SATU CINTA LKTCP 2020
Satu Cinta
1
Dodi Please Jangan tinggalkan aku, kata Sintia. Air mata membasahi pipinya.
Dodi membuang muka. Tidak mau melihat tangisan Sintia. Tidak peduli. Tidak bersimpati. Keputusanku sudah bulat. Aku mau putus. Kata Dodi.
Tapi aku Sudah menyerahkan segalanya ke kamu, Dodi. Bahkan kegadisanku.. Sudah kuserahkan Kepadamu, Kedua tangan Sintia mencengkram kerah baju Dodi sekuat tenaga.
Tidak Tangan kiri Dodi dengan mudah menepis cengkraman Sintia. Hubungan kita sudah Selesai!! End!! Bentak Dodi kemudian pergi begitu saja.
Kedua mata Sintia menatap Dodi yang mulai menjauh darinya. Semakin jauh. Semakin menghilang.
Sintia bersimpuh. Tubuhnya bergetar. Sekuat tenaga Sintia berteriak, Dodi.. Please. Jangan tinggalkan aku, Sayang Please
2
Waktu sudah dipilih. Ayah dan ibunya sudah berangkat kerja. Rumah sudah kosong. Pesan perpisahan telah dibuat. Bagi Ayahnya. Bagi Ibunya. Bagi Dodi. Tali tambang telah menggantung. Kursi kayu telah siap. Sintia tinggal menghidupkan aplikasi kamera instagram, memilih angel yang pas, lalu naik ke atas kursi, dan menggantung dirinya sendiri.
Sintia ingin bunuh dirinya ditayangkan secara live.
Di usianya yang tahun ini memasuki 20 tahun, menayangkan bunuh diri secara live adalah sebuah pilihan. Yaitu, untuk ditonton. Disaksikan. Dihargai. Dan diakui eksistensi cintanya oleh masyarakat luas.
Dodi.. Sayang, kata Sintia menangis menghadap kamera. Aku mencintaimu.
Sintia naik ke kursi. Tali tambang dikalungkan ke leher. Tekadnya sudah bulat. Hidupnya harus segera diakhiri.
Padahal umurnya baru 20 tahun.
Selamat tinggal, Dodi! Selamat tinggal semuanya, Sintia melambaikan salam perpisahan. Kakinya menendang kursi. Seketika jeratan tambang menjerat lehernya. Mengurangi secara drastis asupan oksigen ke dalam tubuh. Membuat udara tidak bisa lagi dihirup apalagi dihembuskan. Menghilangkan warna kehidupan di wajah. Di Kulit. Di kaki. Di seluruh tubuh. Bahkan bukan hanya itu, tarikan gravitasi bumi memaksa kedua kaki Sintia menendang-nendang di udara. Menghadirkan kesakitan teramat sangat.
Hanya dalam waktu singkat tubuh Sintia berubah, dari sebelumnya memancarkan aura kehidupan menjadi meronta-ronta. Tangannya mencakar-cakar lehernya sendiri sambil menyongsong kematian.
Bersamaan dengan rontaan tubuhnya, jiwa Sintia yang sebelumnya nyaman bersemayam di dalam tubuh juga mulai bergolak, berontak, memukul-mukul. Jiwa Sintia kaget diperlakukan seperti ini. Jiwa sangat berbeda dengan tubuh fisik. Jiwa sangat halus. Tidak bisa dirasa oleh panca indera. Tidak bisa dikendalikan. Sebelumnya ada dua elemen dalam tubuh yang mampu mengendalikan jiwa. Namun sayang keduanya telah dihilangkan oleh Sintia dengan menggantung dirinya.
3
Seketika seluruh tubuh Sintia merasakan sakitnya jeratan tambang di leher. Mulai dari siksaan di otot-otot kaki, rasa panas pada paru-paru, tekanan dramatis di sekujur pembuluh darah, panas membara di kedua mata, sampai wajah yang berubah warna menjadi keunguan.
Namun demikian di waktu yang sama, Sintia juga merasakan jenis siksaan berbeda : siksaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya ; siksaan yang berasal dari hilangnya tarikan dan hembusan nafas akibat lehernya terjerat tali tambang.
Selama ini, ada dua elemen penting dalam diri Sintia yang tidak pernah disadari apalagi disyukuri : pertama adalah tarikan nafas. Berfungsi menjadi pencegah jiwa untuk melakukan perjalanan melintasi ruang di luar dirinya sendiri. Kedua adalah hembusan nafas. Berfungsi mencegah jiwa melintasi dimensi waktu yang berbeda.
Kedua bentuk aliran nafas ini telah dihentikan secara paksa oleh Sintia. Itu artinya walaupun hanya memiliki rentang waktu sangat singkat sebelum kematian tiba, jiwa Sintia tidak lagi memiliki penghalang untuk mendobrak batasan ruang dan melampaui batasan waktu. Jiwanya bisa terbang, melesat, memberontak, memaksa Sintia mengalami kondisi pisah raga : Keluar dari tubuh asli dalam kondisi masih meronta-ronta, lalu memindahkan kesadaran Sintia dalam relatifitas waktu yang berbeda. Masuk ke dalam tubuh lain. Di ruang berbeda. Bukan di tubuh asli Sintia. Namun di tubuh wanita lain. seorang wanita cantik. Tidak kalah cantik dari Sintia. Tapi bukan Sintia.
Umur wanita ini sebaya dengannya. Masih di awal dua puluhan. Kulitnya kuning langsat seperti wanita Sunda. Wajahnya cantik. Tubuhnya molek. payudaranya berisi. Pantatnya menonjol. Kakinya jenjang.
Wanita cantik ini sekarang sedang duduk di tengah ranjang kecil berwarna putih. Mengenakan lingerie model baby doll berwarna merah menyala dan tengah dikelilingi oleh tiga orang laki-laki. Satu sedang duduk di belakangnya ; laki-laki berperawakan kurus, Mengenakan kaos putih. Satu sedang duduk di depannya ; laki-laki berkulit putih, berperut buncit, juga mengenakan kaos berwarna putih. Satu lagi ; laki-laki berkumis, sedang berdiri di pinggir ranjang kecil, mengenakan kaos singlet berwarna abu-abu, sedang memegang ponsel dan memvideokan aktifitas mereka.
Gitu donk, sayang, kamu akhirnya mau mengikuti kemauan abang, kata si kurus. Sambil bicara, lengan si kurus memeluk tubuh wanita yang Sintia masuki tubuhnya sambil mulai menjamah kedua bukit payudaranya.
Ahhhhh, Sintia mendesah. Walaupun bukan tubuh asli, Sintia bereaksi akibat dipeluk. Payudaranya menegang akibat dijamah.
Karena loe udah mau ikut apa kata yayang loe ini, Cindy, kata si gemuk yang duduk di depannya. Berarti loe secara resmi jadi lonte gue. Sebentar lagi status loe sama kayak lonte-lonte di luar sana. Pernah gue rasain memeknya. Sambil berkata dengan nada melecehkan, tangan kiri si gemuk memegang kepala Sintia, lalu memaksa mencium bibirnya.
Udah gak usah banyak bacot loe berdua, kata si kumis bersinglet abu-abu sambil berdiri memegang ponsel. Garap tuh cewe, cepet! Udah pegel tangan gue mau ngevideoin aksi ngentot loe-loe pade.
Iya, sorry, Bang. Oke langsung action aja, kita. Diperintah si kumis, si kurus bergerak cepat merebahkan tubuh Sintia hingga telentang di ranjang. Si gemuk juga bergerak tak kalah cepat, setelah Sintia terlentang di ranjang tangan gemuknya sigap menyingkap bagian bawah lingerie baby doll merah, dimana Sintia sudah tidak mengenakan celana dalam dan area kewanitaannya bersih tanpa bulu sama sekali.
Lihat, tuh! keren gak memek yayank gue! Kata si kurus penuh kebanggaan kepada si gemuk.
Wiuuuuhhhhhhh, memek cewe loe memang high quality, Bro, jawab si gemuk. Gue duluan ngicip, ya?
Babi, loe! Umpat Si Kurus. Gue cape-cape nyuruh dia potong tuh jembut. Eh, loe, mau potong kompas lagi!
Lagian loe kan udah nyobain tiap hari nih memek. Masa loe gak mau kasih gue kesempatan pertama? Dasar anjing, Loe! Si gemuk balas mengumpat.
Udah! Memang tai loe berdua! Si Kumis membentak. Gue disini yang nentuin siapa duluan. Ngerti, loe berdua?
Dibentak si kumis, keduanya mengangguk terpaksa. Ya udah gimana abang aja, lah. Nurut kita! Jawab mereka berdua kompak.
Si kumis kemudian berkata, keputusan gua, loe belakangan!, katanya pada si kurus. Loe kan cowonya, loe kedua setelah dia!
Dan Loe, tai Tunjuk si Kumis pada si gemuk. Loe duluan!
Yuhuuuuuiii, si gemuk girang. Videoin gue yang bener, Om!
Dasar tai babi, Loe! Maki si kumis.
Posisi Sintia yang sudah telentang tanpa celana dalam memudahkan si gemuk untuk langsung mengeksplore area kewanitannnya.
Loe wangi amat, sih, Cindy!! Gak nyangka gue bisa ngerasain memek sewangi ini, kata si Gemuk.
Cepetan, Loe! Jangan banyak bacot! Bentak Si Kumis.
Oke, Om.
Si gemuk mulai menjilati area kewanitaan tanpa bulu Sintia. Jilatan hangat si gemuk segera terasa di pori-pori kulit Sintia menghadirkan sensasi lembut lidah tak bertulang menggesek-gesek organ intim wanita paling sensitif.
Uuuuuhhhhh, desah Sintia. Aouuuhh. uuuuhhh Sssssssss.
Nah, pinter juga loe ngoralnya! puji si kumis kepada si gemuk. Sekarang Loe jilat terus tuh memek sampai becek. Dan loe, jangan diem aja, loe!, tunjuk si kumis kepada si kurus, Loe garap tuh susu sampai keluar!
Si kurus menurut. Tubuh si kurus mendekati Sintia kemudian condong ke arah payudara, dan mulai menghisap bergantian kedua putingnya.
Aaaaahh.Aaaaaaahhhhh.. Aaaaaaaa.
Desahan Sintia seketika menjadi ketika diserang dari dua arah. Dari bagian bawah tubuhnya, si gemuk sangat rakus mengoral area kewanitaannya sampai becek berlendir. Dari bagian atas, si kurus asyik memeras payudaranya kemudian menghisap dalam-dalam, berharap memperoleh susu alami bergizi tinggi.
Oke, cukup! Perintah si kumis. Sesuai perintah gue tadi loe gemuk Sekarang masukin senjata loe ke memeknya!. Dan loe kurus. Punya loe masukin aja ke mulut cewe loe!
Si kurus dan si gemuk menurut. Sintia dibuka lebar kakinya oleh si gemuk dan kepala Sintia lehernya disangga bantal oleh si kurus sehingga kepalanya tertengadah menatap si kurus dalam posisi terbalik.
Pengaturan posisi ini berlangsung singkat. Setelah ketiganya sudah diposisi nyaman, si gemuk bergerak pertama mengangkat batang penisnya, menyapukan ke sisi gundul area kewanitaan Sintia, mendorong sebentar, dan memasukkannya dalam-dalam.
Melihat si gemuk sudah bergerak, si kurus tidak mau kalah. Penisnya diarahkan ke mulut Sintia yang sudah terbuka lebar, kemudian mulai dimasukkan dan digerakkan maju mundur.
Keciiplllak Keciplakkk keciplakkk.
Bunyi penis menumbuk area kewanitaan, dan gesekan penis di dalam mulut mulai terdengar menghadirkan nada persenggamaan.
Uuuuuuughh, rapet amat sih memek loe, lonte, kata si gemuk.
Oooow, yankkk.. mulutmu.. uuuhhh sexy. puji si kurus.
Sintia tengah dijepit oleh dua alat kejantanan secara bersamaan. Dalam posisi terjepit begini, kedua tangan Sintia berusaha menyentuh bagian pantat si kurus untuk memudahkan dalam mengambil nafas, dan kakinya berusaha dikangkangkan lebar-lebar agar nyaman menghadapi tusukan dari si gemuk yang semakin cepat.
Gerakan mereka bertiga semakin lama terlihat semakin kompak : maju mundur secara taratur, saling mengisi, saling menerima.
Waktu berjalan cepat. Gerakan kompak mereka terus berlangsung dan divideokan oleh si kumis sampai lebih dari 10 menit, dimana si gemuk mulai tidak tahan. Demikian pula si kurus juga sudah tidak mampu lagi bertahan dan Crooott Crooot Croootsi gemuk akhirnya duluan meraih klimaks di dalam tubuh Sintia.
Agggggghhhhhhhhhhh. Crrroooooooottttt Crrrrrrooooooottttttt. Hampir bersamaan, si kurus menyusul. Dia menumpahkan cairan klimaks di dalam mulut Sintia.
Setelah klimaks tercapai, mereka bertiga sama-sama ambruk. Sintia terlihat sangat kelelahan sehabis meladeni dua orang laki-laki. Si gemuk terlihat puas. Si kurus tersenyum kecut. Dan si kumis bertepuk tangan sambil tertawa lebar.
Bagus banget aksi ngentot loe berdua, kata si kumis. Bravo! Keren! Bisa jadi bintang bokep loe-loe pade. Sekarang loe berdua minggat! Gue mau ngentot nih lonte.
Ampuuunnn. Enggak, mau, Bang! Sintia segara menjawab. Sudah cukup, Bang. Kan perjanjiannya hanya sekali.
Maksud loe loe nolak?? si kumis bertanya. Sekarang giliran gue. Loe gak mau ngelayanin gue???
Ampun, Bang, kan, Cuma sekali perjanjiannya. Ini juga, Bang, Cindy mau dibeginiin sama abang-abang karena Cindy mau ngebantu ngelunasin utang orang tua, Sintia memelas.
Persetan masalah utang orang tua loe!, Si kumis berteriak. Gak mau tau gue. Yang gue mau tau satu : Loe gak mau ngelayanin gue? Hahh? Dasar anjing, loe!!
Ampun, Bang. Cindy gak mau lagi, Bang. Cindy mau dibeginiin juga karena katanya mau dibayar, Bang Uangnya nanti Cindy mau pake buat bantu bayar utang orang tua, Bang. Jawab Sintia.
Mendengar jawaban Sintia, si kumis terlihat sangat marah lalu pergi begitu saja keluar kamar. Dasar anjing! Makinya sambil berlalu.
Udahlah, Yank, sekali saja, layanain lah dia, bujuk si kurus sepeninggal si kumis.
Iya, nanti uang buat loe gue tambah, deh sambung si gemuk.
Braaaaaaaaaaaaaaaaak. Sangat cepat terdengar bunyi pintu dibanting. Si kumis masuk lagi ke kamar membawa sebilah golok tajam.
Loe bedua pegangin tuh si anjing!! Perintah si kumis sambil berteriak.
Si kurus dan si gemuk melihat kemarahan sangat besar di dalam diri si kumis. Mereka berdua sontak memenuhi perintahnya memegangi Sintia.
Ampun, Bang. Ampun. Sintia memelas. Tubuhnya mulai dipegangi kuat-kuat. Si kumis naik ke ranjang. Menindih tubuhnya. Mengalungkan golok ke leher cantiknya.
Anjing loe! Loe berani nolak keinginan gue, Hah? Bentak si kumis.
Ampuuun, Bang. Ampuunn Jawab Sintia ketakutan.
Udah, Yank, layananin aja dia. Dengerin Abang. Sekali aja. Si kurus sambil memegangi tangan Sintia berusaha meredakan situasi.
Iya, Cindy, Si gemuk juga berusaha membantu. Gue janji bayaran buat loe gue tambah. Dua kali lipat kalo loe mau.
Cintia mengangguk mendengar nasihat si kurus dan si gemuk. Baiklah, Bang Cindy mau, Bang. Cindy mau ngelayanin Abang. Sintia memelas kepada si kumis.
Bagus. Makasih, Yank, si kurus lega mendengar jawaban Sintia. Bang Udah, Bang, lepasin goloknya, kata si kurus pada si kumis. Udah mau kok dia ngelayanin abang. Lepasin goloknya.
Loe ok banget, Cindy! Gue pasti bayar loe dua kali lipat, kata si gemuk. Gue janji.
Si kumis mengangguk mendengar jawaban Sintia dan ajakan si kurus. Si kumis mengangkat golok. Menjauhkannya dari leher Sintia, sebelum dengan sekuat tenaga merubah arah golok itu ketika masih di udara dan menebaskannya kuat-kuat ke leher Sintia.
Crrrooooooooooot.
Seketika darah melesat membasahi wajah si kumis.
Wajah Sintia juga langsung dipenuhi cipratan darah berwarna merah kental keunguan. Suaranya sontak meraung-raung kesakitan. Seketika hadir pemandangan mengerikan dari luka menganga lebar di leher cantik Sintia akibat lehernya tertancap golok. Tangan Sintia berubah meronta-ronta. Kakinya kejang-kejang menendang-nendang.
Si kumis terlihat begitu penuh amarah membenamkan golok itu dalam-dalam.
Hiiiiiiiigggghhhhhh. Jerit mulut Sintia. Hiiiiiggggggggghhhhhh.
Panik mendengar suara mengerikan dari mulut Sintia, Si kumis berusaha mencabut golok di daging leher Sintia sekuat tenaga, kemudian mengangkatnya lagi, dan sekuat tenaga menghujamkan lagi. Mengangkat lagi dan menghujamkan lagi .
Si Kurus syok. Tidak percaya dengan pemandangan mengerikan yang terjadi tepat di depan mata, dia mual lalu menutup mulut kemudian lari keluar kamar untuk memuntahkan isi perutnya.
Si gemuk walaupun pemandangannya ke Sintia tertutup sebagian oleh badan si kumis, sama sekali tidak bisa menggerakkan satu pun organ tubuhnya. Cipratan-cipratan darah dari golok si kumis mengenai wajah, baju, dan menyiprat di kaki.
Heggghhhh.
Saat kepala sudah hampir lepas dari leher, Sintia masih mengeluarkan suara seperti meringkik mengerikan dan kondisi tubuhnya berubah menjadi begitu menjijikkan. Melihat ini si kumis berdiri. Si kumis lalu menurunkan celana dan mengeluarkan penisnya untuk diarahkan ke tubuh Sintia kemudian mengencinginya.
Mati loe, Anjing!. Maki si kumis sambil mengencingi tubuh Sintia.
Terlihat sangat puas si kumis melakukan semua tindakan biadab ini.
Bahkan tidak cukup sampai disitu, setelah puas mengencingi tubuh Sintia, si kumis lalu meludahi tubuh sekarat itu tiga kali, sebelum turun dari ranjang dan beranjak pergi.
Si gemuk masih melongo di tempatnya. Si gemuk masih tak tercaya melihat seorang laki-laki bisa melakukan perbuatan sedemikian keji… dan sedemikian biadab kepada seorang wanita.
4
Satu tarikan nafas bisa menahan jiwa Sintia mendobrak batasan ruang. Satu hembusan nafas bisa menahan jiwanya menembus batasan waktu. Sayang keduanya sudah tidak ada lagi. Keduanya sudah dicekik oleh jeratan tali tambang.
Kehilangan kedua aliran nafas seharusnya tinggal membuat Sintia menunggu kematian tiba dengan tenang. Sayang jiwanya tidak ingin Sintia mengalami kematian yang begitu mudah.
Baru saja dalam waktu satu detik di atas jeratan tambang, jiwa Sintia mendobrak batasan ruang dan batasan waktu, memaksa Sintia mengalami pengalaman kehidupan sebagai seorang wanita bernama Cindy dalam waktu relative, di ruang berbeda. Pada detik berikutnya, jiwa Sintia mengembalikannya lagi ke tubuh asli dengan kondisi kaki masih menendang-nendang. Masih tergantung. Kejang-kejang. Tangan mencakar-cakar. Tidak bisa bernafas.
Sekarang dalam kondisi sudah semengenaskan ini. Di detik berikutnya lagi. Masih disaksikan oleh ratusan pasang mata di aplikasi kamera instagram, jiwa Sintia kembali bergerak. jiwanya pisah raga lagi. Menembus kembali batasan ruang dan waktu. Masuk ke dalam tubuh wanita lain. Di ruang berbeda. Di relatifitas waktu.
Sekarang Sintia dibawa masuk ke tubuh wanita Jepang yang sedang duduk berdua di kamar hotel mewah dengan seorang laki-laki tua. Mereka berdua sedang duduk di atas ranjang mewah hotel sambil bicara bahasa Jepang. Seharusnya Sintia tidak bisa bahasa Jepang. Namun sekarang dia bisa. Sintia mengenakan sebuah kimono berwarna pink. Pak tua mengenakan baju setelan lengkap.
Haruka, Ini adalah peluangmu menjadi artis Jepang papan atas, kata pak tua.
Baik, Pak, sambil menjawab Sintia membungkukkan tubuh sebagai simbol penghormatan.
Syaratnya kamu harus mengikuti keinginanku. Aku sudah lebih dari 25 tahun di dunia show bizz, Haruka. Aku bisa mengorbitkanmu cepat. Aku bisa menciptakanmu sebagai bintang papan atas dalam semalam. Bagaimana?
Baik, Pak. Haruka siap memenuhi keinginan, Bapak.
Bagus. Sebagai langkah awal kamu harus minum pil ini! Perintah pak tua sambil menyerahkan pil berwarna putih dan segelas air.
Sintia membungkuk hormat, tanpa bertanya mengambil pil putih di tangan pak tua, kemudian memasukan ke mulut dan meminumnya.
Gadis pintar, Kata pak tua. Calon artis Jepang papan atas.
Setelah itu mereka berdua mengobrol santai selama 15 menit seperti sengaja menunggu efek dari pil putih itu bekerja.
Ok. Sudah 15 menit. Pil putih pasti sudah bereaksi. Ayo Haruka lepaskan kimonomu! Perintah pak tua.
Dengan penuh hormat Sintia menurut, lalu berdiri, membuka tali kimono, dan segera menghadirkan pemandangan seorang wanita Jepang cantik jelita, bertubuh indah, berkulit putih bersih, telanjang seutuhnya dihadapan pak tua. Tinggi wanita yang tubuhnya Sintia masuki sekitar 158 cm. Rambutnya panjang sebahu. Payudaranya berisi. Pantatnya sangat kencang dan area kewanitaannya ditumbuhi bulu-bulu kemaluan.
Kamu memang sexy, Haruka, puji pak tua sambil menggenggam tangan Sintia, kemudian menggandeng, dan merebahkannya ke atas ranjang. Aku adalah laki-laki penggemar soft BDSM, lanjut pak tua sambil menunjukkan alat seks di tangan. Ini adalah borgol BDSM. Kamu pasti sudah pernah lihat di film-film dewasa. Sekarang aku ingin kamu terikat di empat sudut ranjang dengan keempat borgol ini. Kamu, mau?
Sintia mengangguk sebagai bentuk persetujuan.
Baiklah, kita mulai saja! Kata pak tua sembari memborgol Sintia secara ketat menggunakan borgol di empat sudut ranjang dimulai dari kaki kanan, lalu kaki kiri, tangan kiri dan tangan kanan. Setelah semua terpasang, barulah pak tua mengeluarkan penutup mata berwarna merah kemudian sebelum menutup mata Sintia dia bertanya, Penutup mata akan aku kenakan di matamu, Haruka, kamu bersedia ditutup mata?
Bersedia, Pak.
Kamu siap melayaniku?
Siap,Pak.
Bagus!
Pak tua memulai aksinya. Tangan tuanya mulai menyentuh bagian tubuh Sintia mulai dari bibir, leher, bahu, ketiak, payudara, sampai gundukan jembut di area kewanitaan.
Aku tidak mau dibohongi dengan permainan cinta palsu, Haruka. Aku tidak suka orgasme-orgasme tipuan, pak tua berkata sambil menggerayangi Sintia. Kamu adalah calon artis. Kamu pasti pintar berakting. Kamu pasti pintar memalsukan orgasmemu demi mendapatkan ketenaran. Jadi pil putih tadi adalah obat perangsang dosis tinggi yang akan membuat setiap wanita menjadi terangsang secara alamiah dan mendapat orgasme sejati. Tidak akan ada lagi tipu menipu dan fake orgasme. Semuanya alamiah. Semuanya natural.
Sintia mendengarkan perkataan pak tua dan merasa mulai terangsang. Efek pil putih tadi mulai bereaksi. Perlahan Sintia merasakan titik titik sensitive tubuhnya menjadi sedemikian responsif, dan dia menjadi begitu peka terhadap rangsangan sekecil apa pun. Bahkan lebih itu, puting payudaranya juga menjadi begitu tegak bersamaan dengan tegaknya bulu kuduk halus di tangan, tengkuk dan paha.
Aku lihat pil putih sudah mulai bekerja. Aku benar-benar akan menikmatimu sekarang, Haruka.
Sintia berusaha menahan semua rangsangan dengan menggeliat-geliat. Tangannya mencengkram borgol kuat-kuat. Kakinya berusaha digoyang-goyangkan terus dengan tujuan meredakan semua getaran impuls rangsangan di tubuhnya.
Pak tua di lain pihak betul-betul memenuhi ucapannya. Dia mulai mencium bibir Sintia dan keduanya segara saja berciuman penuh antusias. Penuh gairah. Penuh syahwat. Gairah mereka berdua begitu cepat tersulut dipicu oleh pertukaran energi dari bibir Sintia kemudian menjalar ke bibir Pak Tua.
Seharusnya di usia sepuh, pak tua sulit merasakan gairah bercumbu sedemikian orisinil. Sebuah cumbuan panas bergaya anak muda. Kekinian. Penuh vitalitas. Penuh rasa. Penuh kekuatan pendorong cinta.
Tapi berkat bantuan pil putih, pak tua bisa merasakan semua itu. Pak tua bisa merasakan sebuah gairah bercumbu orisinil. Tidak dibuat-buat. Natural. Betapa kini dirasakan oleh pak tua ledakan nafsu dan rangsangan dari bibir Sintia menjalar begitu kuat dan berusaha meledakkan libido tuanya.
Maka pak tua berusaha merasakan semuanya dengan takjub. Tadi dia bilang tak ingin kecewa. Jadi sekarang benar-benar berusaha dirasakan oleh pak tua bagaimana gairah Sintia begitu meledak-ledak, kemudian menjalar membangkitkan libidonya secara alami.
Di lain pihak, gairah Sintia menjadi semakin tak terkendali akibat dicium. Saking bergairahnya lidah Sintia kini menari-nari mengundang lidah pak tua untuk bergulat lidah. Ajakan ini langsung disambut oleh pak tua dengan antusias dan membuat lidah mereka berdua seketika bergulat begitu mesra.
Dalam pergulatan lidah, tentu saja lidah Sintia dengan usia jauh lebih mudalah yang unggul. Lidah Sintia begitu penuh vitalitas. Penuh percaya diri. Lidah Sintia terus menerus menari-nari seperti belut ; menyapu lidah pak tua, kemudian membelit, menghisap, lalu berpindah menjilati bibir bagian atas dan bawah milik pak tua secara bergantian.
Semua jilatan, belitan dan hisapan lidah dilakukan Sintia dengan penuh gairah. Sangat bergairah malah, sampai-sampai pak tua harus mengalah dan melepaskan ciumannya secara bijak. Pak tua merasa tidak akan kuat meladeni permainan lidah wanita muda kekinian.
Kamu hebat, Haruka. Puji Pak Tua.
Aaaah, Sintia menjawab pujian pak tua sambil mendesah. aaaahhh. aaaahhhhhh, akibat pengaruh pil putih titik-titik sensitive di tubuh Sintia terus saja terangsang secara intens.
Pak tua tersenyum lebar melihat Sintia terus saja terangsang. Walaupun demikian pak tua sadar tidak akan mampu meladeni pertempuran di bibir. Jadi pak tua lebih memilih tau diri. Pak tua meninggalkan pertarungan di bibir dan memilih melakukan petualangan menjelajahi lekuk tubuh Sintia menggunakan strategi berbeda.
Pak tua tidak akan lagi menjelajahi tubuh Sintia hanya dengan menggunakan bibir, atau lidah saja. Pak tua tau itu belum cukup. Jadi mulai dengan petualangan di leher Sintia, pak tua akan memilih menjelajahi terlebih dahulu leher jenjang itu dengan hidungnya, sebelum nanti mulai mencium, menjilat, dan mengulumnya.
Ahhhhhh, Bapak, desah Sintia saat lehernya dihirup pak tua.
Aaaaahhhh. aaaahhhh.aaahhhhh, desah Sintia lagi saat merasakan hirupan pak tua berubah menjadi ciuman dan jilatan.
Hegggggh, pak tua juga menggumam. Jelas dirasakan batang penisnya sendiri mulai bangkit dari balik celana.
Bagaimana pun semua gairah kewanitaan Sintia, lengkap dengan aroma tubuh wangi dan pesona tubuh sexy, membuat kemaluan Pak Tua akhirnya bangkit.
Namun masih belum cukup keras. Masih bukan tipe ereksi optimal. Untuk itu sekarang Pak Tua berpindah lagi. Ciumannya beralih dari leher, mulai menjelajahi pundak Sintia sebelah kanan dan merasakan getaran-getaran hebat denyut kehidupan Sintia di sana.
Merasa belum puas di bahu, pak tua bergerak menyamping menyusuri lengan, menciumi seluruh bagian lengan Sintia dengan kekaguman teramat sangat.
Sintia yang masih dalam keadaan tak berdaya hanya bisa terus menikmati berbagi sensasi kenikmatan dari pak tua. Matinya indera penglihatan karena ditutupi oleh penutup mata membuat berbagai rangsangan semakin tak tertahankan lagi, termasuk rangsangan di sisi lengannya.
Sekarang pak tua memang tengah menciumi lengan Sintia dengan penuh kekaguman dan penghayatan. Kedua hal ini timbul bukan hanya disebabkan wangi lengan Sintia, namun juga berkat pemandangan lembah ketiak di dekatnya. Bagaimana bisa lembah ketiak Sintia bisa begitu mulus dan mengundang birahi. Berkali-kali pak tua melihat ketiak kanan Sintia sambil terus menerus menciumi lengannya.
Pada gilirannya pemandangan indah lembah ketiak milik Sintia lah yang membuat pak tua tak tahan lagi. Bergerak cepat pak tua mendekati ketiak Sintia, sampai akhirnya dengan penuh nafsu pak tua mengangkat sedikit lengan Sintia agar terbuka lebar dan mulai menciumi aromanya.
Sama sekali tidak ada bau tidak sedap tercium dari ketiak Sintia. Pak tua malahan mencium aroma wangi dari sana menandakan keseriusan Sintia dalam merawat tubuh. Apabila diibaratkan, aroma ketiak Sintia memancarkan aroma feminin nan begitu memikat dan menggairahkan.
Aroma ketiak Sintia membuat Pak Tua menjadi kalap, kemudian tanpa mau menunggu lebih lama lagi, mulai dihirup lalu diciumi setiap lembah ketiak Sintia dan dihisap dalamdalam. Persis seperti anak kecil baru mendapatkan es krim dan tidak mau melewatkan satu senti pun sensasi rasa nikmat yang ditawarkan.
Bapak. Jangan di ketiak.. Ampuuun. Haruka. Tidak kuat. aaaaahhhh, Sintia menjerit merasakan ciuman dan hisapan bertubi-tubi di ketiaknya.
Pil putih tadi ternyata juga bisa meningkatkan sensasi rangsangan di ketiak menjadi puluhan kali lipat hingga Sintia seperti merasakan kenikmatan sedemikian cepat menjalar dari ketiak menuju perutnya.
Bahkan rangsangan kenikmatan semakin terasa menjadi-jadi bagi Sintia, kala pak tua mulai mengerjai ketiaknya sebelah kiri, dan, aaaaahhhhhhhhhhhh.. Ooooohhhh, Sintia seketika orgasme. Sebuah orgasme tak terduga dirasakan Sintia saat hisapan di ketiak sebelah kiri tepat dilakukan oleh Pak Tua di bagian tengah ketiak yang merupakan bagian paling lembut dari area itu.
Sebenarnya hisapan pak tua dilakukan begitu kasar, namun kekasaran di area terlembut menciptakan ledakan kenikmatan tak disangka. Seperti kombinasi alfa dan omega. Yin dan yang. Kombinasi dua elemen berbeda. Namun sama sekali tidak bisa dipisahkan. Saling mengisi. Saling melengkapi. Kombinasi kenikmatan dari keduanya membuat kepala Sintia menjadi tertengadah, matanya terbelalak, bibirnya terbuka tegang, puting susunya mencuat, dan diakhiri oleh klimaks di area kewanitaan yang meledakkan cairan bening begitu banyak.
Auuuugggghhhhhhhh, raung Sintia di tengah orgasme.
Pak Tua mendengar raungan Sintia dan merasa bangga. Bagaimana tidak, di usia sepuh, berhasil membuat seorang wanita muda orgasme adalah sebuah prestasi tersendiri. Sebuah kebanggan sejati. Dan harus diteruskan dengan membawa Sintia menuju ke orgasme kenikmatan selanjutnya selanjutnya dan selanjutnya.
Maka Pak Tua berpindah meninggalkan ketiak sexy milik Sintia menuju ke puting susunya yang telah keras sejak tadi. Memang sedari tadi kedua puting susu Sintia seperti menantang pak tua dengan mengacung, ereksi dan meledek untuk dijamah.
Dalam keadaan Sinta terborgol dan mata tertutup, Pak Tua tentu saja mudah meladeni tantangan dari puting payudaranya dan tanpa usaha apa pun langsung melahap puting susu itu, sebelum mengenyotinya penuh nafsu.
Bapak. AaauuuuuuhhhhBapakkkAhhhhh.
Sintia meledak secara histeris akibat sedotan bergantian di puting payudaranya sebelah kanan kemudian berganti ke sebelah kiri. Apalagi pak tua betul-betul memanfaatkan efek tertutupnya mata Sintia untuk memperhebat efek rangsangan barusan. Sama sekali Sintia tidak mengetahui payudara sebelah mananya yang akan dihisap oleh pak tua.
Lantas bagaimanakah efek dari rasa keterkejutan akibat mata tertutup bagi Sintia? Sebuah rasa nikmat berkali-kali lipat.
Pak tua memang sangat menikmati kekagetan dan desahan nikmat dari Sintia. Bahkan pak tua menyadari : kenikmatan akibat payudara Sintia dikenyot seperti bayi adalah lebih nikmat dari yang dirasakannya tadi di ketiak. Sebab, kenikmatan dari puting payudara bersifat sangat dahsyat, mampu menyeret seluruh bagian tubuh yang lain. Inilah sebabnya, sejak payudaranya dikenyot, kedua telapak kaki Sintia menjadi tegang dan menginjak-nginjak permukaan ranjang, berusaha menaikkan pantatnya ke udara.
Demikian terjadi terus menerus sampai dengan di sebuah titik puncak, kedua kaki Sintia kompak ; bersama-sama menjejak permukaan ranjang kuat-kuat, bersamaan mengungkit tubuhnya ke udara kemudian meledak begitu hebat dalam klimaks teramat dahsyat.
Bapak, Haruka dapetttt orgasme.. lagi Haaagggghhhhhhh, jerit Sintia.
Tubuh Sintia kembali histeris. Naik turun tak beraturan. Kepalanya menggeleng-geleng tak karuan ; sebentar mendangak sambil mendesah, sebentar kemudian terbanting-banting ke kiri dan kanan, menunjukkan ketidakmampuan Sintia mengendalikan gelombang klimaks yang menghajarnya bertubi-tubi.
Pak tua menghadapi ledakan orgasme Sintia sebagai seorang laki-laki sejati. Dengan jantan diikutinya semua gerakan Sintia tanpa pernah melepaskan kenyotan dari puting payudaranya. Lihatlah betapa jantan pak tua bergerak naik turun sambil mengenyot puting payudara Sintia selama tubuh cantik itu terjungkit-jungkit. Betul-betul merupakan gambaran seorang laki-laki matang : mengetahui benar keinginan seorang wanita.
Ayo Haruka keluarkan saja Jangan ditahan-tahan. Kamu makin cantik saat sedang orgasme, bisik pak tua di telinga Sintia setelah melepaskan kenyotannya.
Merasa didampingi secara dewasa, dimanjakan oleh pak tua, membuat Sintia mampu melewati fase kegusaran orgasme sembari merasakan dirinya menjadi sedemikian sexy. Ya, Sintia memang merasa benar-benar sexy saat sensasi klimaks tengah menyebar ke seluruh penjuru tubuh. Sebab bagaimana tidak? seluruh bagian tubuh Sintia, mulai dari perut, kaki, sampai kepala seperti tersetrum listrik bertegangan tinggi. Bedanya setruman ini sama sekali tidak menyakitkan tapi sangat nikmat dan membuat ketagihan.
Saking nikmatnya, Sintia baru bisa menarik nafas lega beberapa menit kemudian atau setelah seluruh rangkaian badai kenikmatan dahsyat itu surut dengan sendirinya. Tepat disaat itulah, Sintia dapat merasakan kepercayaannya kepada pak tua tumbuh menjadi sebuah kepercayaan positif. Matanya memang masih belum bisa melihat karena masih tertutup rapat. Namun Sintia bisa merasakan, pak tua sangat menyayanginya dilihat dari cara pak tua tadi menghisap payudaranya secara total sampai dengan titik kenikmatan terakhir.
Tanpa terasa akibat merasa disayang, keyakinan total mulai hadir di dalam diri Sintia kepada pak tua. Sebuah keyakinan yang membuat Sintia hanya diam saja saat pak tua ternyata tidak memberikan waktu istirahat sama sekali. Alih-alih memberikan waktu istirahat, pak tua sudah bergerak menyerang lubang pusar Sintia. Lubang udel bolong itu dijilati terus oleh pak tua membuat Sintia kembali diusik oleh sensasi kenikmatan.
hahhhhhh.. Aaaaahhhh. Bapak.. Desah Sintia tanpa berusaha melawan.
Ssllllllrrgg. ssssllllrrgg Pak tua semakin bersemangat.
Tapi berbeda dari sebelumnya, pak tua tidak berlama-lama bermain di pusar. Pak tua cepat sekali berpindah ke kedua sisi pinggang Sintia kemudian turun lagi bergerak ke arah jembut sexy di pangkal area kewanitaan.
Jembut Sintia adalah salah satu pemandangan unik bagi pak tua. Sebab bagi wanita Jepang, jembut adalah salah satu simbol kedewasaan. Para wanita disana akan membiarkan jembut kewanitaan mereka tegak berdiri untuk menegaskan identitas tak terbantahkan sebagai seorang wanita matang.
Jadi jembut di hadapan pak tua adalah sebuah pertunjukan dari Sintia untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita dewasa : sudah siap mengarungi tantangan dunia. Sudah siap merasakan nikmat persenggamaan seksual bersama seorang laki-laki perkasa.
Di lain pihak, pak tua sudah cukup banyak merasakan asam garam kehidupan. Pak tua tentu saja telah menyadari semua simbol ini. Jadi pak tua sangat menghargai jembut halus milik Sintia dan tanpa berusaha menyakiti, pak tua mulai menenggelamkan wajahnya di balik jembut Sintia yang halus, harum, dan penuh gairah muda.
Merasakan kepala pak tua mulai menembus rimbun jembutnya, Sintia mulai meronta. Masih dalam kondisi kedua tangan terborgol dan kaki mengangkang lebar, Sintia sedang berusaha menjadi se-relax mungkin. Sintia menyadari apabila dia tidak relax, empat borgol di empat sudut ranjang akan berubah menjadi sangat menyakitkan.
Sintia tengah berusaha mengatur posisi agar menjadi senyaman mungkin. Lagi pula apabila mampu bersikap relax, nanti saat bibir Pak Tua mulai masuk , menyeruak, lalu menikmati jembut itu secara total, Sintia akan bisa merasakan sensasi orgasme dalam mode terangsang atau mode tegangan sensitivitas ekstra tinggi bagi wanita.
Bagai gayung bersambut, dipicu oleh rasa percayanya kepada pak tua karena merasa disayang dan dimanjakan. Ditambah komitmen untuk membuat relax seluruh bagian tubuh. Sintia akhirnya benar-benar merasakan mode terangsang saat lidah pak tua mulai bekerja, dan membuat semua sensasi ditubuh Sintia menjadi terasa sedemikian nikmat, dimulai dari getaran di garis lurus pada jembut area kewanitannya, kemudian bergerak teratur naik-turun, atau berputar-putar searah jarum jam.
Secara filosofis gerakan berputar-putar lidah pak tua seakan ingin membimbing jembut Sintia sebagai wanita dewasa. Pak tua ingin menegaskan kepada Sintia bahwa bahkan saat sudah matang, seorang wanita harus tetap dibimbing oleh sosok laki-laki dalam menghadapi ketidakpastian kehidupan, termasuk menghadapi ketidakpastian kenikmatan seksual, yang akan membuat setiap wanita menjadi hilang kendali.
Pada kenyataannya, Sintia memang tidak lagi sanggup mengendalikan rangsangan kenikmatan pada mode tarangsang. Bagaimana dia bisa mengendalikannya? Sedangkan rangsangan yang datang benar-benar seperti gelombang air bah dahsyat : menenggelamkan semua rasionalitas akal sehat, memutar Sintia dalam gelombang tinggi kenikmatan, dan melemparkannya sekaligus dalam badai orgasme teramat kuat.
Kini secara nyata melalui penghantar lidah pak tua di area kewanitaannya, mode kenikmataan telah diaktifkan. Sintia merasakan mode kenikmatan seperti tombol lampu yang sudah ditekan, kemudian menyala sebagai angin puting beliung, pelan-pelan menyapu seluruh senti area tubuhnya dengan penuh kekuatan.
Ibaratkanlah sebagai sebuah gelombang, gelombang angin puting beliung di dalam diri Sintia, membawa sensasi naik turun di area kewanitaannya. Kenikmatan tersebut kemudian bagai berputar-putar menjadi semakin tidak terkendali, memaksa semua cairan di tubuh Sintia untuk berkumpul di satu titik pusat.
Kemudian bagai dikomando oleh satu rantai kekuasaan, setelah semua cairan kenikmatan terkumpul, cairan tersebut bersepakat menimbulkan berbagai rasa kesemutan di kedua tangan Sintia. Dimulai oleh rasa kesemutan di tangan, lalu kompak menjalar juga ke kedua kaki membawa simpul-simpul tegangan ekstra tinggi kepada betis, paha, sampai pantat.
Inilah mode terangsang. Membuat Sintia memasuki keadaan bingung, yaitu seorang wanita matang, tapi sama sekali tidak mampu mengendalikan sensasi kenikmatan dahsyat dan menjadi gusar karenanya.
Aaaauuuuuuuuuhhhh, Sintia mendesah sambil mendelik.
Semuanya menjadi semakin kacau. Kesadaran Sintia yang sudah tidak terkendali semakin berantakan dihantam oleh angin puting beliung yang menghantam wilayah area kewanitaan, berpindah menyisir pusar dan wilayah perut, menghadirkan sensasi rasa seperti mau buang air kecil, kemudian memaksa Sintia meronta ronta semakin hebat.
Aaaaaaaaaaaaaggggggggghhhhhhhhhhh.
Histeria kenikmatan berhasil dirasakan oleh Sintia.
Rasa kesemutan, diiringi rasa ingin buang air kecil seperti telah menyapu seluruh tubuh Sintia sampai-sampai meningkatkan rangsangan di puting susunya menjadi mengingkat 100 kali lipat. Membuat Sinta lantas lantang membusungkan payudara tinggi-tinggi ke udara.
Pada momentum Sintia sedang histeris. Pak tua paham. Sesederhana inilah sikap seseorang laki-laki berpengalaman. Saat histeria Sintia melanda, pak tua tenang. Pak tua memahami kegusaran Sintia. Kedua tangan keriputnya menangkap pantat Sintia yang gusar melayang di udara dan menahannya dengan kuat. Kemudian tanpa harus menunggu lebih lama lagi, lidah pak tua masuk di area pantat sexy Sintia kemudian menyapu dan menjilatinya lebih ke bawah, ke arah lubang anusnya.
Kontan saja jilatan di lubang anus menghasilkan sensasi kenikmatan tidak kalah dahsyat. Seperti mode kenikmatan stadium lanjut. Sintia merasakan lubang anusnya bergetar hebat. Menyaingi getaran di area kewanitaan. Lubang anus Sintia seakan tidak mau kalah untuk ikut membuang cairan kenikmatan akibat terus dijilati tiada henti oleh pak tua.
Aaaaaaaa Sintia merintih saat anusnya dijilati oleh pak tua.
Eeeeeeeeeeeekkkkkkkkk, Rintihan itu kemudian berubah menjadi ringkikan, dan
Huffff..hufffff.hufffff, Sintia berusaha mempertahankan kesadaran dengan bernafas melalui mulut namun percuma saja. Mode kenikmatan sudah memasuki stadium lanjut. Rangsangan kenikmatan sudah siap meledak sebentar lagi. Dan dalam satu dua.. tiga jilatan lagi . Sintia akhirnya meledak. Kembali. Dengan tidak kalah hebat.
Hhhhhhhheeeeeeeeeegggggggggg.
Sintia mendelik sesaat hilang kesadaran.
Angin puting beliung kenikmatan meledak di area kewanitaannya, menyemburkan cairan bening teramat banyak. Selanjutnya dari sana, angin putting beliung kenikmatan meledak lagi di lubang anusnya. Menghasilkan sensasi nikmat dari saraf-saraf hyper sensistif di daerah anal dan cepat sekali menghantarkan kenikmatan ke seluruh tubuh, memaksa posisi tubuh Sintia menjadi lebih teracung ke atas. Warna wajah Sintia juga berubah menjadi merah merona menandakan aliran darah sedemikian keras telah menyebar ke seluruh tubuh, menghadirkan sensasi kenikmatan paripurna.
Inilah puncak kenikmatan untuk kesekian kalinya. Tubuh Sintia terangkat tinggi. Dia meraung. Kemudian rebah di ranjang. Pak Tua mengejarnya, menjilatinya lagi dan membawa Sintia meledak lagi lagi dan lag,,,,,,,,,,,