Gue bertahan aja di kasur. Tapi apa daya tarikan kak Melisa membuat posisi tubuh gue bergerak. Dan yang gue takutkan dari tadi ternyata menjadi kenyataan.
“Wah, apaan tuh Han?”
Mata kak Melisa tertuju ke buku porno yang tadi gue baca. Ketika dia akan mengambilnya, gue buru-buru mengamankannya.
“Wah parah lu Han?, coba lihat.”
“Apaan sih kakak nih.”
“Gue bilangin mama lu.”
“Bilang aja mama. Emang buku apaan ini. Orang komik kura-kura ninja,” gue ngeles.
”Jangan ngibul lu Han, orang gambar telanjang gitu.”
“Kura-kura ninja tahu?.”
“Bener ye kura-kura ninja. Gue bilangin mama nih. Mah…??”
Ooooppss?.. gue buru-buru membekap mulut kak Melisa.
“Jahat banget sih,” semprot gue.
Kak Melisa berusaha membuka dekapan telapak tangan gue, hingga ia terdengar, “eghhhh?eghhhh…”
“Jangan bilang mama,” pintaku.
Setelah dia menggangguk, baru gue lepaskan lenganku dari mulutnya.
“Janji lu kak.”
Sebagai upah tutup mulut, saat itu gue pun bersedia mengantarkannya membeli nasi goreng ke depan. Eh dasar sial, setelah beli nasi goreng, kak Melisa malah menyantap nasi gorengnya di kamarku. Memang ada untungnya, gue jadi ikut nimbrung makan nasi goreng. Tapi kan lebih baik kalau kak Melisa buru-buru pergi. Dan yang bikin kesal, selagi makan Kak Melisa terus menginterogasi gue tentang buku itu.
Setelah acara makan selesai kak Indah malah ingin melihatnya.
“Coba lihat dong buku yang tadi.”
“Anak cewek nggak boleh.”
“Siapa bilang?”
Dengan modal ancaman akan melaporkannya ke nyokap, gue pun terpaksa memberikannya. Kak Melisa sendiri lebih tertarik dengan buku bergambar porno. Kami pun membuka buku itu bersama-sama di tempat tidur.
“Gila kontolnya gede banget nih negro,” cetus kak Melisa.
“Ceweknya juga seksi kak. Lihat aja toket nya bagus banget,” aku menimpali.
Kak Melisa berlama-lama ketika ada gambar ngentot bareng-bareng. Satu cewek dikeroyok lima cowok bule. Kontol-kontol bule itu masing-masing masuk ke memek, dubur, dan mulut. Sementara dua kontol lagi dipegang oleh tangan kanan dan kiri. Entahlah apa yang sedang ada di pikiran kak Melisa. Aku yang juga ikut menikmati gambar itu bersama, sesekali melirik kak Indah. Tidak hanya wajahnya, tapi juga bokong, body dan toket.
“Kontol lu berapa senti Han?”
“Gak pernah di ukur.”
Gue bangkit dari tempat tidur. Turun ke lantai dan mengambil penggaris di dalam tas sekolah yang tergantung di dinding. Setelah itu aku pelorotkan celana, kolor dan mengukur kontolku dengan penggaris.
“Gila lu yeh,??” kak Melisa kaget dengan aksi gue yang mengukur kontol di hadapannya.
“16 senti,” sambil cengengesan gue melaporkan. Setelah itu gue kembali ke pembaringan, tapi dengan penampilan beda, yaitu celana pendek dan celana dalam tidak gue pakai lagi.
“Pake celananya.”
Aku tidak menuruti. Bahkan kontol yang tidak juga turun itu gue tempelin di bokong kak Melisa. Kini posisi gue sudah menindih kak Indah yang sedang tengkurap.
“Han gila lu yahh?. Lepasin ?lepasin?.”
Gue tidak mempedulikan omongannya. Ku gesek-gesekan kontolku ke bokongnya yang memakai celana short. Sementara tangan gue meremas-remas toket kak Melisa dari belakang. Mulut gue bergerilya ke sekitaran leher dan kepala kak Indah. Kak Melisa meronta-ronta. Tapi gue berhasil menguasainya. Tangannya gue pegang erat, sambil kontolku terus menggesek bokong nungging kakak gue.
“Kak Mell? please… Nurut saja sama Farhan“
“Fan, jangan entot kakak. Jangan Han.?”
Gue yakinkan kak Melisa, bahwa gue tidak akan ngentot memeknya. Gue cuma ingin menggesek-gesekkan kontol supaya orgasme. Rupanya kak Melisa mengerti. Dia pun membiarkan tubuhnya jadi obyek birahi gue. Bahkan ketika gue mengangkat t-shirt dan membongkar BH nya ia tidak menolak lagi. Penolakan terjadi ketika gue berusaha membuka celananya.
“Jangan. Ntar ketahuan.”
“Mama papa paling tidur kecapean habis Ngewe.”
“Sok tahu lu.”
“Mama sama papa kalo Ngewe hot banget.”
“Emang lu tahu?”
“Pernah lihat sekali. Waktu siang-siang. Pintu kamarnya terbuka sedikit. Yah udah gue nonton sampe kelar.”
Kak Melisa mencubit dikit, “kakak juga pernah dengar waktu mereka maen di kamar mandi. Suara mama sampe menjerit-jerit. belum lama ini sih”
Kami pun tertawa bersama tapi pelan. Akhirnya kak Melisa mau membuka celananya. Kemudian kaos dan BH, sehingga menyisakan CD warna putih doang. Tapi kak Melisa meminta gue untuk mengunci pintu kamar dulu.
“Janji lu Han, jangan entot kakak. Nggak boleh.”
Aku mengangguk. Maka mulailah aku beraksi menikmati tubuh kakak gue. Mulai dari menindih. Menciumi leher sampai menjilati teteknya, sementara kontolku terus bergerak menggesekkan ke bagian-bagian tubuhnya supaya gue orgasme.
Hal yang paling mengagetkan adalah ketika gue terus menggesek dan menghisap teteknya, kak Melisa mendesis sambil menyebut nama pacarnya. Gue sempat terhenti sesaat, namun tidak lama, karena birahi gue terus naik. Dan pada akhirnya sperma gue muncrat juga.
Croott… Crott?… Crot??… J?jadilah sperma gue berceceran di celana dalam dan perut kak Melisa dan menempel di perut gue juga.
”Sudah keluar kak,” kata gue senyum senang. Untuk membersihkan sperma yang tumpah dimana-mana, terpaksalah kaos gue yang jadi tumbalnya.
“Gila lu Han, banyak banget.”
Kak Melisa memperhatikan celana dalamnya yang dilumuri sperma. Akhirnya iapun membuka sang CD. Wow??… Kak Melisa akhirnya telanjang bulat di hadapanku. Aku sempat terpana melihat memek ditumbuhi jembut tebal. Memang tebal banget jembut kak Melisa. Luar biasa. Tubuh polos kak Melisa sangat seksi.
“Gara-gara lu nih. Bikin repot aja,” gumamnya. setelah itu, ia membantingkan tubuhnya terlentang di kasur. Lalu tangannya meraih tangan gue. membimbing jari jemari gue meraih memeknya. Kemudian memainkan jari tengahku di bibir memeknya serta sesekali memasukkan ke klitoris. Ketika gerakan jari gue berjalan sendiri, kak Indah melepaskan pegangannya. Kedua tangannya meremas payudaranya sendiri, sementara gue bekerja dengan jari-jemari di memeknya.
“Ogghhhh??… terus?.Han… ??terus,,,. O??oww?… ow… lagi Fan… Oghhh… enak… gatel… gatel… enakkkkk?…”
Benar-benar pemandangan hot yang tidak pernah gue perkirakan sebelumnya. Apalagi ketika kak Melisa memainkan lidahnya seakan memberi tanda agar gue menjilat. Tanpa pikir panjang gue pun menjilat memeknya. Kumasukan lidahku dilubang memek Kak Melisa Dan Memainkan Clistorisnya Dia Mendesah Keenakan dan Pinggulnya Melenggok Ke Kiri Dan Kanan
“Oghhhh…Han?… oghhhh… enak… oghhhh…”
Kak Melisa akhirnya bisa mencapai orgasme dengan lidah gue.
“Oghhh… ooooooooooghhh??… egh… egh?… kakak sampe Han…” desahnya.
Gue yang sudah sejak tadi terangsang lagi langsung menindihnya. Kemudian menggesek-gesekkan kontol gue ke memeknya. Kak Melisa sempat mengingatkan kembali agar gue tidak memasukkan kontol gue ke memeknya. filmbokepjepang.com Tidak masalah, toh yang beginian juga sudah lebih dari enak. Namun kadang-kadang memang kurang kendali. Hingga hampir saja masuk ketika gue melakukan gerakan maju atau dorong.
Pengalaman birahi semakin panas ketika kak Melisa menyepong kontol gue dengan posisi gue duduk sambil tangan gue bekerja di toket. Nikmat sekali ternyata kontol gue di hisap kaya gini.
Ketika mau muncrat, gue sempat memberi tanda. Kak Melisa melepaskan hisapannya, lalu ia terlentang ngangkang dan mejembreng memeknya. Belahan memek warna merah menganga siap menerima rudal gue. Tapi tidak karena kak Melisa kemudian berkata, “tumpahin di sini Han, jangan di masukin.”
Gue paham maksudnya. Maka ketika gue orgasme, gue semprotkan sperma ke memeknya. Crot?… Crot?.. crot??…
Tumpahlah sperma gue. Sebagian masuk belepotan di dalam daging merah itu, dan sebagian lagi belepotan di sekitar jembut kak Melisa. Gue dan kak Melisa berpelukan. Kak Melisa tidur di kamar gue tanpa ada kecurigaan dari bokap nyokap. Begitulah malam panas dengan kak Indah.
Gue dan kak Melisa jadi semakin akrab. Bahkan kak Melisa secara terus terang bahwa dirinya sudah sering ngentot dengan pacarnya. Gue sendiri sering minta acara mesum seperti malam itu. Terutama ketika kak Melisa minta bantuan, gue minta syarat agar upahnya service birahi. Tapi gue tetap tidak sampai memasukkan kontol ke memeknya. Hingga pada suatu saat…
Pada malam Sabtu ketika bokap nyokap tidak ada di rumah untuk acara jalan-jalan berdua. Katanya sih bulan madu kedua. Gue dapat merasakan yang namanya “Ngentot Memek”.
Malam itu gue berniat banget akan melakukan mesum dengan kak Melisa. Tapi gue dongkol banget karena ketika kak Melisa pulang ke rumah malah dengan kakaku yang kedua, bahkan dia akan menginap di sini. Sari adalah kakakku yang Lebih Cantik dari Kak Melisa, Putih, Bening, Semok Bangett dah Idaaman para Laki laki.
Sambil cemberut gue nonton tv. Jika kak Melisa dan Kak Sari bertanya, gue males-malesan menjawabnya. Martabak telor yang dibawa kak Melisa pun tidak selera ku santap. Kak Melisa malah senyum-senyum saja melihat kelakuan gue begini sambil memakan martabak yang dibawahnya
“Sih Farhan jutek banget sih,” kata Kak Sari.
“Tahu, biasanya kagak gitu.” Jawab Kak Melisa
“Apa mungkin sakit, lihat aja tuh wajahnya pucat gitu.”
“Burungnya kali yang sakit hehehe?..”
Jadilah dua cewek cantik itu menggoda terus menerus. Saling melempar kata dengan obyek penderitanya adalah gue yang lagi sange.
“Mau pipis duluah,” kata Kak Sari ngeloyor ke belakang. Sari sudah tidak asing lagi dengan rumah ini. Jadi tidak perlu minta diantar seperti layaknya tamu baru.
“Kakak Kenapa Kak Sari ikut nginep sih disini.”
“Lah, emang kenapa? Itukan Kakak lu juga” jawab kak Melisa enteng.
Gue terus marahin kak Melisa. Sementara kakak gue itu tidak begitu peduli. Dia malah cengar ?cengir saja menanggapiya. Bener juga memang, Tak ada salahnya Kakak gue nginep dirumah. Tapi masalahnya kan gue pengen berbuat mesum sama kak Melisa.
“Mel pinjem kaos buat tidur dong gue nggak bawak pakaian nih, Sekalian celana pendeknya,” ujar kak Sari dari belakang. Gue kaget karena ketika kak Sari berjalan tidak mengenakan sehelai benangpun alias telanjang. Pakaian yang dia kenakan semula kini dalam genggaman tangannya. Busyet deh, tubuh Kak Sari bagus banget. Langsing.. Payudara besar menggantung. Kulit putih. Warna hitam terlihat ketika melihat ke bagian bawah. Yah jembutnya.
“Udah lu tidur telanjang aja gitu,” kata kak Melisa.
“Tuh, Farhan aja doyan ngeliatin terus.”
Gue yang masih tidak percaya dengan pemandangan di depan segera mengalihkan pandangan ketika mendengar ucapan kak Melisa begitu. Lagi, kedua cewek itu cekikikan menggoda. Gue yang lagi jaim pura-pura nonton TV saja. Dan tiba-tiba kak Sari mendekat.
“Gue tidur di kamar lu ya Han,” bisik kak Sari di telinga. Sari lalu duduk di pangkuan gue. Dia menciumi wajah dan leher gue. Toketnya di gesek-gesekan ke dada gue. Gue terangsang banget. Tapi tetap saja berlaga jual mahal.
Terus kak Sari mendekati gue, “gue udah tahu semua kelakuan lu sama Melisa. Makanya gue juga mau ikutan.” Gue lirik kak Melisa, dia cuma senyum-senyum saja. Santi Kemudian membuka kaos oblong gue, dibangunkan gue dari kursi. Kemudian dia membuka celana gue hingga bugil.
“Kontol lu keras banget Han,” kak Sari langsung mengulum kontol gue.
“Aggghh? aghh?…” gue mendesis nikmat. Dan akhirnya gue pun larut dalam permainan Sari.
“Ajak gue ke kamar. Gue pengen banget ngentot,” bisik Sari.
Gue menggiring kak Sari ke kamar. Sesampainya di sana, gue terus diserang bertubu-tubi oleh birahi Sari di atas kasur. Ketika Sari ingin memasukan kontol gue ke memeknya, tiba-tiba kak Melisa.
“Eh? tunggu? tunggu? dasar udah pada gatel lu pada?.”
“Gila luh Sar, gue udah berapa bulan gak ngentot. Lah kalo lu, baru juga berapa jam yang lalu ngentot.”
Kak Melisa nyengir kuda. Dasar memang nih gue punya kakak kayak gini.
“Ok ok. Gue paham deh.. ?gini loh Han.” Kak Melisa lalu mengulum bibir gue agar tidak lagi minta berbuat mesum dengannya. Katanya sengaja dibawain Melisa biar gue dapat saluran buat ngentot. Tapi kalau gue sekarang nggak bisa janji. Acara ngentot ini akan dibatalkan.
Dengan berat hati gue menyetujui. Tak apalah. Gue kan pengen ngerasain yang namanya ngentot memek. Karena kak Melisa tidak pernah memberikan memeknya dimasukkin kontol gue.
Begitulah akhirnya gue dan Santi ngentot di kamar. Sementara kak Melisa jadi penonton saja.
Sari sangat berpengalaman. Entah sudah berapa banyak jam terbangnya hingga ia begitu mahir memuaskan nafsu gue. Dalam permainan itu gue dan Sari bisa orgasme dua kali. Sebelum akhirnya istirahat nonton TV lagi.
Jam satu malam kak Melisa sudah nguap. Dia pun pergi tidur ke kamarnya. Beberapa saat kemudian gue yang sudah datang lagi hornynya mengajak Sari untuk menutup malam dengan satu permainan lagi. Tapi ternyata Sari punya rencana lain. Dia ingin melakukan bertiga bersama kak Melisa. Bla? bla ?bla ?ia menyatakan maksudnya. Gue pun setuju.
Sari mengeluarkan selembar dasi almamater dari dalam tas. Kami pun masuk dalam keadaan bugil. Di dalam kamar, kak Melisa ternyata sudah tidur pulas.
“Lihat kakak lu tuh kecapean. Berapa ronde tadi dia ngentot.”
Gue diarahkan kak Sari untuk memegang tangan kak Melisa. Dengan beberapa gerakan saja tangan kak Indah sudah terikat ke atas dengan dasi. Kak Sari terbangun dan kaget melihat tangannya sudah terikat.
“Hei apa-apan sih. Sari? Farhann? lepasin.”
“Tenang aja Mell?. Gue pengen buat lu orgasm,” jawab Sari pelan.
”Ayo Hann kita Lanjutin.”
Sari melepas bagian bawah pakaian kak melisa. Celana short dan CD dilemparkan jauh. Sementara gue ke bagian melepas kaos dan BH nya. Hingga kak Melisa sudah telanjang bulat dalam keadaan terikat.
“Waw memek lu bagus banget. Pantesan cowok lu doyan.”
Santi langsung menjilati memek kak Melisa. Sementara gue dapat bagian toket. Sesekali kami bergantian menggarap kak Melisa. Kak Melisa ternyata juga bisa menikmati. Ketika sari memberikan memeknya, kak Melisa sangat rakus menjilatinya.
Begitu juga ketika gue sodorin kontol, kak Melisa juga tidak menolak. Kak Melisa akhirnya orgasme dengan jilatan lidah Kak Sari dengan tangan terikat. Ikatan dasi kak Melisa dilepas ketika permainan semakin panas bertiga. Sarii orgasme dengan jilatan lidah kak Melisa. Sementara gue orgasme di dalam memek Melisaa yang nikmat.,,,,,,,,,,,,,,,