Cerita Seks Online Ngentot Tante Sabrina

Sepanjang saya masih menganggur, saya kerap ke rumah Tanteku Sabrina. Sepanjang di situ saya menolong mensterilkan taman serta mengendalikan perkakas rumah. Maklum tanteku itu hidup sendirian. Buat urusan angkat- mengangkat dia tidak mampu. Sesuatu sore sehabis saya menggeser pot di taman supaya nampak apik, saya ingin ke kamar mandi, ingin mencuci tangan serta buang air. Wc Tante Sabrina terdapat di dalam kamarnya, sehingga jika ingin ke kamar mandi wajib ke kamarnya dahulu. Tanpa ragu- ragu kubuka kamar yang tidak terkunci itu buat mengarah kamar mandi. Begitu kubuka pintu kamarnya saya kaget, kulihat Tante Sabrina baru saja berakhir mengeringkan tubuhnya dengan handuk sehabis mandi.

Dikala kubuka pintu tadi, Tante Sabrina lagi dalam kondisi telanjang membelakangiku. Tante Sabrina sepertinya tidak menyadari jika saya lagi mencermati pinggul serta bokongnya dengan gemetar. Sebagian menit setelah itu kututup kembali pintunya, dengan perasaan yang galau serta khawatir sebab merambah kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Malamnya saya tidak dapat tidur, kemaluanku berdiri terus. Saya keluar dari kamar, warnanya Tante Sabrina lagi nonton Televisi sendirian. Saya ingin menegurnya tetapi tunggu dahulu, Tante Sabrina lagi mengenakan baju yang memicu, pahanya yang putih tersingkap, sedangkan tangan kanannya warnanya lagi mengelus kemaluannya sendiri. Saya diam- diam duduk agak di balik posisi duduknya sembari mencermati tingkahnya tersebut dengan sedikit waspadai. Kesimpulannya dengan perasaan yang kian kacau saya kembali ke kamar. Kemaluanku yang kian tegang kesimpulannya kukeluarkan pula, sembari kuelus – elus.

Sebagian menit setelah itu kejantananku telah sedemikian kencang serta terasa mau keluar.
Seketika terdengar suara Tante Sabrina,“ Mengapa Deni, kepanasan ya?”
“ Eh.. iya Tante,” jawabku terbata – bata.
“ Kalian mengapa?” tanyanya tanpa memandang ke arah kemaluanku.
Saya penasaran serta dengan memberanikan diri, kubiarkan terus kemaluanku tergerai di luar celana dalamku.

“ Tidak ketahui nih Tante, ini tegang terus,” sembari kutunjukkan kemaluanku.
Tante Sabrina melihatnya sekilas dengan tenang. Tante Sabrina terus masuk ke kamarku tanpa mempedulikan lagi kejantananku yang menantang.
Deni, tolong tante donk mata tante jadi kelilipan begini.
Saya berdiri serta kuhampiri, instingku berkata kalau ini merupakan isyarat saja supaya saya mendekatinya.

Pikiranku telah sangat jorok. Kuhampiri Tante Sabrina, senjataku yang telah siap tempur menuju lurus ke depan mengarah perutnya. Kemudian kupeluk Tante Sabrina, batang kemaluanku terjepit di perutnya, tanganku meremas ke arah payudaranya. Warnanya Tante Sabrina tidak mengenakan BH. Saya terus menjadi berani, kusingkapkan dasternya, kugapai payudaranya dengan penuh nafsu. Tante Sabrina diam saja. Tenang saja ia. Kuciumi lehernya dari balik, payudaranya masih kencang.

Sebagian dikala setelah itu payudaranya kian keras serta putingnya kian menantang. Napas Tante Sabrina telah mulai mendesah- desah ciri ia mulai terangsang. Kubuka dasternya, kulihat badannya yang putih lembut. Kulepas celana dalamnya, bulu kemaluannya rimbun di atas kulitnya yang putih. Tanpa kusadari kami telah silih berpelukan tanpa dibatasi selembar benangpun. photomemek.com Tante Sabrina telah membalas ciumanku dengan buasnya. Tubuhku seluruhnya diciumi, hingga ke dasar, terus ke perut, terus ke dasar lagi serta sampailah ke arah kemaluanku yang telah dia genggam semenjak tadi, barangkali khawatir kusembunyikan. Saya mengambil posisi duduk di pinggir tempat tidur, sedangkan dengan gerakan yang berpengalaman dia mulai mengulum serta menjilati kejantananku sembari tangannya mengocok dengan lembut.

Saya merasa nikmat yang luar biasa, bertepatan dengan itu keluarlah maniku, sebagian menyemprot ke hidungnya yang mungil. Tante Sabrina masih mengocok- ngocok sembari meremas- remas kemaluanku, sehingga tuntas telah mani yang kukeluarkan tadi. Tante Sabrina nampak puas. Terlebih saya, seribu kali puas. Tante Sabrina masih terus mempermainkan kemaluanku yang telah tidak sekeras tadi walaupun belum pula menurun. Tante Sabrina terus mempermainkan kemaluanku.“ Kontol kalian bagus To, besar lagi.” Saya tidak menanggapi, cuma tersenyum manja. Oleh kelihaian tangannya, lekas kurasakan kembali rasa nikmat semacam dikala ngaceng tadi.“ To, kontolmu telah ngaceng lagi. Masukin ke gawukku ayo.” Kemudian Tante Sabrina mengambil posisi terlentang di sebelahku, sperma yang melekat di mukanya telah dibersihkan dengan bantal.

Tanpa diperintah lagi, saya mengambil posisi kebalikannya. Kuarahkan kemaluanku ke lubang memeknya dan dibimbingnya batang kejantananku dengan tangannya. Digosok- gosokkan kepala kemaluanku di atas liang senggamanya yang telah basah ke arah atas serta dasar kemaluannya. Setelah itu ditunjukan pas di depan gerbang kemaluannya. Sekali lagi tanpa diperintah serta cuma bersumber pada naluri saja kutusukkan segala batang kemaluanku ke dalam liang sorganya. filmbokepejpang.com Liang senggamanya terasa kecil, serta dindingnya terus memijit- mijit kemaluanku yang terus menjadi membeku di dalam goa nikmatnya. Kudengar dia menjerit- jerit kecil menikmati gesekan kemaluanku dengan sempurna. Tanpa kusadari bokongku telah naik turun yang menyebabkan batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya.( Barangkali pembaca belum kuceritakan kalau sakalipun saya belum sempat main wanita, dengan Tante Sabrina ini, baru awal kalinya saya melaksanakan sendiri apa yang dinamakan senggama, semacam yang sempat kulihat di film biru).

Tidak lama setelah itu napas Tante Sabrina terus menjadi kilat, bertepatan dengan itu dia terus menjadi kencang menaikkan pinggulnya sehingga liang kenikmatannya meremas- remas mesra batang kejantananku. Saya merasakan nikmat yang luar biasa. Serta kudengar Tante Sabrina berteriak,“ Keluarkan bersama To..” Dia mendekap kuat- kuat punggungku, diciuminya bibirku dengan buasnya. Badannya mengejang serta,“ Ooohh.. Iihhh.. Oohh..” suaranya kali ini keras sekali, di malam yang sepi.

Kami tidur bersama malam itu. Dia pulas sekali tertidur. Sebaliknya saya tidak. Mataku terus melotot. Kejantananku tidak ingin kompromi, senantiasa tegak sempurna. Sekali- kali kuremas payudaranya, dia senantiasa tidur lelap, kuelus goa kenikmatannya, dia pula diam saja. . Kudekatkan lampu duduk di depan selangkangannya. javcici.com Kupermainkan liang kewanitaannya, kuelus, kusibakkan kedua bibirnya serta kuperhatikan seluruhnya. Ku gesek gesek itilnya yang berada di atas memeknya. Oh, baru awal saya memandang panorama alam ini. Sekali- kali Tante Sabrina bangun buat setelah itu tertidur lagi.

“ Saya ngantuk Deni,” katanya pelan. Memandang kemaluannya yang leluasa tersebut, kumanfaatkan dengan sepuas- puasnya. Kesimpulannya kukecup pula bibir Tante Sabrina kemudian kujilati, Tante Sabrina kulihat bergelinjang kegelian sebentar. Lama kuhisap- hisap, kujilati klitorisnya hingga basah. Diangkat- angkatnya pinggul Tante Sabrina, menunjukkan dia keenakan, seolah mau lidahku terus menjilatinya.

Memandang Tante Sabrina telah membagikan asumsi, lekas kutiduri lagi Tante Sabrina buat kedua kalinya. Tante Sabrina kali ini berlagak pasif bisa jadi masih keletihan, kumasukkan kejantananku, kali ini terasa agak seret. Tante Sabrina merintih,“ Pelan- pelan Deni, sakit..” Saya menurutinya. Pelan- pelan kumasukkan batang kejantananku ke dalam liang senggamanya yang seret itu, hingga seluruhnya habis terisap oleh kemaluan Tante Sabrina. Kugoyang sebentar, keluarlah maniku dengan deras.

Begitulah, berulang kali kusetubuhi Tante Sabrina, baik dalam kondisi siuman ataupun tidak. Saya tidak dapat menghitung berapa kali air maniku muncrat. Hingga kesimpulannya saya betul- betul keletihan serta tertidur.

Semenjak dikala itu saya jadi kerap ke rumah Tante Sabrina. Hingga kesimpulannya saya diterima kerja di kota lain. Dikala ini umurnya bisa jadi telah 55 tahun. Kadang- kadang saya masih suka mengunjunginya, serta tidak kurang ingat membagikan siraman air kenikmatan ke dalam kemaluannya.,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts