Cerita Hot Bersama Pembantuku Lina Seksi

Cerita Hot Terpanas – Usia saya 36 tahun, sudah beristri dan mempunyai 3 orang anak. Rumah saya terletak di pinggiran kota Jakarta yang bisa disebut sebagai kampung. Orang tua saya tinggal di sebuah perumahan yang cukup elite tidak jauh dari rumah saya. Orang tua saya memang bisa dibilang berkecukupan, sehingga mereka bisa mempekerjakan pembantu. Nah pembantu orang tua saya inilah yang menjadi ‘pemeran utama’ dalam cerita saya ini.
Ayah saya baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibu saya tinggal sendiri hanya ditemani lina, pembantunya yang sudah hampir 3 tahun bekerja disitu. lina berumur 25 tahun, dia masih belum bersuami. Wajahnya tidak cantik, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari lina ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 165 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali saya memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibu saya ini, sambil membandingkannya dengan tubuh istri saya yang sudah agak mekar.
Hari itu, karena kurang enak badan, saya pulang dari kantor jam 10.00, sampai di rumah, saya dapati rumah saya kosong. Rupanya istri saya pergi, sedang anak-anak saya pasti sedang sekolah semua. Saya pun mencoba ke rumah ibu saya, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumah saya. Biasanya kalau tidak ada di rumah, istri saya sering main ke rumah ibu saya, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibu saya atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.
Sampai di rumah ibu saya, ternyata disana pun kosong, cuma ada lina, sedang memasak.
Saya tanya lina, “Ne, Bu Ria (nama istri saya) kesini nggak?”
“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab lina.
“Terus Ibu sepuh (Ibu saya) kemana?” Tanya saya lagi.
“Tadi dijemput Bu Ratna (Adik saya) diajak ke sekolah Yoga (keponakan saya)”
“Oooh” sahutku pendek.
“Masak apa Ne?” tanya saya sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mata saya langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.
“Ini Pak, sayur sop”
Rupanya dia ngerasa juga kalau saya sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
“Pak Erwin ngeliatin apa sih?” Tanya lina.
Karena selama ini saya sering juga bercanda sama dia, saya pun menjawab,
“Ngeliatin pantat kamu Ne. Kok bisa seksi begitu sih?”
“Iiih Bapak, kan Ibu Ria juga pantatnya gede”
“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu Ne”
“Lain gimana sih Pak?” tanya lina, sambil matanya melirik kearah saya.
Saya yakin, saat itu memang lina sedang memancing saya untuk kearah yang lebih hot lagi. Merasa mendapat angin, saya pun menjawab lagi,
“Iya, kalo Bu Ria kan cuma menang gede, tapi tepos”
“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat senjata saya berdiri. Langsung saya berjalan kearahnya, berdiri di belakang lina yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.
“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tangan saya meraba pinggulnya.
“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut lina, tapi tidak menolak saat tangan saya meraba pinggulnya.
Mendengar itu, saya pun yakin bahwa lina memang minta saya ‘apa-apain’. Saya pun maju sehingga titit saya yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena lina memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali titit saya yang keras itu menempel di belahan pantat lina yang, seperti saya duga, memang padat dan kencang.
“Apaan nih Pak, kok keras?” tanya lina genit.
“Ini namanya soni, sodokan nikmat” sahutku.
Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. lina pun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dada saya, sehingga pantatnya terasa menekan titit saya. Saya tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tangan saya ke depan, saya remas kedua buah dadanya. Alamaak, tangan saya bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.
Saat saya remas, lina sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Saya lihat matanya terpejam menikmati remasan saya. photomemek.com Saya kecup bibirnya, dia membalas kecupan saya. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. Penis saya yang tegang saya tekan-tekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untuk saya (saya yakin juga untuk lina).
Sekitar 5 menit, saya turunkan tangan kiri saya ke arah pahanya. Tanpa banyak kesulitan saya pun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya. Saya sentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan,
“Ssshh… aahhh…”
“Pak Erwin, paak… jangan di dapur dong Pak”
Dan saya pun menarik tangan lina, saya ajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibu saya. Sesampai di kamarnya, lina langsung memeluk saya dengan penuh nafsu.
“Pak, lina sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”
“Kok nggak bilang dari dulu?” tanya saya sambil membuka kaos dan roknya.
Dan… saya pun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibu saya ini. Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya lina tidak mau membuang waktu, dia pun segera membuka kancing baju saya satu persatu, melepaskan baju saya dan segera melepaskan celana panjang saya.
Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan saya hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Saya rasakan kehangatan kulit tubuh lina meresap ke kulit tubuh saya. Kemudian lidah saya turun ke lehernya, saya gigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairah saya,
“Aahh… Bapak…”
Tangan saya melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung saya ciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian saya jilati puting lina yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal, beda sekali dengan buah dada istri saya. Lalu saya gigit-gigit kecil putingnya dan lidah saya membuat gerakan memutar disekitar putingnya yang langsung mengeras.
Saya rebahkan lina di tempat tidurnya, dan saya lepaskan CDnya. Kembali saya tertegun melihat keindahan kemaluan lina yang dimata saya saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina lina. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.
“Pak, jangan diliatin aja dong, lina kan malu” Kata lina.
Saya sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan saya tundukkan kepala saya dan bibir saya pun menyentuh vagina lina yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. lina menggelinjang, menikmati sentuhan bibir saya di klitorisnya. Saya tarik kepala saya sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.
“lina, memek kamu indah sekali, sayang”
“Pak Erwin suka sama memek lina?” tanya lina.
“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina lina.
“Mulai sekarang, memek lina cuma untuk Pak Erwin” Kata lina.
“Pak Erwin mau kan?”
“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini Ne?” tanya saya sambil menjilatkan lidah saya ke vaginanya kembali.
lina terlihat sangat menikmati jilatan saya di klitorisnya. Apalagi saat saya gigit klitorisnya dengan lembut, lalu saya masukkan lidah saya ke liang kenikmatannya, dan sesekali saya sapukan lidah saya ke lubang anusnya.
“Oooh… sshhh… aahhh… Pak Erwin, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Erwin sayang…”
Sepuluh menit, saya lakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepala saya dengan kuat ke vaginanya, sehingga saya sulit bernafas.
”Pak Erwin… aaahh… lina nggak kuat Pak… sshhh…”
Saya rasakan kedua paha lina menjepit kepala saya, bersamaan dengan itu saya rasakan vagina lina menjadi semakin basah. lina sudah mencapai orgasme yang pertama. lina masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulut saya, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Saya hirup cairan kenikmatan lina sampai habis. Dia terlihat puas sekali, matanya menatap saya dengan penuh rasa terima kasih. Saya senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.
Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluan saya yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluan saya kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluan saya. Ooouugh, nikmatnya… ternyata lina sangat pandai memainkan lidahnya, saya rasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya mengenai batang kemaluan saya. Agak sakit tapi justru sangat nikmat. lina terus mengulum kemaluan saya, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluan saya, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluan saya.
“Pak Erwin, lina masukin sekarang ya Pak?” pinta lina.
Saya mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangi saya tepat di atas kemaluan saya. Digenggamnya batang kemaluan saya, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluan saya, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan kemaluan saya ke tengah lubang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluan saya sudah tertanam di vaginanya. lina memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluan saya.
Saya merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan lina. Saya harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluan saya ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina lina. Ketika saya tekan agak keras, lina sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata,
“Pelan dong Pak Erwin, sakit nih, tapi enak banget”
Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluan saya lenyap ditelan keindahan vaginanya. Kami terdiam dulu, lina menarik nafas lega setelah seluruh kemaluan saya ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. saya merasa kemaluan saya seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Luar Biasa! Kemaluan lina menyedot kemaluan saya!
Belum sempat saya berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, lina pun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan lina. Wow.. saya rasakan kepala saya hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluan saya di dalam vaginanya. lina merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Payudaranya yang besar menekan dada saya, dan astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat saya hampir tidak bertahan.
Saya tidak mau orgasme dulu, saya ingin menikmati dulu vagina lina yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, saya dorong tubuh lina ke atas, sambil saya suruh lepas dulu, dengan alasan saya mau ganti posisi. Padahal saya takut ‘kalah’ sama dia.
Lalu saya suruh lina tidur terlentang, dan langsung saya arahkan kemaluan saya ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluan saya menerobos lembah kenikmatan lina.
Saya mainkan pantat saya turun naik, sehingga penis saya keluar masuk di lorong sempit lina yang sangat indah itu. Dan, sekali lagi saya pun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina lina. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, saya mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala penis saya.
“lina, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang…” kata saya pada lina.
“Iya Pak, lina juga udah mau keluar lagi nih. Oohh… sshhh… aaahh… bareng ya Pak… cepetin dong genjotannya Pak…” pinta lina.
Saya pun mempercepat genjotan saya pada lubang vagina lina yang luar biasa itu, lina mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya saya tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuh saya mengejang.
“lina… ahhh… hhh… aku keluar sayaang…”
Muncratlah air mani saya kedalam vaginanya. Disaat bersamaan, lina pun mengejang sambil memeluk erat tubuh saya.
“Pak Erwiiin, lina juga keluar paakk… sshhh… aaahh…”
Saya terkulai diatas tubuh lina. lina masih memeluk tubuh saya dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tiada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.
“Lina, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” kata saya.
“Pak Erwin suka memek lina?”
“Suka banget Ne, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya. Kembali kami berpagutan.
“Dibandingin sama Bu Ria, enakan mana Pak?” pancing lina.
“Jauh lebih enak kamu sayang”
Lina tersenyum.
“Jadi, Pak Erwin mau lagi dong sama lina lain kali. lina sayang sama Pak Erwin”
Saya tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk lina. Pembantu ibu saya yang sekarang jadi kekasih gelap saya.,,,,,,,,,,,,

Related posts